Alan itu nama bokap gue anjir 😭
Aroma tanah basah tercium menguar, Jaemin duduk di temani sepi. Dimana saat ini dirinya sedang duduk sambil menekuk lututnya ke atas, di sebuah pos ronda sendirian.
Rintik air hujan seperti mengetahui kalau si manis sedang bersedih. Bahkan kunang-kunang pun tak sudi menyinari gerimis malam itu.
Haruto datang dengan bokser warna hitam dan sebuah sarung yang ia selempangkan. Tidak lupa baju koko warna putih melekat sempurna di tubuh proporsionalnya.
"Abang mau ke masjid, mau ikut?"
Jaemin menggeleng, dalam hatinya sudah terlalu rapuh dan belum siap buat ketemu sama apa yang namanya kebaikan.
Haruto nyerah kalau sang adik sudah cemberut seperti ini. Tabiatnya sebagai seorang abang hancur sudah.
"Kalau ada apa-apa cerita sama abang,,"
Jaemin nengok ke sembarang arah, kali ini bener-bener tidak ada kata nyerah dan mau nangis di pundak abangnya.
Adzan Isya berkumandang, Jaemin memilih untuk masuk ke rumah.
Di saat yang bersamaan, Jeno tampak memijit pelipisnya yang bersandar pada kepala kursi kantor di rumahnya.
Seulgi sudah tidur, dekuran wanita itu cukup membuat dua kuping Jeno berdengung hebat dan sukses mengusirnya dari ranjang.
Jeno lelah, karena harus praktek di lapangan setiap hari. Tubuhnya berjalan keluar menuju sofa, tidak lupa untuk mengambil selimut dan bantal.
"Damn shit!!" Jeno tidak tau lagi, bayangan mata sembab Nana selalu menjadi hantu di kala ia sendiri.
Bersamaan itu, perut Jeno pun keroncongan. Tangannya mengusap setiap lekuk abs nya, kini pantatnya terangkat. Jeno mengambil jaket kulit hitam dan sebuah topi. Motor Ninja RR yang sudah lama terbengkalai di garasi, menjadi saksi bisu bahwa si Tuannya membutuhkan lagi di saat genting.
"Seulgi,, maaf" gumam Jeno sambil mendorong motornya hingga samping rumah.
Dimana telinga seulgi tidak akan menangkap suara motor itu. Jeno ngebut, tidak tau arah. Entah karena lapar atau apa? Yang jelas motornya menuju ke arah jalan dimana rumah Jaemin berada.
Jeno tidak lupa pada tujuan utamanya. Nyari sesuatu yang bis dimakan,—di rumah Nana nanti.
Hanya terbesit nama itu. Nama yang terucap dari teman-teman Jaemin yang kerap memanggil nya dengan sebutan Nana.
Jeno membeli dua bungkus nasi goreng. Entah effort apa kali ini, untuk mendapat sebuah perhatian atau perkara embel-embel buku cetak sore ini.
Otak kecilnya masih menangkap perkataan Haruto. Perkara Ngaspal, apakah lelaki tampan itu seorang tukang ojek? Jeno bisa menebak, semakin malam biasanya penumpang semakin banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM BINAL || NOMIN ( END )
RomanceGay story "Jeno udah nikah, Lo gila mau gebetin dia?!" "Hanya orang gila yang ngebiarin Jeno tetep lurus" Nomin mpreg || Homo || BxB || adult slut