39

1.2K 100 27
                                    

     "Apa?! Anak saya buta? Apa kamu tidak berbohong dengan ucapanmu?"

"Tidak tuan, saya berani bersumpah soal itu"

"Yasudah, tolong usahakan pendonor yang cocok untuk anak saya, jangan sampai saya gunakan matamu sebagai gantinya jika kamu tak cepat menemukan mata yang cocok untuk anak saya"

"E-ehmm.. ba-baiklah tuan" gugupnya, setelah mengatakan itu, pria paruh baya itu keluar dari ruangan dokter, untuk menuju ke ruangan Flora, saat melewati lorong, terlihat Flora sedang bercanda dengan Freya di bangku yang ada di taman, niat ingin menjenguk, ia pun mengurungkan niatnya, ia ingin melihat sejauh apa Freya mencintai anaknya itu.

"Jika wanita itu baik untukmu, akan ku izinkan apapun yang jadi kebahagiaanmu nak" Monolognya sambil tersenyum.

Back to FreFlo..

"Hmm gimana? Suka gak permen kapasnya? Manis kan?" Tanya Freya.

"Tapi ada yang lebih manis tahu.."

"Apa?"

"Kamulah, apalagi" Sahut Flora dengan senyumannya.

"Kok aku?" Tanya Freya.

"Ya menurut ngana? Hahaha senyuman kamu sayang, ah ku jadi pengen liat gadis manisku" Ucapnya mengalihkan wajahnya ke arah depan dengan senyuman hambarnya itu.

"Kamu bakal liat aku secepatnya" Ucap Freya mengusap lembut puncak kepala Flora.

Freya memegang kedua pipi Flora untuk melihat ke arahnya, memandangi wajah pucat yang baru saja terbangun dari tidur panjangnya itu dengan intens.

"Kamu gak pernah berubah, tetep sempurna di mataku, walaupun dengan keadaan kamu yang sekarang, I'm always fall in love with u everyday Flo.." Menarik tubuh lemas itu untuk mendekat ke arahnya, memeluknya erat menghirup aroma Flora.

"Hm vanilla, sejak kapan kamu suka pake parfum vanilla?" Tanya Flora.

"Hm sejak disini, tapi kamu suka kan?" Tanya Freya.

Flora mengangguk dipelukannya.
Lama dalam posisi seperti itu,
"Oh ya.. Kamu mau makan apa hm? Makanan rumah sakit biasanya gak enak"

"Hahah tahu aja, aku mau mam bubur, tapi kalo gak ada jangan maksain ya sayang?"

"Iyaa bubu, ada kok didepan tuh" Jawab Freya.

"Yauda, jangan lama-lama ya.."

"Iya gak lama kok, wait me okay??"

Flora hanya mengangguk, ia menyandarkan tubuhnya pada kursi taman, sambil menunggu Freya ia pun berdiam diri disana, merenung akan hidupnya, Freya yang sudah tak terdengar pun menandakan Flora sendiri sekarang.

Sampai suara sepatu mengalihkan perhatian Flora.

"Sayang.. Maafin Papa" Lirih Bobby, menarik kepala anak sulungnya itu.

"Eh? Papa? Dari kapan disini hm? Aku.. aku gak liat Pa, aku gak bisa liat, gimana Pa hiks hiks.." tangis Flora entah kenapa dirinya tak bisa menahan tangisnya didepan sang Ayah.

"Shutt don't cry babe, Papa janji akan membawakanmu mata yang indah, sabar ya sayang?" Lembutnya mengusap air mata Flora.

Tak dapat berbohong, hati Bobby juga ikut tersakiti mendengar tangis sang anak, ia benar-benar tak mengira akibat dari luka yang sebelumnya, menjadi seperti sekarang, dampak yang dirasakan pun bukan hanya sakit dikepala, tapi di saraf pun sudah terinfeksi ledakan bom saat itu.

Tak sampai 15 menit..

"Eh? Ada Papa, Papa udah lama disini?" Tanya Freya yang baru saja kembali ke taman setelah membelikan Flora bubur.

Just Friend??[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang