24

1K 84 7
                                    

       Jam 19.00 WIB

Shani sudah terlihat rapi dengan Cardigan putihnya, rambutnya dikuncir agak bawah.

Tanpa sadar Aldo memperhatikan Shani tanpa berkedip,
"Cantik banget gila.." Batin Aldo.

"Udah rapih aja Shan, mau kemana?" Tanya Gaby yang melihat Shani turun dengan baju rapinya.

"Ah mau keluar bentar ya Ma, diajak keluar sama temen" sahut Shani dengan senyumannya, sambil berjalan ke arah Gaby untuk berpamitan.

"Oh yaudahh hati-hati ya, jangan malam-malam pulangnya" peringat Gaby saat Shani mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

"Kedip kak kedip, ciee diliatin terus diliat-liat, mana gak kedip lagi" ledek Ella yang memperhatikan Aldo.

Aldo yang mendengarnya pun memutar bola matanya malas, mengalihkan pandangannya pada tv yang sedang mereka tonton bersama.

Shani yang melihat Aldo pun hanya tersenyum kecut.

"Apa aku terlihat semenjijikkan itu Do?" Batin Shani.

Shani yang sudah berpamitan pun berjalan keluar.

Setelah Shani tak terlihat dibalik pintu,

"Aku mau ke kamar dulu" Ucap Aldo dengan nada datarnya.

"Hm bau hati bakar Ma" Ucap Ella berbisik.

"Shutt berisik, biarin aja dia, mungkin Shani bukan jodohnya" Jawab Gaby.

*Aldo POV

Aku naik ke atas dengan rasa kecewaku, entah kenapa penolakan ci Shani berbeda dengan penolakan gadis lain, bahkan Ashel pun aku tak terlalu memikirkannya, berpikir dia cukup setia, bodoh memang.

But kenapa kali ini lebih sakit ya? Di tolak ci Shani doang padahal. Aku berjalan menuju balkon, dan ya melihat Gracio dan Shani sedang mengobrol dengan tawa nya masing-masing.

"Kayaknya gua gak bakal bisa deh kayak Gracio-gracio itu, dia orangnya humble gitu, mereka deket banget lagi keliatannya" Gumamku saat melihat interaksi keduanya.

Aku terus memperhatikan mereka berdua, sampai dimana adegan yang tak mau kulihat sedikit pun, Gracio mendekatkan wajahnya ke arah ci Shani, aku tahu betul apa yang akan terjadi ke depannya.

Dengan hati berdebar disertai rasa sakit yang sulit dijelaskan itu, ku beranikan diri untuk melihat adegan selanjutnya.

Namun saat sudah dekat, kulihat ci Shani menolaknya dengan mengalihkan wajahnya ke arah lain, agar Gracio tidak menciumnya.

Gracio yang melihatnya hanya memasang wajah kesal.

Begitupun Shani yang memilih langsung memasuki mobilnya.

Aku yang melihatnya hanya menahan tawa, walaupun hatiku seolah berdebar dan akan sakit ke depannya kalo ciuman terjadi seolah berteriak "tidak, tidak boleh" tapi aku tak yakin perasaan macam apa yang ku miliki untuk ci Shani.

Aku yang kesal pun hanya berjalan meninggalkan balkon menuju kamar.

"Tapi kok perasaan gua gak enak ya? Apa gua ikutin aja mereka?"

Aku berpikir sejenak.

"Yaudah gua ikutin aja, takut kenapa-kenapa, dia juga baru kenal Cio, takut si Cio itu ada apa-apanya lagi"

Aku berjalan mengambil kunci motorku, jaketku, dan berjalan keluar.

Ella dan Mama juga kulihat sudah tak ada dibawah, aku menghembuskan nafas lega saat tak ada siapapun yang tahu aku mengikuti ci Shani sekarang.

Just Friend??[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang