Easeus

281 43 4
                                    

Semua sudah usai, hal yang di inginkan sudah ada ditangannya. Surat perpisahannya dengan Mew kini hanya tinggal diserahkan kepada pihak selanjutnya. Sesaat mobil pergi meninggalkan pekarangan rumah, Gulf menatap dengan senyum di wajahnya.

"Aku pergi Mew. Carilah kebahagiaan mu, buang aku dari hidupmu, sekarang saatnya lepas dari semua yang membuatmu sakit" Batinnya seraya perlahan memudarkan senyum di wajahnya

Mobil nya benar-benar pergi melewati gerbang utama, ayahnya berharap Gulf akan berteriak meminta berhenti dan berlari kembali kedalam, tapi nyatanya hanya wajah datar Gulf yang di dapati sang ayah.

Mew tidak mau menyaksikan kepergian Gulf, itu sebabnya ia hanya terduduk di kursi, sembari menahan pedih yang dirasa. Mew tidak yakin jika ini akhir dari segalanya, dosa mana yang membuatnya harus menanggung kesedihan yang tidak berkesudahan.

Menyandarkan diri di kursi besar sembari terduduk, matanya ia arahkan ke atas agar air mata tidak jatuh kebawah. Terus berusaha menahan hati yang sedang di iris begitu hebatnya.

"Jika saja aku tau jika ini akan terjadi, maka aku akan memilih pergi dengan Tuhan, saat semua dokter sedang berusaha menyelamatkan ku" Merasa jika nyawanya diselamatkan bukanlah kebaikan Tuhan, melainkan tuhan masih ingin melihatnya menderita

"Kau menyuruhku untuk tetap tinggal di sini, agar hanya aku yang tetap mengenang tentang kita bukan? kenapa tidak adil sekali, sedari dulu hanya aku yang mencintaimu dengan tulus, kau datang dan pergi sesuka hati" Berbicara dengan diri sendiri adalah hal yang bisa ia lakukan saat ini

Perpisahan kadang meninggalkan luka hanya untuk satu pihak saja, mereka yang meninggalkan tidak tau tentang bagaimana kerasnya hati berusaha menahan semua yang tak diinginkan.

Orang yang sangat ia puja, kini telah benar-benar pergi meninggalkannya, berharap ada satu kesempatan tapi rasanya mustahil untuk saat ini. Senja mengajarkan kita tentang keikhlasan untuk suatu keindahan yang akan hilang begitu saja.

Tidak tau nanti seperti apa, tapi sekarang menjalankan hidup sesuai keadaan lebih baik ketimbang terus terpuruk dalam kesedihan. Mew akan mencoba hidup tanpa melibatkan nama Gulf di hatinya. Akan mulai membiasakan hati dan pikirannya agar tidak terus memanggil dan mengingat seseorang yang telah rela meninggalkan nya begitu saja.

Setelah perpisahannya dengan Gulf, Mew mulia menjalankan aktivitas seperti biasa. Setelah satu minggu keluar dari rumah sakit, Mew memaksakan diri agar cepat masuk kerja, karna hanya dengan berdiam diri di rumah, semua hanya akan membuat pikiran nya semakin sesak.

Kabar perpisahan nya telah diketahui oleh teman-temannya, yang tentu saja membuat semua iba pada Mew, pasalnya Mew baru sembuh dan bangun dari masa kritis nya, tapi sekarang ia harus mau menerima kenyataan pahit yang seperti serangan waktu mendadak.

Tidak mau memperlihatkan kesedihannya pada semua orang, Mew memilih untuk bersikap normal sesuai kondisi. Saat semua tertawa dia akan ikut tertawa walau tidak bahagia, saat semua orang berbicara, Mew hanya diam mengamati, sekarang sudah menjadi kebiasaan baru bagi Mew, memilih untuk lebih suka menikmati percakapan orang-orang dan lebih suka mendengarkan cerita daripada bercerita. Memang rasanya hanya hal sepele, tapi itu membuat Mew sedikit tenang dengan tidak banyak bicara, maka hatinya akan tetap aman memendam semua keluh nya yang enggan diketuai orang.

Di sisi lain, Gulf juga sudah memulai pekerjaannya seperti biasa di rumah sakit. Hari ini dirinya telah membuat keputusan yang cukup mengejutkan semua rekannya dan temannya, Gulf menyerahkan surat resign nya dari rumah sakit. Gulf sudah mengambil keputusan untuk dirinya, yaitu dirinya yang akan lebih memilih untuk pergi meninggalkan semua yang membuatnya bisa teringat dengan Mew.

Gulf memilih pergi meninggalkan rumah, dan akan tinggal di sebuah penginapan besar milik keluarganya, yang tentu saja lokasinya jauh dari tempat sekarang ia tinggal. Tepat nya Gulf akan pergi keluar kota, ia akan mendedikasikan dirinya untuk menjadi tenaga medis di rumah sakit kecil yang dekat dengan tempatnya nanti.

Gulf tidak mau mengulur waktu, ia sesegera mungkin berkemas agar bisa malam ini pergi dengan segera. Semua barang sedang ia susun untuk dikemas dan dibawa, namun saat akan mengambil pakaiannya di dalam lemari, Gulf tidak sengaja menjatuhkan sebuah kotak kecil berwarna biru, hingga membuatnya berjongkok untuk mengambilnya, karena rupanya kotak biru tergelincir ke Bawak tempat tidur.

Saat dilihat apa yang ia jatuhkan, Gulf terdiam mendapati apa yang ada di genggaman nya. Terduduk di atas lantai dan bersender pada pinggir kasur miliknya. Dengan melihat benda kecil ditangannya membuat Gulf teringat akan empat tahun lalu, dimana ia menikah dengan Mew atas dasar keterpaksaan dan tanpa cinta diantara mereka.

Gulf merasa bersalah pada Mew, saat tidak sengaja mengingat kala dulu ia mendiamkan Mew sebegitu kerasnya, namun Mew masih berusaha bersikap baik padanya. Gulf menahan sesak di dadanya, ia tidak pernah berniat untuk tidak mencintai Mew lagi, hanya saja ia ingin berusaha agar semua tentang Mew hilang dan pergi dari ingatannya.

Saat bersedih karena melihat sebuah cincin yang berada dalam kotak kecil, ibunya masuk ke dalam kamar dan mendapati Gulf sedang terduduk sembari sedikit mengeluarkan air mata.

"Ibu" Gulf berusaha menyeka air matanya

Kini ibunya terduduk disampingnya, ia tau jika anaknya sedang berusaha menyembunyikan kesedihannya.

"Kau menangis?" dengan nada lembut ibunya bertanya

"Tidak"

"Ibu tau kau kuat, tapi jika tidak tahan kenapa tidak berbagi pada ibu dan ayah?"

Setelah ibunya berucap, Gulf menatap ibunya dengan genangan air mata yang kali ini tidak bisa ia sembunyikan. Hingga akhirnya ia memeluk sang ibu untuk menyalurkan rasa sedihnya.

"Aku pikir tak akan sakit, tapi ternyata sakit, sakit sekali" Ibunya mengelus kepala dengan pilu

"Aku menangis tiap malam, tak semua kenyataan kasat mata, meski aku tertawa di siang hari tapi aku menangis sesak di malam hari"

"Luapkan jika semuanya memang terasa sesak"

"Ibu?" Gulf melepas pelukannya

"Jika aku sudah tidak disini, jangan biarkan siapapun tau keberadaan ku, hanya ayah dan ibu yang boleh tau dimana aku berada"

"Kau menginginkan nya?" Ibunya memegangi wajah sang anak

"Bisa ibu melakukannya?"

"Tentu saja" Gulf kembali memeluk ibunya

Temu yang tak terencana, kagum secara perlahan, melupakan dengan paksa. Ceritanya singkat namun melekat, hanya sebentar menjalin ikatan, tidak tau komitmen atau hanya momen? Yang jelas bagi mereka ini bukan takdir hanya sekedar untuk hadir.

Setiap orang akan ada masanya, setiap orang hanya akan singgah, tidak akan menetap selamanya. Kadang semesta memberikan sosok yang membuat kita semangat melanjutkan perjalanan hidup tetapi semesta merebut kembali orang itu. Bercandanya semesta tak main-main, sembuhnya pun lama.



TBC
.
.
.
.
.
Lihatlah di ufuk langit utara

Thalassophile S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang