Flora baru saja sampai ke rumah Freya..
Pintu tertutup rapat, Flora mulai mengetuk-ngetuk pintu rumah Freya yang terlihat masih sepi, mungkin orang tuanya belum pulang, pikir Flora.
"Fre? Aku tahu kamu didalam, tolong dengarkan dulu penjelasanku" ucap Flora sambil mengetuk-ngetuk pintu.
Siapa sangka, Freya berada tepat dibalik pintu, duduk menyandarkan tubuhnya di pintu, menangis sejadi-jadinya karena ia merasa sangat kecewa pada Flora sekarang, selain Flora yang tak jujur, ia juga kesal pada dirinya sendiri, karena sudah tidak sopan dengan sering menggoda Flora, apalagi ia sudah tidur bersama Flora yang notebenenya laki-laki sekarang.
"Argh Flora! Hiks kamu buat aku bingung di waktu bersamaan, tapi kenapa?! Kenapa kamu gak pernah cerita apapun sama aku?! Apa benar aku sahabatmu.. kenapa kamu tak sepercaya itu padaku!!" Gerutunya sambil menangis.
Flora masih diluar, mengetuk pintu terus menerus.
Freya mengabaikannya, ia terus menangis dibalik pintu tanpa mempedulikan Flora yang masih berisik mengetuk-ngetuk pintu.
Sampai Freya merasa kelelahan karena menangis, dan rasa kantuk datang.
Ia pun mulai terlelap dengan sendirinya, karena lelahnya menangis dibalik pintu.
*
*
Hari sudah mulai gelap.
Flora masih terlihat terduduk lesu didepan pintu rumah Freya.
"Apapun aku lakukan demi kamu Freya, menunggu saja tak masalah untukku, asal kamu mau mendengar penjelasanku" ucapnya sambil terus menunggu.
"Nghh.. ah badanku rasanya sakit semua.." Lenguh Freya.
Mulai membuka matanya, dan memilih meninggalkan tempatnya semula.
Berjalan ke arah sofa, menyandarkan tubuhnya, tubuhnya benar-benar terasa sakit sekarang.
*Freya POV
Mungkin Flora sudah pulang, karena hari juga mulai gelap, tidak mungkin kan dia menungguku terus menerus, aku tahu betul kesabarannya seperti apa jika disuruh menunggu.
Suara ketukan pintu juga sudah tak terdengar, sepertinya ia benar sudah pulang.
Aku memilih bangun, berjalan menuju kamar, untuk sekedar membersihkan tubuhku yang terasa lengket, karena kelelahan menangis.
Mengambil bathrobe ku, dan berjalan menuju kamar mandi.
Saat di kamar mandi..
Ku lihat di kaca wastafel, mataku sembab, seperti tersengat lebah.
"Ah selalu saja begini, siapa ini.. kenapa begitu jelek" Ucapku sebelum membuka bathrobe dan mulai menyalakan keran air, untuk mengisi bak mandi.
Rasanya aku ingin berendam, meredam pikiranku yang sedang tak baik-baik saja.
Saat sudah siap, aku masuk ke dalam bak, dan mulai berendam, memikirkan hal yang ku dengar tadi terus menerus.
"Kalau dia laki-laki, aku harus senang atau sedih? Tapi kami sudah lama bersahabat, soal gender yang bisa dibilang hal kecil saja aku tidak tahu? Kenapa aku baru menyadarinya sekarang, keanehannya membuatku benar-benar menyadari semuanya" Monologku.
Oh ya ampun harus bereaksi seperti apa? Apa aku tidak berlebihan? Tapi aku kecewa, seolah persahabatan kita tak ada artinya.
Yah rambutnya pendek sih dari dulu, tapi wajahnya itu bisa dibilang cantik, tapi sekarang ya ganteng sih, cuma aku lihatnya dulu dia itu cantik, bukan ganteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend??[REVISI]
RandomBaca aja guys.. seru kok maybe? walaupun agak tidak masuk akal but it's just fiksi! So, happy reading guys 💐