Tertegun di tepian

393 48 1
                                    

Adakah wadah yang mampu menampung kerinduan dari seorang lelaki yang kini sedang terduduk tenang namun sendu di sebuah taman. Ia terduduk di sebuah kursi besi dengan pandangan yang entah kemana ia torehkan. Saat sedang asik terduduk seseorang datang menghampiri nya kemudian ikut mendudukkan diri di atas kursi.

"Sudah cukup, istirahat lah, aku belum pernah melihatmu tidur nyenyak, kau hanya tertidur saat kelelahan saja"

"Bukankan menurutmu dunia itu melelahkan?"

"Tidak ada hal yang tidak melelahkan di dunia ini. Hidup sudah melelahkan sejak lahir, kita hanya perlu membuat hal menyenangkan di dunia yang keras ini"

"Tidak ada yang lebih keras dari hatinya"

"Mew" Off tau betul apa maksud dari perkataan Mew

"Ini sudah satu tahun sejak hari itu, dan kau bilang sudah memaafkan semua yang terjadi di masa lalu atas semua keputusan gegabah yang dia ambil"

"Aku memaafkan supaya aku tenang, aku melupakan supaya aku tersenyum, aku diam karena aku tidak mau berdebat, aku juga sudah cukup sabar karna keyakinan ku pada tuhan, jika takdir baik itu benar adanya. Tapi ternyata tidak, aku sudah lelah mengharapkan yang tidak pasti"

"Kau percaya cinta?"

"Aku percaya cinta, tapi aku tidak percaya aku dicintai"

"Kalau begitu kenapa tidak berdamai saja dengan keadaan, karna kenyataan nya ikhlas selalu jadi ending terbaik"

"Ikhlas dan terpaksa dua hal yang sulit dibedakan"

"Lalu mana yang akan kau pilih? ikhlas atau melupakan?"

"Keduanya. Aku akan berusaha melakukan keduanya"

"Bagaimana jika tidak berhasil keduanya?"

"Itu artinya, cintaku memang seutuhnya miliknya"

"Kau masih berharap pada tuhan tentang dia rupanya"

"Apa salah jika terus berharap?"

"Batasi harapan mu, karna hidup penuh kekecewaan"

Off berkata agar Mew secepatnya lupa akan cinta masa lalu, mungkin of tidak pernah tau bagaimana rasanya terkungkung dalam keadaan seperti yang Mew alami. Manusia memang tidak akan saling memahami sampai mereka merasakan hal yang sama.

Terkadang kita harus menerima segala sesuatunya secara terpaksa, sebelum akhirnya kita menjadi terbiasa. Kenyataan memang benar, jika kadang ikhlas selalu menjadi ending paling baik bagi segala hal.

Tapi salah kah Mew yang masih mengharapkan Gulf'nya kembali? atau ini hanya hal sia-sia yang lagi dan lagi Mew lakukan. Manusia memang seperti itu, meski sudah dipatahkan mereka akan tetap berharap akan sesuatu yang sangat di inginkan.

Berharap pada manusia adalah patah hati yang di sengaja, makin berharap makin siap patah hati dalam hidupnya.

Tapi percayalah, cinta itu akan hilang seiring dengan memudarnya sebab. Jika tidak bisa, maka itu sudah menjadi resiko yang seharusnya kita dapat karena berani mencintai seseorang. Dan menyiksa itu mencintai seseorang yang tidak mencintaimu lagi.

Manusia kadang tidak tau diri, saat diberi kesempatan untuk lari, tapi mereka memilih untuk tetap dengan semua kenangan masa lalunya. Tidakah berpikir jika tuhan lelah dengan permohonan seperti itu?

kebohongan terbesar dalam merelakan adalah ketika kita ditempa untuk terbiasa, berpura-pura untuk melupa, dan berusaha bahagia diatas kata luka.

Mew merebahkan diri diatas ranjang, meraba ponselnya diatas nakas, setelah dibuka ia memandang sesuatu di balik layar ponselnya, matanya seperti melihat sesuatu yang begitu indah, hingga tidak mau berpaling sedikitpun, bahkan sedikit senyum terukir diwajahnya saat melihat sebuah foto manis di ponselnya.

Thalassophile S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang