Awal/Akhir

1.2K 111 30
                                    

Angin bertiup halus,gemersik air terdengar nyaring,lembayung akan dimulai, dua pasang mata tak beralih menatap luasnya segara yang begitu aksa untuk digapai.

Kalbunya menyimpan lara tentang sesuatu, tubuhnya bak karang yang enggan usik. Kedua tangan ia masukan kedalam saku celana, rambutnya tersapu angin dengan halus.

Seseorang menghampirinya ditepi laut, "kau tidak ada niatan menghentikan kebiasaan konyol mu ini?"

"untuk apa aku menghentikannya?"

"kau sungguh mencintainya?"

"Kau masih perlu bertanya?"

"ayolah Gulf,ini sudah hampir empat tahun,pihak timsar dan pihak pelabuhan sudah menyatakan jika tidak ada yang bisa selamat dari kejadian tempo hari", alasan konyol yang masih ia lakukan hingga saat ini membuat banyak orang menyayangkan tindakan nya.

"mustahil untuk dia kembali padamu. Apa salahnya terima kenyataan dan jalani hidupmu yang sekarang"

"aku sempat ingin melupakan nya. Hatiku menyuruh masa lalu untuk berhenti menepuk punggungku,aku sudah tidak ingin melihat kebelakang, semua orang terus mengatakan jika dia sudah tidak ada,sedangkan setiap malam dia selalu unjuk dalam mimpiku,jadi bagaimana bisa aku melupakannya"

"itu karna kau yang tidak bisa lepas dari bayang-bayang nya,kau terlalu betah berlama-lama dengan masa lalu"

"Tay?"

"hmm?"

"apa kau juga sudah mengikhlaskan nya?"

"perihal mengikhlaskan itu sudah seharusnya namun belum sepenuhnya, melupakannya lebih baik ketimbang hidup terus menerus dalam bayangan nya,tidak ada salahnya menerima kehendak Tuhan walau sempat tidak mudah diterima dalam hidupku"

"Bukannya mau menyalahkan Tuhan,tapi apa kau tidak merasa jika dia memang benar-benar jahat pada kita?"

"bukan jahat,tapi dia tau skenario mana yang cocok untuk kita",kedua pria saling berbagi pemikiran tentang apa yang telah terjadi .

"sebaiknya kau pulang,ini sudah mau malam"

"izinkan aku menginap dirumah mu"

"Tidak. Kau sudah punya seseorang yang menunggu mu dirumah, setidaknya hargai dia sebagai pasangan mu sekarang"

"kau curang,kau bilang kau mau melupakannya tapi kau malah membeli rumah di dekat laut agar tetap bisa mengenang nya"

"aku suka laut,itu alasan sebenarnya"

"alasanmu terlalu klise",Tay tersenyum simpul mendengar perkataan Gulf.

Hari mulai gelap,kini kedua pria telah meninggalkan tepi laut. Jejak injakan di pasir perlahan memudar terbawa arus,namun angin yang bertiup dari tengah laut seakan menggambarkan kesedihan karena kepergian kedua pria.

Masa lalu memang selalu menjadi sejarah,entah itu baik atau buruk. Saat mereka yang seharusnya menjadi milik kita tapi harus berpisah,semua sudah tertulis jika mereka harus lebih dulu berdiri di ujung penantian kehidupan meninggalkan orang-orang yang masih berjuang menerima takdir tuhan.

.
.
.
.
.

Suara langkah kaki terdengar jelas mengingat keadaan rumah yang begitu sepi terlebih ini sudah malam hari. Lampu utama dimatikan hingga membuat ruangan tidak nampak begitu terang,namun dasar rumah masih bisa ia lihat untuk menuntunnya melangkahkan kaki ke dalam kamar,belum sempat menginjak anak tangga lampu sudah lebih dulu dinyalakan seseorang.

"Gulf?"

"kau?"

"kau baru pulang?",Gulf hanya mengangguk

"aku sudah siapkan makan malam untukmu,dan maaf aku tidak menunggu mu untuk makan bersama,aku sudah lebih dulu makan"

"tidak apa-apa,tidak perlu meminta maaf"

"kau mau makan sekarang?"

"Iyah",Gulf pergi menghampiri meja makan, mendudukkan diri diatas kursi.

"kau bukannya sudah makan?"

"memang sudah"

"lalu kenapa kau tidak pergi ke kamar saja"

"tidak apa-apa aku ingin menemanimu makan,biarkan aku duduk disini kita bisa pergi ke kamar bersama"

"baiklah terserah kau"

Begitu hening terasa,hanya perpaduan suara piring dan sendok perak yang terdengar. Gulf makan dengan apik,ia menghiraukan orang yang ada di disampingnya.

"aku menjemputmu ke rumah sakit,tapi salah satu suster bilang jika kau sudah pulang"

"aku pulang jam tiga sore"

"tapi kau sampai dirumah malam hari,apa kau pergi kesana lagi?",Gulf merasa sedikit tidak nyaman untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"jika aku bilang iya apa kau akan marah padaku Mew?"

"untuk apa aku marah, bukankah itu terdengar lancang?"

"apa kau tidak lelah dengan apa yang terjadi?"

"aku hanya berusaha melakukan yang terbaik"

"ayahku mungkin egois, dia ingin aku melupakan semua dengan cepat,hingga menyeret mu kedalam hidupku", kemudian Gulf pergi menaiki tangga menuju kamar, sedangkan Mew menatap punggung Gulf yang pergi meninggalkannya

"aku tau kau masih mengharapkan nya, dan tidak ada ruang untukku dalam hidupmu",dalam keheningan ia bisa mengadu

"akan aku simpan kagumku dengan baik, sampai ada ruang untuk bercerita,cukup aku yang tau tentang bagaimana lelahnya mengagumi seseorang sepertimu. Aku akan tetap mencintai meski harus menunggu waktu yang begitu lama,tak apa kalau kau bukan takdirku", setelah itu Mew bergegas menyusul Gulf menuju kamar.

.
.
.
.
.

Pagi datang memaksa malam untuk pergi,baswara menerobos tirai kamar membuat yang tertidur kini terbangun karna cahayanya. Menggeliat merenggangkan tubuh setelah sadar dari alam mimpi,kini tubuh dan pikirannya kembali berfungsi menyambut hari.

Turun dari ranjang kemudian melangkah menuju sebuah sofa yang berada di kamarnya. Menepuk pelan pundak seseorang sebagai isyarat membangunkan.

"Mew..Mew..?,bangun ini sudah pukul tujuh", Gulf membangunkan Mew dengan menepuk halus pundaknya

"kau pergi lebih dulu ke kamar mandi,aku akan turun kebawah menyiapkan sarapan",Mew bangkit dari posisi tidurnya,dengan menyingkap selimut di tubuhnya

"tidak usah siapkan sarapan untukku, sebaiknya kau mandi terlebih dulu,agar cepat bergegas ke tempat kerja,kemarin ayah memberi tau ku jika kau terlambat masuk kerja"

"kau yakin tidak mau aku siapkan sarapan?"

"hemm,kau sebaiknya pergi ke kamar mandi,aku akan buat sarapanku sendiri"

.
.
.

"Gulf aku pergi",Mew bergegas menuju pintu namun langkahnya terhenti sesaat,ia kembali berbalik pada Gulf yang sedang menikmati sarapannya

"Gulf,kau pulang jam berapa?, biar aku jemput kau di rumah sakit"

"tidak usah, kau pulang saja ke rumah, sore nanti aku ada operasi terbuka,jadi kemungkinan pulang larut"

"yasudah kalau begitu aku pergi"

Setelah Mew pergi keluar pintu,ponsel Gulf berbunyi menandakan pesan masuk ke ponselnya,

"semoga harimu baik,karna kau yang terbaik🌻"

Pesan singkat yang menjadi kebiasaan bagi Mew setiap paginya untuk memberi semangat pada Gulf.

TBC
.
.
.
.
.
apa kau yakin dia bisa kembali?

Thalassophile S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang