3.

7.1K 481 3
                                    

Warning! Bagi kalian yang sedang menjalankan ibadah puasa, sebaiknya kalian tunggulah sampai waktu berbuka puasa, karena di dalam chapter ini mengandung hal hal yang mungkin bisa membatalkan puasa kalian. Mohon maaf sebelumnya 🙏🙏

||
||
||

Keesokan harinya.

"Engghh."

Lisa baru saja terbangun dari tidurnya yang nyenyak ketika wajahnya yang damai tersapa oleh sinar matahari pagi yang masuk ke dalam kamarnya lewat dinding kaca Penthouse miliknya.

Dua tangannya kemudian terentang untuk sekedar meregangkan otot ototnya yang terasa pegal karena sepanjang malam ia tidur di atas sofa.

Matanya yang berat sesekali mengerjab disertai dengan mulutnya yang menguap lebar lalu mengecap malas.

Setelah keseluruhan dari nyawanya berhasil terkumpul dengan sempurna, Lisa mengulum senyum manis ketika ia menyadari ada sehelai selimut tebal yang tengah menutupi tubuh telanjang miliknya, yang itu artinya Jane masih perduli terhadapnya.

"Jane?!" Lisa langsung beranjak dari atas sofa setelah ia meliliti tubuh telanjangnya menggunakan selimut yang sama, lalu ia mengambil langkah cepat menuju ke arah kamar tidurnya untuk memastikan bahwa Jane baik baik saja setelah pertengkaran mereka semalam.

Cekrekkk

"Haa."Lisa menghela napas panjang ketika matanya yang besar mendapati kondisi seisi di dalam kamar tidurnya telah hancur berserakan seperti kapal pecah.

Lisa tidak sama sekali terkejut melihat kondisi kamarnya itu saat ini karena ia sudah menduga hal itu sebelumnya akan terjadi. 

Setelah itu, Lisa kembali mengulum senyum penuh arti cinta di bibirnya, tatkala mata besarnya melihat ke arah Jane yang masih berbaring di atas ranjang mewah sana, yang mana saat itu Jane baru saja berbalik badan memunggungi arah pintu.

"Selamat pagi, Jane sayang?" Sapa Lisa, lalu ia menyibak selimut untuk segera ikut berbaring di atas ranjang tepat di sebelah Jane.

Tentunya setelah Lisa memberikan Jane kecupan selamat pagi di pipi mandu milik calon istrinya itu.

Dengan perasaan rindu miliknya, Lisa memeluk calon istrinya yang juga masih bugil itu dari arah belakangnya sebelum Lisa membenamkan wajahnya di bagian tengkuk milik calon istrinya yang tercinta itu.

"Apa kau masih marah padaku, hem?" Tanya Lisa kemudian.

Meski Jane masih sangat marah saat ini, tetapi ia sama sekali tidak menolak pelukan hangat dari Lisa saat ini, sebab perasaan amarahnya saat ini sama besarnya dengan perasaan cintanya terhadap Lisa itu sendiri.

Itulah mengapa Jane sengaja membuka kunci pintu kamar tidur itu, agar Lisa bisa masuk ke dalamnya untuk segera memberikan dirinya sentuhan sentuhan manis seperti yang biasa calon suaminya itu berikan saat mereka berdua tinggal bersama di Inggris sebelumnya.

"Menurutmu?!" Jawab Jane tanpa berniat menoleh ke arah belakang karena dirinya yang masih marah.

Namun meskipun demikian, sudut ekor mata kucingnya justru berkehendak lain.

Melalui sudut ekor matanya, Jane dapat melihat pergerakan jari jari panjang milik Lisa yang tengah menyibak beberapa helaian dari rambutnya yang menghiasi wajah cantiknya.

Dan saat itu juga Jane memejamkan matanya.

"Kau sudah tidak marah lagi kepadaku itu sebabnya mengapa kau membuka kunci pintu itu, supaya aku bisa masuk, benar?" Ucap Lisa dengan sangat lembut selembut jari jari panjangnya yang saat ini sedang bergerak lambat menggaris tubuh telanjang milik Jane dari bagian pipi mandunya hingga berakhir di bagian perut ratanya.

I LOVE YOU BROTHER IN LAW(JENLISA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang