He's Lost

57 10 0
                                    

Nindy berencana buat membersihkan dirinya setelah Jayden balik ke rumah sakit dengan membawakan baju ganti. Iya, ia meminta pemuda itu mengambil baju ganti di kamar kosnya. Tetapi sayangnya Nindy tidak berpikir sejauh bagaimana mungkin pemuda itu mengambilkan 'barang pribadinya'. Nah, sekarang ia menyesal. Jayden ternyata meminta bantuan Wina yang baru saja sampai kosan, berakhir dengan teman sekosannya itu yang datang ke ruang rawatnya.

"Udah sehat lo?" Wina seperti ibu tiri dengan dua tangan berkacak pinggang.

Nindy cuma menyengir. "Yakin cuma maag gue kambuh aja. Udah makan juga, tinggal mandi terus balik. Beneran." Jelasnya sebelum Wina merepet mengomelinya.

Wina menatapnya tidak percaya. "Kenapa nggak ngabarin gue langsung? Bisa-bisanya udah mau balik baru ngasih tau. Itu aja gara-gara lo nyuruh Jayden ngambil baju lo."

Nindy hanya menggeleng. "Udah ah gue beneran gapapa. Gue mau ketemu orang abis ini. Kalian balik aja, lo sama Jayden."

"Siapa? Kak Rean? Dia di luar. Dia kenapa? Mukanya kayak ada bekas ditonjok gitu."

Ah Rean. Nindy baru ingat sejak ia kembali dari ruang rawat Jian ia mencari Rean. Pemuda itu pasti juga terluka. Ia malah tidak dirawat. Namun ia tidak menemukannya di manapun.

"Iya." Jika menjawab 'Jian' pasti Wina akan bertanya mengapa karena mereka sedikit berselisih sejak Jian menjauhinya saat itu. Jadi bertemu Rean adalah jawaban yang aman.

Wina berniat keluar ruang rawat. "Lo ngobrol sama dia di sini aja, gue sama Jayden yang keluar. Mau sarapan dulu. Laper. Ayo, Jay."

"Nitip nggak? Nggak boleh pedes sama es." Tanya Jayden pada Nindy.

"Pengen seblak hehe, iya nggak jadi. Nggak usah aja, gue barusan sarapan bubur." Tatapan Wina mengurungkan niatnya untuk menitip makanan berkuah favoritnya.

"Ya udah gue keluar dulu, call aja kalo udah kelar ngobrolnya. Lo harus balik sama gue sama Jay."

Nindy mengangguk lalu kembali mengecek tas yang dibawa Wina yang berisi baju gantinya. Tak lama setelah itu, Rean masuk.

"Hai, Nin. Feeling better?" Rean duduk si kursi samping ranjang rawat Nindy.

Nindy menghentikan kegiatannya ketika melihat kondisi Rean. Semalam ia sepertinya terlalu khawatir pada Jian hingga tak memperhatikan Rean yang juga terluka. "Kak Rey baik-baik aja? Harusnya aku yang tanya."

Rean tersenyum meskipun tak secerah biasanya, karena luka di wajahnya membuatnya bahkan sulit tersenyum lebar. "Gue cuma bonyok dikit, Nin. Emang gila dia, si Rjez. Dia gebukin Jian padahal udah liat Jian dia bius."

Ekspresi Nindy berubah. Teringat beberapa waktu lalu ketika mereka berhadapan dengan orang yang memburu Jian akhir-akhir ini. "Apa yang Jian bilang ke polisi?"

Rean mengendikkan bahunya. "Jian cuma bilang dia diserang sama orang asing yang tiba-tiba masuk ke rumahnya. Sisanya gue yang jelasin, soalnya laporan polisi itu gara-gara ada tetangga yang denger suara tembakan."

"Gue rasa ini bukan akhir, Kak Rey. Gue takut kalo kita maksain, yang terjadi sama kita bahkan Jian bakal jauh lebih parah dari ini."

Rean mengangguk. "Sementara kayaknya Rjez bakal kabur. Dia mungkin jadi buronan. Kita pikir itu nanti deh. Gue panik banget lo kenapa-napa. Semalem gue mau nemuin lo nggak dibolehin Jayden."

Mengingat sikap Jayden padanya tadi malam, sudah pasti sahabatnya itu khawatir. Salah satu hal yang bakal dilakuin ketika dia terluka pasti marah dulu sama orang yang menurutnya bikin Nindy terluka. "Maafin, Jayd ya, Kak Rey. Dia nggak maksud gitu kok."

Stuck on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang