Ellipsism

501 78 1
                                    

Mimik wajah nampak redum diatas cakrawala, hidupnya kini bak algea, ingin hidup seperti sedia kala, walau semua pupus diterjang anila.

Menatap kosong setiap sudut, dibelai halus oleh ingatan yang pernah sempat tak digubris, penuhnya perhatian yang tulus yang di sia-siakan. Cukup waktu untuk merenung, kiranya sekarang sudah mendapat jawaban, tentang dimana letak semua kesalahan yang membuat seseorang lagi-lagi pergi meninggalkannya.

Melenggang dengan sumarah meninggalkan kediaman, kini sudah menentukan kemana arah tujuan sebelum pergi ke rumah sakit. Mencoba mengikuti kata hati yang terus bergulat setiap saat, untuk mengambil keputusan sebelum semua hirap dari genggaman.

Langkah kaki yang berirama, memadukan ketukan suara antar sepatu loafers dengan lantai gedung. Hadirnya menarik banyak atensi para karyawan yang sedang berlalu lalang. Wujudnya memang tak se-gagah ksatria, namun pesonanya mampu meluluhkan hati, sorot mata yang begitu dalam memancarkan cahaya bak indurasmi. Tampan nya berbeda dengan versi lain, tak mampu di tuliskan jika hanya dalam susunan kata.

Banyak senyuman hangat yang ia terima, wajahnya mampu membuat siapapun ingin menatapnya tanpa jemu. Untuk pertama kali ia menginjakkan kaki di tempat tersebut, membuatnya sempat kebingungan saat pertama masuk.

"permisi, bisi tunjukan dimana lift khusus karyawan!"

"kau bisa gunakan id card mu untuk masuk"

"aku tidak punya id card sebagai karyawan disini"

"kau mempunyai janji dengan salah satu karyawan?"

"begini......"

"Gulf",sebelum selesai dengan ucapannya, seseorang sudah lebih dulu memanggilnya

"Paman"

"Kau mau bertemu ayahmu?"

"Iyah, tapi aku tidak tau dimana letak lift nya, jadi aku bertanya pada mereka"

"kenapa kau tidak tunjukkan lift khusus atasan padanya"

"tapi dia...."

"dia anak manager Nadech"

"Maaf tuan, saya salah paham, saya tidak tau jika tuan anak manager Nadech"

"tidak apa-apa, biar aku yang antar Gulf". Gulf pergi lewat jalur khusus

"Apa aku tidak menggangu pekerjaan paman?"

"jangan pikirkan, pekerjaan ku akan berakhir jika aku tidak berlaku baik padamu"

"berlaku baik hanya karna jabatan rupanya"

"tidak begitu Gulf"

"lalu?"

"yaa... memang begitu si"

"kau ini tidak pernah berubah, masih sama seperti paman Mario sepuluh tahun yang lalu"

"tentu saja, karna itu banyak wanita yang masih mengira jika aku ini adalah mahasiswa, karna wajahku yang tidak pernah berubah dari dulu"

"aku mengecualikan yang itu"

"jika bukan dikantor sudah aku pukul kepala mu"

"pukul saja, aku akan pergi ke kantor polisi untuk pisum"

"pilihan paling benar jika aku mengalah saja padamu bukan?"

"itu lebih baik"

"Itu ruangan ayahmu, aku antar sampai sini"

"Terima kasih. Semoga tuhan...."

"cepat memanggilku?, itu yang mau kau katakan bukan?"

"aku belum selesai bicara"

Thalassophile S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang