Tacenda

307 45 3
                                    

Hanya menatap prihatin dari arah luar, Gulf menemani ibunya yang ingin melihat Mew dari arah luar ruangan yang bersekat dinding kaca, agar memudahkan untuk melihat ke arah dalam. Mew masih dalam keadaan kritis, itu sebabnya tidak boleh ada yang mengunjungi selain dokter.

Gulf masih enggan untuk mengganti pakaiannya, ia tidak mau barang sekalipun meninggalkan rumah sakit. Rasanya takut sesuatu terjadi lagi jika ia tak mengawasi Mew sebentar saja.

"Gulf, supir telah mengantar pakai ganti untuk mu, sebaiknya kau bersihkan dulu dirimu"

"Tapi ibu__"

"Ibu disini, ibu akan mengawasi Mew" ibunya meyakinkan Gulf, agar memercayakan Mew sebentar saja pada dirinya, agar Gulf mau berganti pakaian

"Aku tidak akan lama, ibu awasi Mew untukku" Ibunya mengangguk mengiyakan

Gulf pergi untuk membersihkan diri keruangan kerja miliknya. Menatap diri dibalik cermin yang menempel di dinding ruang kerjanya.

Menatap dengan intens betapa kacaunya ia saat mendapati Mew terancam kematian tepat dihadapannya. Gulf tidak pernah berpikir jika ia bisa sekacau itu saat Mew bertaruh dengan nyawanya.

Kini satu hal disadari, jika hanya Mew lah yang mampu membuat Gulf merasa teramat ketakutan untuk kehilangan. Tidak ada bunga yang tumbuh tanpa akar, tidak ada cinta yang timbul tanpa kasih sayang dan pengorbanan.

Membasuh muka secara perlahan, menghapus noda merah di pipi dan dahinya, menyingkap rambut dengan air, berusaha membuat diri kembali nyaman seperti semula.

Setelah usai membersihkan diri, Gulf sesegera mungkin pergi ke ruang ICU, ia merasa terlalu lama untuk meninggalkan Mew hanya untuk berganti pakaian.

Mengingat perannya sebagai dokter, Gulf masuk ke dalam ruang ICU, untuk mengontrol tekanan darah dan tanda vital pada Mew. Merasa semakin lega, karna semua menandakan baik-baik saja, meski entah kapan Mew akan sadarkan diri, tapi tidak ada salahnya terus berharap agar bisa bersama secepat mungkin.

Terus terbayang akan adegan jatuh di atas mobil, dengan darah mengalir deras, yang membuat Gulf kadang seperti akan kehilangan akal sehatnya hanya dengan teringat hangat darah yang menempel di wajahnya.

Gulf setia menunggu Mew di ruang ICU, bahkan saat pagi datang ia masih berjaga untuk mematai Mew, takut-takut situasi tak di harapkan terjadi tiba-tiba.

Tiga orang pria dengan wajah tampan datang menghampiri Gulf yang kini sedang terduduk kelelahan di kursi besi dekat ruang ICU.

"Gulf" Off datang dengan suara hawatir

"Off" Gulf beranjak dari duduknya

"Bagaimana?..... maksudku bagaimana sekarang keadaan Mew, aku dengar dari media jika keadaannya kritis"

"Dia memang masih dikatakan kritis, tapi dia sudah berhasil melewati operasinya"

Tanpa di duga Off memeluk Gulf secara tiba-tiba.

"Aku tau perasaan mu, tapi kau harus tau jika Mew menginginkan Gulf yang kuat untuk saat ini"

"Aku tau Off, aku akan berusaha melewati semua sendiri selama Mew terbaring"

Kini Off kembali menatap Gulf, dengan sendu seakan ia ikut sedih dengan tampang wajah Gulf yang memang terlihat kalut karna tidak tidur semalaman.

"Gulf, kita bisa melihat Mew?" Jimmy merasa ikut terpukul dengan berita yang berseliweran di media, kala tau hal ini menimpa teman baiknya.

"Hanya bisa melihatnya dari luar saja, aku harap kalian mengerti dengan prosedur medis"

"Tidak apa, yang terpenting aku memastikan jika Mew memang masih ada" Jack yang selalu tampil dengan wajah ceria, namun lain dengan pagi ini.

Semua menatap seorang pasien dari kaca pembatas, betapa lara saat melihat orang terdekat terbaring tidak berdaya di dalam sana dengan berbagai macam selang yang menempel di tubuhnya. Tidak ada yang tidak bersedih, saat melihat orang tertimpa mara, hanya manusia yang keras hati yang tidak tau cara bersimpati.

Tidak ada doa buruk yang terapal, kini dinding rumah sakit sedang setia mendengarkan banyaknya macam keinginan untuk seseorang yang sedang berjuang dengan hidupnya di dalam sana. Biar dinding tebal rumah sakit yang menjadi saksi bercerita nanti, tentang betapa tulusnya orang-orang menyayangi Mew.

"Gulf aku, Jim dan Jack akan kembali setelah pulang dari kerja, sekarang kita harus pergi dulu. Jaga dirimu, jika perlu sesuatu kau bisa beritahu aku"

"Terimakasih Off"

Off, Jimmy dan Jack pergi meninggalkan Gulf, meski tau jika temannya sedang tidak baik-baik saja, tapi mereka tidak bisa tetap berdiam diri di rumah sakit, karna punya pekerjaan yang sudah menjadi keharusan.

Namun kini bergiliran, Mario datang setelah Off dan yang lain pergi.

"Gulf"

"Paman"

"Aku berniat membawa ayahmu, tapi dokter belum mengizinkan nya untuk pergi terlalu jauh dari rumah sakit"

"Bagaimana keadaan ayah, apa ayah sudah mulai membaik?"

"Ayahmu sudah baik-baik saja, hanya saja organ dalamnya masih harus mendapat perawatan"

"Syukurlah"

"Bagaimana denganmu?"

"Seharusnya paman bertanya keadaan Mew bukan aku"

"Aku sudah tau jika Mew sedang tidak baik-baik saja, yang aku tidak tau bagaiman keadaan mu setelah melihat Mew tidak baik-baik saja"

"Aku sempat takut jika benar-benar harus kehilangan lagi, hampir saja aku kembali marah pada Tuhan, tapi sekarang aku akan bersahabat dengannya, karna membiarkan Mew tetap hidup denganku"

"Semua akan baik-baik saja jika mau bertahan, percayalah" Mario menepuk pundak Gulf untuk membuat Gulf tidak berhenti berharap

"Gulf, aku datang untuk memberi tau tentang kejadian tadi malam"

"Paman mengetahui sesuatu?"

"Aku tau, ini semua rencananya, tapi pihak kepolisian tidak menemukan jika ini hal yang direncanakan atau sebuah serangan"

"Bagaimana bisa? jelas-jelas aku mendengar Tay menyuruh seseorang melakukannya"

"Mereka melakukannya dengan apik"

"Maksudnya?"

"Tadi aku berbicara dengan dokter yang mengoperasi Mew. mereka bilang Mew memang mengonsumsi alkohol sebelum kejadian"

"Alkohol?"

"Itu yang aku maksud apik. Pelakunya sengaja membuat Mew meminum alkohol sebelum melancarkan aksinya agar tim penyidik kepolisian menyatakan jika ini terjadi karna kelalaian Mew yang mabuk"

"Tapi ada tikaman kaca di dada Mew"

"Dan semua hanya sidik jari Mew yang di dapat, tidak ada sedikitpun sidik jari pelaku yang tertinggal"

"Lalu bagaimana dengan rekaman cctv apartemen?"

"Pelakunya mematikan arah cctv yang dapat menangkap keberadaannya, yang ditangkap hanya saat Mew memasuki apartemen, sampai situ tidak ada lagi cctv yang bisa menangkap wajah si pelaku"

"Bagaimana dengan orang-orang disekitar sana? mereka pasti tau siapa pemilik dari apartemen itu"

"Pelakunya tidak pernah menampakkan diri pada orang-orang disekitar apartemen, dia merencanakan ini dari jauh hari, hingga semua seperti benar-benar mengarahkan Mew agar menjadi pelaku pada diri sendiri"

"Apa menurut paman dia masih akan melakukan hal jahat lagi?"

"Dia pikir Mew akan lenyap, hingga saat Mew jatuh dia sesegera mungkin melarikan diri ke luar negri dengan tiket yang telah dibeli, karna seperti yang aku bilang, ini semua telah direncanakan dari jauh hari"

"Ini tidak masuk akal"

"Tapi tetap lah waspada, bisa saja dia datang lagi saat tau Mew masih selamat"

TBC
.
.
.
.
.
Tiga Minggu lamanya

Thalassophile S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang