45

1.1K 95 32
                                    

   Sudah 2 jam yang lalu Bobby dan Shani nampak menunggu di depan ruang operasi, saat datang tadi Aldo langsung dibawa ke ruang operasi oleh dokter untuk mendapatkan pertolongan pertama karena ia mendapatkan tembakan dikakinya.

"Shani.. bagaimana bisa Aldo terluka seperti itu Shan?" Tanya Bobby dengan wajah khawatir nya.

"Tadi kami sedang dikejar oleh Jessi dan anak buahnya Pa, kamu sedang membersihkan diri di sungai, tiba-tiba mereka datang dan berakhir seperti sekarang, maafkan aku Pa, aku belum bisa menjaga Aldo dengan baik selama kamu dihutan" lirihnya sambil menunduk.

Bobby mendekat ke arah Shani, mengelus lembut rambut yang sudah terlihat lusuh itu.

"Tak apa, terimakasih sudah mau membantu Papa memulangkan Aldo, saya memang tak salah memilih kamu sebagai pasangan Aldo, kamu baik sekali Shani.. Bahkan disaat Aldo di titik terendah nya kamu setia menemaninya, jangan berkecil hati Shan.." lembutnya.

Shani menatap kagum ke arah Papa Aldo, dengan mata berkaca-kaca nya, ia sungguh senang, namun sedih di waktu yang bersamaan sekarang.

"Hiks terimakasih Pa, aku sangat mencintainya, ini kali pertamaku mencintai seseorang, jadi  kupikir aku harus menjaga cinta pertamaku" lirih Shani dengan air matanya yang tak terasa menetes begitu saja.

"Hm jagalah dia, Papa menitipkan sepenuhnya Aldo padamu Shani, dia itu cuma laki-laki ceroboh yang selalu butuh pengawasan orang tua, namun karena sekarang sudah ada kamu, saya tidak perlu mengkhawatirkannya lagi" ucap Bobby.

"Baik pa.. Dengan senang hati, benar dia memang hanya laki-laki ceroboh, orang yang sangat ceroboh yang pernah kutemui" ucap Shani dengan senyum tipisnya, sambil menghapus air matanya yang mengalir.

Ditengah percakapan itu..

"A..Aldo? Apa terjadi sesuatu pada Aldo pa?" Suara itu sukses membuat kedua orang yang menunggu didepan ruang operasi terkejut.

Deg

"Flora? Hey apa yang kau lakukan disini nak? Kau masih sakit, nanti Papa jelaskan, ayo Papa bantu kembali ke kamar.." Panik Bobby yang melihat Flora didepannya berjalan dengan susah payah menyandarkan tangannya ke tembok-tembok untuk berjalan.

Flora menolak kasar tangan Bobby yang hendak membantunya kembali, "PA PLEASE BIARKAN FLORA TAHU SEMUANYA, SUDAH BEBERAPA HARI INI FLORA DIABAIKAN, AKU HIKS AKU KESEPIAN PA! AKU.. AKU INGIN BERTEMU FREYA, DAN YANG LAIN, TOLONG JANGAN MEMBUATKU MERASA TIDAK PEDULI AKAN SEMUANYA" Tangisannya pecah, ia benar-benar dibuat kesepian beberapa hari ini, karena tak ada yang menjenguknya seorang pun, bahkan disaat dirinya belajar berjalanpun, hanya ada dokter yang membantunya, ia merasa seperti ditinggalkan.

Bobby yang mendengarnya terkejut tentu saja, baru kali ini ia melihat anaknya itu sangat marah padanya.

Flora ambruk, ia menangis sejadi-jadinya, Shani yang daritadi hanya mendengar pun berjalan mendekat ke arah Flora, memeluknya dalam posisi duduk.

"Hey.. tenanglah Flo, maksud Papa baik sama kamu.. Beliau hanya tak mau kau drop kalo tahu semua yang terjadi dirumah, sabar dulu ya.. Papa pasti cerita semuanya sama kamu.. Kamu percaya kan sama Cici?" Lembutnya sambil mengelus lembut punggung bergetar Flora.

"Hiks.. ta-tapi aku ingin bertemu Freya ci.. Aku gak mau kesepian.." lirihnya.

"Iya.. Iyaa nanti kita pulang ya sayang.. tenangkan dirimu dulu, baru setelah itu kamu boleh pulang.." sahutnya.

"Shani?! Kata siapa dia boleh pulang? Saya tidak mengizinkannya pulang, ia harus tetap disini sampai pulih.." cegah Bobby yang sedaritadi merenung memikirkan ucapan anaknya itu.

"Pa, udah biarin Flora pulang, Jessi sekarang makin berani, takutnya dia malah jadiin Flora target selanjutnya, karena Flora yang kurang pengawasan dari kita, jadi izinin dia pulang ya Pa?" Ucap Shani memohon.

Just Friend??[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang