"Hem, papah mau ngajak buna periksa dokter sekalian. Terus nganterin buna buat beli keranjang bayi"
Jisung menguap, mengambil handuk dan tidak lupa buat ngaca. Makin jangkung ini anak, Jisung nyengir ketika jeno menaruh satu tangannya di pinggul.
"Persis teko air jaman kolonial"
"Durhaka Lu jadi anak, papah nggak kasih uang jajan mampus"
"Iya sugeng!"
"Ji-song ya!!!!"
Jisung melenggang masuk ke kamar mandi. Jeno mulai membuka kancing baju kokonya, menghampiri Jaemin yang masih menikmati tidurnya.
Oh lihatlah lekuk tajam perutnya, usia kandungan Jaemin sudah tujuh bulan.
"Yang,, bun,, oyyy!!!"
"Apa si mass. Pentilku mau copot, masih aja kau tarik" keluhnya dengan suara serak khas bangun tidur.
Lucy terbangun dan melompat keluar.
"Pergi hussh!! Ganggu aja itu kucing, ngapain si bun pake melihara kucing. Melihara tuyul kek biar sugih!"
"Melihara tuyul tapi kamunya rajin ke masjid mass"
Kini Jeno senyum ke arah Jaemin yang menegakkan tubuhnya. Aroma pagi yang begitu khas. Jeno sampai lupa kalau saat ini dirinya tinggal dimana, ngeliat kecantikan suami kecil dengan muka bantalnya membuat Jeno meraih tubuhnya.
"Mass,, kamu yakin mau gendong aku pake sarung gitu??"
"Udah diem ah, mau nganterin kamu ke kamar mandi doang"
"Ohhhh,, kirain mass" udah pede tingkat dewa padahal.
🎀🫶🏻
Jisung nungguin Jihan, seperti biasa Jihan selalu menunggu Jaemin mengepang rambutnya.
"Yang ngambil raport buna atau papah"
"Papah lah!" Jawab Jeno.
"Oya buna, kira-kira kalau hadiah ultah buat anak cowok bagusnya apa ya??"
"Buat siapa sayang?? Kan ultah Jihan sama Jie, masih lama?"
Jihan membalikkan badannya, rambutnya yang panjang membuat sifat telaten Jaemin meronta untuk memodifikasi gaya rambut yang berbeda dari hari sebelumnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
