Fight for You again

46 8 1
                                    

Nindy memutuskan kembali tepat tiga hari sebelum mata perkuliahan dimulai.  Ia mengambil 24 SKS untuk semester dua ini. Wina mengomelinya karena kebetulan waktu KRS, temennya itu main ke rumahnya sama Alice. Agak berat sepertinya, tapi Nindy rasa ia ingin bisa meluangkan waktunya di semester akhir agar bisa cepat selesai kuliah.

Hari ini Nindy sudah memesan tiket kereta yang akan membawanya kembali ke perantauannya. Ayahnya sudah pulih dan bekerja, sebenarnya Nindy mengkhawatirkan kondisi beliau. Tapi ayahnya tetaplah ayahnya. Inilah mengapa Nindy tak ingin berleha-leha lagi. Ia harus memanfaatkan waktu dan beasiswanya sebaik dan seefisien mungkin. Sehingga ayahnya tak perlu terbebani banyak selain dari uang saku bulanan.

Ting. Ponselnya berbunyi setelah sepagian ini ia tak mengeceknya. Ada satu pesan dari Rean. Nin, sampe stasiun sini jam berapa? Gue kelar rapat sekalian jemput ya.

Nindy tak ingin merepotkan siapapun lagi. Tapi mengabaikan Rean setelah ia berbaik hati padanya, rasanya tak elok. Kak Rey, aku pesen ojol aja. Fokus ke rapat aja kak, jangan mikirin aku. Nanti malam aku ke kontrakan bawain kue dari mama.

***

Rean agak berdecak sebal membaca balasan Nindy. Rapat ospek baru saja selesai, rapat yang panjang karena dari pukul 10 hingga 3 sore. Sepertinya ia hubungi saja gadis itu, Rean lelah sekali dan butuh ketemu Nindy, mungkin.

Tiiiiit. Nada tunggu panggilannya ke Nindy berbunyi beberapa kali sebelum akhirnya suara yang ia rindukan itu terdengar. "Halo, Kak Rey?"

Rean tersenyum sambil menjawab. "Udah sampe mana, Nin?"

"Masih tiga stasiun lagi, masih sejam lagi baru sampe."

"Gue tunggu di sana ya? Baru kelar rapat nih, suntuk banget."

Rean yakin Nindy dari seberang sana memasang wajah sebalnya. "Gue suntuk, mau jajan dulu sebelum ke sana jadi nggak nunggu lama. Jangan larang gue ya. Hati-hati, Nin."

Nindy akhirnya mengalah mendengarnya. "Makasih, Kak Rey. Hati-hati juga ke stasiun."

Panggilan pun ditutup. Rean dengan wajah sumringahnya berpamitan dengan teman-temannya. "Woi, Dera bilangin ke yang lain gue balik ya." Teriaknya pada seseorang yang terdekat dari tempatnya. Lalu ia mengambil jaket dan ranselnya dan berjalan cepat ke parkiran.

***

Kereta yang Nindy tumpangi selama hampir tiga jam akhirnya sampai juga di stasiun pemberhentian tujuannya. Ia celingak-celinguk mencari seseorang. Rean menunggunya tepat di kursi penjemputan, tepat tersenyum ketika ia bertemu mata dengannya.

Nindy berjalan menuju cowok itu. "Nunggu lama? Dibilangin jangan jemput gue juga."

Rean mengambil tas jinjing Nindy di kursi tunggu terlebih dahulu. "Kan gue suntuk, ketemu lo biar seger."

Nindy tertawa mendengar candaan Rean. "Mau duduk dulu aja?"

"Kalo lo mau duduk dulu boleh, ngopi-ngopi sama ngobrol dulu sini. Kalo mau balik, hayu juga gue anterin."

Nindy tertawa lagi. "Balik aja, yuk. Sambil ngobrol di jalan aja. Anyway thanks ya, Kak."

Rean menggeleng. "Anytime, apalagi gue dibawain oleh-oleh." Senyumnya lebar sambil mengambil alih tas jinjing Nindy.  "Gue bawain aja."

Stuck on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang