Main mata dengan ruang hening tanpa suara, matanya merindu sesuatu yang sering dipandang. Hati liris akan laras, butuh sesuatu untuk direngkuh kala rebah dalam lelah. Terlalu luas untuk sendiri, membuatnya benar-benar merindu seseorang yang selalu lelap dalam gelap bersamanya diatas ranjang.
Memandang rindu potret sang pujaan yang terpampang di layar ponsel. Baru sebentar merasa kasmaran, tapi pekerjaan membuatnya terpaksa untuk rehat dari kisah percintaan yang baru saja dimulai. Dialog gelebah tiada henti terucap kedua bibirnya, tangannya mengelus layar ponsel meski sedang berbaring di atas tempat tidur. Tidak mau berpikir panjang, Mew memutuskan untuk menghubungi Gulf dengan saluran telepon.
"Mew, kenapa menelponku malam-malam?"
"apa aku mengganggu mu?"
"sama sekali tidak"
"Gulf"
"hm?"
"bisa bantu aku jawab?"
"jawab apa?"
"tadi ada teman kantorku bertanya, aku bingung harus jawab apa"
"kenapa bingung?, memangnya apa pertanyaan nya?"
"pertanyaan nya 'apa yang menyinari dunia?'. aku bingung mau jawab matahari atau kau"
"Mewww....", Gulf kesal akan kelakuan Mew yang diluar nalar
"aku bingung sungguhan"
"mau aku tutup teleponnya?"
"aku baru menelepon mu, kau sudah mau mengakhiri nya"
"kalau begitu berhenti menggodaku"
"baiklah, sekarang katakan!"
"apa?"
"kalau kau merindukanku"
"aku tidak"
"tidak adil"
"kenapa?"
"ini sudah dua minggu sejak kau pergi, tidak ada hal yang menarik selain merindukan mu dan membayangkan senyum mu di kepala, tapi kau sama sekali tidak merindukan ku sedikitpun"
"jangan merindukan ku, nanti kau repot sendiri"
"kalau begitu cepat pulang"
"hanya beberapa hari lagi, tunggu saja aku"
"kalau begitu tutup teleponnya, kau harus bekerja besok, sebaiknya istirahat dan tidur"
"baiklah, aku tutup teleponnya, besok jika sudah selesai bekerja telepon lagi aku"
Hari ini cukup singkat, tidak banyak bicara, tidak banyak gerak, hanya menunggu waktu mengharapkan sesuatu untuk temu di waktu yang sudah ditunggu.
Meski jarak memisahkan, rupanya kisah kasmaran antar Mew dan Gulf terjalin semakin erat. Meski kadang salah satu pihak malu untuk mengakui atau mengatakan kata-kata cinta, tapi satu pihak lagi tetap terang-terangan mengutarakan kekaguman dan cintanya. Tidak jarang lontaran kata rayu terucap dari keduanya, kala sedang berbincang dibalik layar ponsel.
Sedikit demi sedikit, Gulf mulai terbiasa untuk memuji hal kecil tentang Mew. Gulf mulai terbiasa melontar kata rindu, kala keduanya menunggu waktu untuk temu. Gulf juga mulai ikut terbawa arus oleh rayuan yang sering Mew ucapkan.
Dikala lelah, keduanya akan berbagi cerita via telepon, berbincang sesaat sebelum tidur membuatnya seakan melepas penat seharian, dengan cara sharing tentang hari yang dilalui.
.
.
.
.
.Berpakaian rapih sudah menjadi kebiasaan, wajah tampan sudah menjadi tetapan. Mew melenggang pergi menuju ruangan kerjanya saat sudah selesai memarkirkan mobilnya di basement.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thalassophile S1
Fiksi PenggemarGulf kanawut,, seorang dokter spesialis bedah sekaligus anak dari Manager Stasiun televisi swasta. Kejadian empat tahun silam membuat dirinya hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Kekasihnya sekaligus tunangannya dinyatakan ikut menjadi salah satu ko...