Proyek besar

11 4 0
                                    

Hari-hari berikutnya berjalan damai dengan pekerjaan yang semakin tidak manusiawi. Deadline yang semakin dekat membuatku sering kali begadang hingga lewat tengah malam dan berujung pada Soni yang tidak bisa tidur. Untungnya Soni telah menemukan kesibukan lain yang bisa dia lakukan untuk menemaninya begadang jadi kami pun menghabiskan malam bergelut dengan laptop masing-masing.

Hingga akhirnya hari di mana seluruh pekerjaan selesai akhirnya tiba. Aku menghirup nafas penuh kebebasan sembari menyambut mentari pagi yang melambangkan kemeredekaan. Tanpa sadar aku sudah tidak tidur semalaman tapi hasilnya setimpal, seluruh pekerjaanku akhirnya selesai.
Aku pun mengirimkan pesan konfirmasi pada Boss dan meminta ijin untuk masuk siang. Sekarang yang tersisa hanya sarapan lalu tidur dengan perut kenyang.

"Aku leluaaaaahhhhh."

Soni menguap lebar-lebar sembari menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Melihatnya seperti itu langsung membuatku merasa mengantuk tapi aku menahan godaan untuk ikut berbaring dan berjalan ke arah meja untuk minum segelas air.

"Kau menulis banyak sekali," ucapku sembari mengintip laptopnya yang masih menyala. Kira-kira ada 25 halaman word yang terisi penuh disana.

"Aku… agak bersemangat. Inspirasi-inspirasi itu datang begitu saja," jawabnya.

"Bolah kubaca?"

"Jangan!"

Dengan cepat dia bangkit dan menggunakan tubuhnya sebagai penghalang antara aku dan laptop. reaksinya itu menorehkan senyum kecil di wajahku. Aku ingat dulu juga bereaksi seperti itu, sangat malu saat ada yang melihat lukisanku.

"Aku paham aku paham, gimana kalau sekarang kita sarapan?"

"Oh, kau lapar? Akan kumasakkan sesuatu yang cepat."

Dia memastikan diri mematikan laptopnya sebelum beranjak. Aku sebenarnya penasaran cerita seperti apa yang dibuat oleh Soni tapi aku akan menahan diri, akan tiba waktunya untuk itu.

***

Siang hari yang begitu terik membuatku malas pergi bekerja tapi karena hari ini ada 'rapat penting' maka aku mengurungkan niatku untuk bolos. Kupilah-pilah baju yang akan kupakai dan menyadari jumlah baju bersihku hanya sisa sedikit, sudah waktunya mengunjungi laundry.

Namun di bagian bawah lemari aku melihat baju-baju Soni terlipat dengan rapi. Aku cukup yakin jumlahnya tidak sebanyak itu kemarin.

"Hei Soni, ini pakaianmu tiba-tiba menggandakan diri atau kau udah nyuci baju?"

"Iya. Nyuci baju, bukan menggandakan diri. Kemarin karena cuacanya panas jadi jemurannya cepat kering."

"Memangnya kau jemur dimana? Nggak di balkon kan?"

Sebagai jawaban Soni mengeluarkan sebuah tali dari kardus barangnya. Dia mengikat ujung tali di atas lemari dan ujung yang lain di pintu kamar mandi sehingga menciptakan gantungan sederhana. Normalnya akan ada tetesan air di lantai tapi karena cuaca yang panas tetesan itu akan menguap seketika. Ide yang cerdas.

"Jadi bajunya habis dijemur langsung dilipat? Memangnya nggak kusut?"

"Ya… kusut sih. Tapi kan aku nggak pakai kemana-mana."

Dengan kata lain dia tak masalah jika harus memakai pakaian kusut di depanku. Aku sebenarnya tidak mempermasalahkan itu tapi pikiran ekonomisku tiba-tiba bangun dengan sebuah ide cemerlang.

"Kau mau kubelikan setrika?"

Pertanyaanku membuatnya termenung sejenak dan seolah pikiran kami terhubung dia pun bertanya, "Mau kucucikan bajumu sekalian?"

Aku merasa tak enak membebani Soni terlalu banyak, tapi untungnya Soni sama sekali tidak keberatan. Dengan begini uang laundry pun bisa disimpan untuk hal lain.

Setelah sepakat aku pun berangkat kerja. Seperti yang kuduga, cuacanya begitu panas membakar kulit sampai-sampai keringatku menguap sebelum basah. Jujur, cuaca seperti inilah yang paling aku benci. Kertas-kertas akan menjadi lembab dan cat akan mengering dengan cepat sehingga cuaca panas adalah musuh untuk para seniman.

Untungnya perusahaan RxG memiliki AC yang selalu menyala di ruang serbaguna. Hembusan angin yang sejuk bahkan membuat lidah berbisa Cecile lebih bisa ditoleransi dan Luna si resepsionis baik memberikan minuman botol dingin bagi siapa pun yang menginginkannya. Ini adalah salah satu dari sedikit hal yang membuatku betah di kantor.

"Shade, kau sudah siapkan semua datanya kan?"

"All clear."

"Okay, kita ke ruang rapat sekarang."

Dengan menenteng laptopku akupun mengikuti Cecile ke ruang rapat. Suasananya agak tidak biasa, aku bisa merasakan Cecile agak tegang, rapat ini pastilah amat penting, mungkin rapat terpenting dalam sejarah perusahaan.

"Sebenarnya projek baru ini projek apaan sih?"

"Lah? Kau nggak tau?" Bukannya menjawab Cecile malah balik bertanya jadi aku cuma menggeleng. "Ini projek AR, Augmanted Reality. Kurasa kau bisa membayangkan sendiri konsepnya."

Sebagai pecinta film SciFi aku punya bayangan jelas konsep game yang Cecile maksud, game yang tengah kami buat. Tentunya akan ada aplikasi atau beberapa alat pendukung lain sesuai konsep game yang diusung. Mungkin game baru ini akan memiliki tema yang mirip dengan Pokemon Go. Projek yang sangat besar dan antusias, tak kurang dari seorang Abe Vladimir.

Saat kami tiba di ruang rapat hampir seluruh meja telah terisi penuh. Meja-meja yang disusun membentuk huruf U itu diisi oleh nyaris semua karyawan di perusahaan, tapi ada juga beberapa orang yang tak pernah kulihat sebelumnya dan orang yang menjadi pusat perhatian seluruh meja tak lain tak bukan adalah Boss yang kurang kami cintai.

"Welcome Ladies and Gentleman, silahkan duduk dan silahkan snack nya dimakan. Santai saja, tak akan ada siapapun yang di-PHK hari ini because hari ini adalah hari yang berbahagia untuk saya, Anda dan kita semua. Hari ini … tanggal berapa sekarang?"

"26 September," jawab Cecile cepat, tampak berang.

"Yes, itu. Hari ini tanggal 26 September saya dengan bangga mengumumkan pada kalian semua project terbaru perusahaan kita, nyalakan proyektornya!"

Gumam-gumam kecil yang sedari tadi memenuhi ruangan mendadak hilang saat lampu tiba-tiba mati dan proyektor menyala menampilkan trailer sederhana dari projek baru kami. Di sana aku bisa melihat karakter-karakter yang kubuat berjalan, terbang, dan bertarung dengan latar belakang yang tidak asing, tempat yang ditunjukkan di sana adalah interior perusahaan kami sendiri.

Teknologi AR sudah tak lagi terlalu asing di masyarakat tapi yang menjadi perhatian semua orang pastilah alat apa yang akan menjadi penghubung antara 2D dan 3D. Apakah smartphone? Smartphone adalah pilihan yang paling masuk akal dan mudah dijangkau oleh siapa saja.

Namun saat trailer mencapai bagian yang dimaksud, kami semua sontak berseru, "Wooowww!" Tampaknya darah orang Rusia di tubuh Boss kami bukan sekedar penghantar oksigen semata, sungguh berani dan bergairah. Mau tak mau aku merasa darahku ikut dipompa lebih cepat, malam-malam kurang tidur yang kugunakan untuk mendesain semuanya terasa tidak percuma.

Kalau projek ini sukses, aku akan traktir Soni makan beef steak selama seminggu penuh.

Memeluk JiwamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang