Pagi hari kembali dimulai dengan keributan yang biasa di kantor. Cecile yang berteriak pada beberapa pegawai baru membuat kepalaku yang masih separuh tertidur bangun perlahan.Kuhirup lagi sedikit aroma kopi dari gelas di tanganku, berharap kafeinnya bisa sedikit menghangatkan tubuh, sebelum menaruh perhatian penuh pada karakter baru yang sedang kukerjakan.
Perusahaan RxG tempatku bekerja telah mengalami perubahan besar-besaran. Gedung kantor kami yang semula seperti kuburan karena hanya ada beberapa pegawai kini terasa sesak sampai-sampai Amir harus membuka kantor cabang untuk memfasilitasi banyaknya proyek yang masuk.Game pertama yang kami buat sukses besar berkat promosi gila-gilaan dan banyaknya orang yang tertarik pada konsep AR game yang kami usung. Saat ini di seluruh negeri mungkin sudah ada ratusan kafe AR yang didirikan khusus untuk menikmati game-game besutan kami dan berkat kesuksesan game pertama, game kedua dan seterusnya mendapat begitu banyak sponsor sehingga gajiku di perusahaan ini benar-benar membuatku bersyukur tidak jadi resign 5 tahun yang lalu.
Aku masih melakukan hal yang sama, mendesain karakter. Namun kini aku tak perlu melakukan tugas-tugas tambahan karena sudah ada orang lain yang mengurusi hal itu. Kendati demikian setiap tahunnya aku akan mendapat satu tugas ekstra yakni menjadi penanggungjawab dari satu atau dua anak magang. Tahun ini anak magang itu bernama Cindy, lulusan Sma yang masuk berkat koneksi seseorang.
Sejujurnya aku tak menyukai nepotisme tapi karena dia sungguh-sungguh dalam bekerja aku tak pernah menunjukkan ketidaksukaanku, terlebih lagi dia adalah….
"T-tolong tanda tangani ini."
Aku melihat benda yang dia sodorkan padaku sembari menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
"Lagi? Baiklah, tak masalah. Dia juga pasti senang."
Saat melihat judul novel yang dia berikan aku tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum kecil. Shape of Your Soul, novel cetak pertama yang ditulis oleh Soni dengan cover yang aku buat sendiri. Tak bisa menahan diri aku pun membuka novel itu untuk sekedar melihat kalimat yang tertulis di halaman pertamanya.
Untuk Shade tersayang.
Ya ampun, tiba-tiba saja aku jadi ingin segera pulang dan menciumnya. Kira-kira dia sedang masak apa ya di rumah? Lebih baik kutelpon saja dia sekarang. Namun sebelum aku meraih ponselku, ponsel itu sudah berbunyi lebih dulu tanda panggilan masuk dan nama yang tertulis sebagai pemanggil adalah 'Ibu Mertua.' Jarang sekali Mertua menghubungiku di jam kerja, kira-kira ada apa?
Aku mengangkat lalu mendengarkan dengan baik dan sesaat kemudian aku sudah mengemasi barang-barangku dan lari menuju pintu keluar. Di lobi aku melewati Cecile yang keheranan dan dia berteriak padaku.
"Kau mau ke mana? Kerjaanmu masih banyak!"
"Besok besok, istriku mau melahirkan!"
Akhirnya, setelah sembilan bulan penuh penantian dan kecemasan, hari ini akhirnya tiba juga. Aku tak bisa menahan kekhawatiran yang tumbuh dalam diriku sampai-sampai nyaris menabrakkan motorku saat keluar dari tempat parkir. Seluruh akal sehat mulai sirna. Aku menyalakan motorku dan tanpa memperdulikan kendaraan lain maupun lampu merah aku menggas sekencang mungkin agar bisa tiba di rumah sakit secepat-cepatnya.
Untungnya aku bisa sampai tanpa insiden apa pun. Kematian seorang ayah di hari kelahiran anaknya bukanlah kisah yang lucu untuk diceritakan. Segera saja aku berlari memasuki rumah sakit yang mana Rui sudah menungguiku di aula depan. Tanpa bicara dia menunjukkan arahnya padaku.
Aku melihat Ibu Mertua berdiri di ujung koridor. Ekspresinya menunjukkan kepanikan yang luar biasa tapi saat melihatku dia tampak sedikit lega. Dia menjelaskan garis besarnya dan dari apa yang dia ceritakan, kami tak punya pilihan selain membiarkan dokter menangani persalinan di balik pintu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Jiwamu
RomanceShade adalah seorang pelukis yang tengah kehilangan jati dirinya. Dia ingin melukis sesuatu, tetapi tak ada apa pun yang cukup indah untuk membuatnya bersemangat. Sampai suatu hari, dia melihat tetangganya yang hendak melompat dari lantai empat. Di...