Keduanya diam, Freya hanya diam memandangi langit-langit rumahnya.
Sampai satu tangan membuatnya terkejut, Flora tiba-tiba memeluknya dari samping.
Mungkin karena efek dari minuman itu masih ada pada Flora sekarang.
"Jantungku.. kenapa berdetak kencang ya? Apalagi setelah melihat perutnya tadi" batin Freya.
"Aku tidak tahu kamu siapa, tapi terimakasih sudah menyelamatkanku, bolehkah aku berharap kamu adalah dia? Gadis yang selama ini ku sukai.." lirihnya sambil menyandarkan kepalanya di bahu Freya.
Freya diam, menenangkan jantungnya yang terasa ingin loncat dari tempatnya.
"Julukan sempurna cocok untuknya, gadis yang bernama Freyana Shifa itu membuatku gila" ucapnya sangat pelan, sambil menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Freya, membuat Freya merasakan geli di area lehernya karena merasakan nafas dari Flora yang begitu menempel padanya.
Tak terdengar suara lagi dari Flora, Freya pun melirik sedikit, sedikit menggerakkan tubuh Flora mengecek apakah Flora masih bangun atau sudah tertidur.
"Sudah tidur rupanya, huft.. jantungku kenapa seperti ini? Aneh sekali" gumamnya sambil mengarahkan kepala Flora untuk berbaring di bantal yang sudah ia sediakan.
Setelah menidurkan Flora, ia duduk disamping Flora di bawah beralaskan karpet bulu di ruang tengah.
"Aku senang rasanya mendengar kamu menyukaiku, tapi apa kita dibolehkan bersama? Dari segi agama saja kita tidak bisa.. Maaf Flo, aku harus terus mempertahankan kesadaranku untuk tak membalas perasaanmu" lirih Freya dengan tangannya mengusap lembut pipi Flora yang sedang tertidur dengan pulasnya.
Freya memilih berjalan ke kamarnya meninggalkan Flora sendirian di ruang tengah. Ia tak kuat jika harus membawa Flora ke kamarnya di lantai 2.
*
*
Keesokan harinya..
"Emhh.. dimana ini? Kepalaku sakit sekali, badanku juga sulit digerakkan rasanya sakit semua" Ucap Flora yang mulai mendapatkan kesadarannya di pagi hari, saat hendak bangun untuk melihat sekitar.
Tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Flora.
"Istirahat saja dulu di sini Flo, lagipula ini hari libur" Ucap Freya membawakan senampan bubur penghilang pengar akibat alkohol yang Flora minum, dan air putihnya tentu saja.
Meletakannya dimeja dan membantu menyandarkan tubuh Flora di sofa.
"Apa ada yang terasa sakit Flo? Katakan padaku?" Tanya Freya.
"Semuanya.." singkatnya.
"Mau ku obati? Eh tapi makan ini dulu saja, agar pengar efek dari mabukmu hilang" titah Freya.
Flora hanya diam, menurut saat Freya mulai memasukan suapan demi suapan ke mulut Flora.
"Jangan mengasihaniku, aku tak suka dikasihani" dingin Flora.
Freya hanya menghembuskan nafas kasar, ia harus bersabar untuk saat ini pada gadis didepannya ini.
"Flora Rendy Jayawinata.. Aku tak pernah mengasihanimu, aku hanya ingin membantu, apa yang salah dengan itu?" Tanya Freya dengan nada kesalnya.
"Tidak" sahut Flora, kembali menerima suapan terakhir dari Freya.
"Terimakasih.." Ucapnya dengan nada pelan.
"Apa? Aku tidak mendengarmu" Ucap Freya bermaksud menjaili sahabat lamanya itu.
"Aku bilang, terimakasih" Ujar Flora dengan nada yang sedikit dikeraskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend??[REVISI]
RandomBaca aja guys.. seru kok maybe? walaupun agak tidak masuk akal but it's just fiksi! So, happy reading guys 💐