18. Penyakitan

13 2 0
                                    


HAPPY READING...

Sudah sejak tadi davin mondar mandir tidak jelas didepan ruang UGD rumah sakit terbesar yang berada di bandung.
Tak hanya davin, namun juga ada raga dan reni, kedua orang tua diandra. Juga ada ketiga teman davin. Galang, ken dan satria.

Reni dan raga panik saat dirinya mendapat kabar bahwa anaknya dilarikan ke rumah sakit. Secepat mungkin kedua nya langsung menuju rumah sakit.

Lorong UGD di penuhi isak tangis dari Reni yang berada dipelukan raga. Davin memberitahu kedua orang tua diandra saat dirinya dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Davin ditemani ketiga temannya saat menuju rumah sakit, Davin dan diandra berada di kursi penumpang dengan diandra, Davin sengaja senderkan Kepala Diandra di bahunya. Dan ken berada disamping kanan diandra. Galang menyetir, dan satria berada disampingnya.

Racauan tak jelas dari Reni membuat raga semakin khawatir dan panik serta takut menyelimuti dirinya. Davin yang memang sedari tadi mendengarkan hanya diam. Namun dalam otaknya banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan.

Davin, laki laki bongkahan es itu tiba tiba menjadi seperti ini, raut wajah khawatir serta takut terpampang jelas diwajahnya. Ketiga teman Davin yang melihat itu bingung, aneh. Tak biasanya davin se peduli ini.

"Vin lo kayak setrika listrik tau gak! Mondar mandir gak jelas lu" Celetuk satria membuat ken menendang kakinya.

"Tu mulut diem dulu, lagi suasana gini juga." Sahut ken.

Satria hanya cengengesan. "Sorry hehe, lagian banyak banget pertanyaan menghantui otak gue."

"Hantu pala lo"

"Eh ken, si Davin kayaknya khawatir gitu ya. Si diandra kenapa juga pingsan?" Bisik satria kepada ken. Mengalihkan pembicaraan tadi.

"Gue juga ngerasa aneh" Sahut ken.

"Eh lang, sat. Liat deh. Nyokapnya didi perasaan dari tadi ngomongnya kayak takut diandra pergi jauh gak sih? Terus tuh si Davin mondar... Mandir... Mumet pala gue, sebenarnya diandra kenape sih?" Tanya ken frustasi, memang ken selama ini sering kali melihat diandra yang selalu pingsan. Entah itu abis upacara maupun hukuman dijemur. Tak hanya ken. Tapi ada Davin, Galang, satria serta teman teman diandra yang merasakan hal aneh itu.

"Gue juga gak ta-"

"Kalian mening pulang lagi ke sekolah" Suara bariton dari pria paruh baya yang dimana itu adalah raga papah diandra langsung mengalihkan atensi ke empat laki laki remaja.

"Ah gak papa o-"

"Iya om kita pamit aja ya om" Sela Galang yang langsung berdiri. Iya tau otak kedua temannya yang bar bar ini, pasti mereka berniat untuk bolos dengan alasan Diandra.

"Iyaa, makasih sudah membawa diandra ke rumah sakit"

"Sama sama om, kita pamit" Ujar ken dan Galang, sedangkan satria mendengus kesal karena ucapan nya selalu terpotong.

"Vin ayo balik" Ajak ken.

"Lo duluan"

Ketiga laki laki itu mengangguk, Galang mengerti apa yang dirasakan Davin. Dan Galang tau bahwa Davin mencintai diandra. Namun gengsi yang dimiliki Davin besar sekali. Akhirnya mereka pun pergi setelah berpamitan kepada raga dan Reni.

Tersisa lah dua sejoli paruh baya dengan Davin.

"Pah, didi gak papa kan? Kok dokternya lama... " Lirih Reni dengan menatap sendu pintu UGD yang masih tertutup.

"Sabar ya... " Hanya kata sabar yang hanya bisa dikeluarkan oleh raga. "Nak, kamu gak pulang ke sekolah?" Tanya raga yang melihat Davin masih tetap berdiri didepan pintu UGD.

Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang