27.

3.6K 350 17
                                    

Villa Boseong

Daniel baru saja selesai melakukan aktivitasnya dari dalam kamar mandi setelah ia melakukan rutinitasnya setiap pagi, yaitu berolahraga mengitari jalan di area perkebunan teh bersama beberapa orang pekerjanya.

Dari sejak pertengkaran semalam itu sampai dengan pagi ini, Park Jiyeon sama sekali belum mahu berbicara dengannya.

"Hmm, yeobo." Daniel berusaha mengajak Park Jiyeon agar mahu berbicara dengannya kembali seperti sedia kala.

Yang mana saat ini Park Jiyeon tengah berdiri di depan jendela kamar milik mereka berdua itu sambil memandang ke arah luar dengan tangan yang terlipat di dada.

Park Jiyeon mengabaikan sapaan lembut dari Daniel barusan dikarenakan dirinya yang masih sakit hati akibat kekecewaan yang telah diberikan oleh suaminya itu semalam.

"Yeobo?" Ulang Daniel.

Park Jiyeon masih setia dengan kebisuannya.

Karena masih belum juga mendapatkan respon dari Park Jiyeon, Daniel menghela napasnya sebelum ia mendekatkan dirinya pada istrinya yang tercinta itu.

"Yeobo, apa kau masih marah padaku?" Dengan penuh keberanian, Daniel sambil melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping milik istrinya itu kemudian ia mengecup lehernya dengan sangat lembut.

Saat itu juga, Park Jiyeon berhasil memperdengarkan suara lewat hembusan napasnya karena itu.

Daniel mengukir senyum di bibirnya, sebab ia merasa bahwa istrinya itu telah luluh dan akan segera mengeluarkan suaranya.

"Pagi ini aku akan berangkat ke Seoul, dan mungkin akan kembali esok lusa. Setelah acara itu selesai aku harus menemui putri kita." Ucap Daniel dengan lembut.

"Untuk apa kau menyampaikan berita itu padaku!" Jawab Park Jiyeon dengan ketus.

"Tentu saja aku harus menyampaikan hal itu padamu, yeobo. Karena kau adalah istriku, dan kau harus tahu dimana keberadaan suamimu ini selama dua hari ke depan itu."

Park Jiyeon menarik badannya dari pelukan cinta Danial, lalu ia mengubah posisinya sebanyak 180⁰ untuk menatap sangat tajam pada suaminya yang keras kepala itu.

"Apa itu masih penting bagiku?!"

Daniel menghela napasnya karena ia memahami arti kalimat yang terucap barusan.

"Yeobo, aku tidak ingin,,," Daniel menghentikan ucapannya karena langsung dipotong oleh Park Jiyeon yang tengah tersulut emosi itu.

"Setelah kau membuat keputusan tanpa sepengetahuan dariku, lalu sekarang kau meminta aku untuk mengetahui keberadaanmu selama dua hari ke depan. Apa kau pikir aku masih membutuhan itu?!"

Daniel diam membisu sambil mengerjapkan matanya.

"Jika kau ingin pergi, maka pergilah! Kau tidak perlu lagi menjelaskan kemana kau akan pergi karena peranku sudah tidak penting lagi bagimu. Sekalipun kau tidak pernah kembali lagi ke dalam rumah ini, aku tidak akan pernah mahu mencari tahu dimana kau berada!"

"Yeobo, kau tidak,,," Ucapan Daniel kembali dipotong oleh Park Jiyeon berikut ini.

"Kau berkhianat saat aku mengandung Lisa, buah cintamu sendiri. Kau memohon ampun kepadaku agar aku tidak sampai menceraikan kau waktu itu dengan segala janji yang kau ucapkan bahwa kau tidak akan pernah mahu mengakui putramu itu di hadapan hukum. Lalu sekarang kau melupakan janjimu itu! Kau membuat keputusan tanpa aku dan Lisa ketahui sebelumnya. Tidakkah kau bisa memikirkan bagaimana aku begitu tertekan atas bayang bayang masa lalu darimu itu jika sampai kau menjadikan status pria itu sebagai putra kedua dari keluarga Manoban, Daniel?!!"

I LOVE YOU BROTHER IN LAW(JENLISA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang