Stop it Now

36 8 0
                                    

Nindy masuk ke kelasnya ketika hanya ada satu bangku kosong yaitu di baris depan paling ujung pintu, sebelah Wina.  Ia duduk di samping temannya itu tanpa berucap apapun. Ia masih teringat jelas tatapan Rean padanya. Tatapan yang nanar dan sarat kecewa, jika Nindy tak salah mengartikan.

"Gue liat tadi di parkiran. Si Rean habis ada kunjungan ke himpunan tadi, mau bahas soal rapat besar."

Nindy meringis. "Gue kepepet, Win, ketemu si Jian di jalan terus nawarin berangkat bareng."

Wina mengangguk paham. "Ya lagian situasi kalian emang aneh? Si Jian udah ngebuang lo, katanya. Si Rean lagi baik sama lo. Udah deh, tiba-tiba situasinya berbalik. Bingung kan lo?"

Nindy meletakkan kepalanya di meja. "Pusing gue, nanti deh coba gue ajak ngobrol si Kak Rey."

Wina menepuk bahu Nindy agar duduk tegak karena dosen sudah masuk. "Ntar deh ntar, kuliah dulu lo pikirin."

Nindy sempat mengetikkan sesuatu di ponselnya sebelum dosennya memulai sapaan.

Kak Rey, balik jam berapa? Makan yuk
Sent.

****

Nindy selesai kelasnya pukul tujuh, ia berjalan menuju kantin fakultasnya dengan gontai. Energinya habis karena kuliah hari ini. Ia mengedarkan pandangannya di sekeliling kantin. Ia ada janji dengan seseorang dan janji bertemu di kantin. Saat menemukannya, ia menghampirinya.

"Sorry, gue baru kelar kelas, Kak." Nindy duduk di depan Rean.

Rean tersenyum. "Capek ya? Mau makan di luar apa di sini?"

Nindy menggeleng. "Lo juga capek kan, Kak, abis rapat juga. Di sini aja gimana?" Usulan Nindy diangguki Rean yang kemudian memesankan sesuatu untuknya.

Sembari menunggu, Nindy memainkan ponselnya dan membaca beberapa chat yang masuk.

Sharon
Gue kira lo jadi tau diri setelah ketemu gue waktu itu, Kak, ternyata malah makin nunjukin aslinya lo kayak gimana

Nindy mendesah. Ini bukan saat untuk menghadapi kecemburuan Sharon–jika itu karena tadi siang. Nindy beralih ke pesan selanjutnya.

Empat Sekawan (4)

Alice
Ya udah sih, Jay, Nindy kelas sampe malem

Jayden
Kan gue mau jemput dia biar join kita, Lis

Wina
Jangan sekarang ege kasian temen lo baru kelar kelas malem, masa masih lo ajakin nongkrong

Besok aja besok, dia kelar kelas sore

Nindy harus berterima kasih pada pengertian Alice dan Wina. Sepertinya Wina ingat soal ia yang berniat berbicara pada Rean. Nindy meletakkan ponselnya ketika Rean datang dengan nampan berisi pesanannya dan pesanan pemuda itu. "Makasih, Kak."

Rean mengangguk singkat. "Tumben ngajak makan abis kelas?"

"Hehe enggak, lagi pengen ditemenin makan aja."

Rean hanya tersenyum sambil menusukkan sedotan di minuman Nindy. Perhatian kecil itu membuat Nindy justru merasa bersalah. "Kak Rey." Panggilnya pelan. Rean menatapnya tanpa menjawab. "Did I make you sad?"

"Sedih karena?"

Nindy mengalihkan pandanganya ke arah makanannya. "Gue kayak mainin lo?"

"Karena tadi siang? Gue emang bertanya-tanya. Tapi gue nggak akan tanya kalo lo nggak pengen jelasin. Gue–takut kalo gue tau malah bikin gue terluka." Kalimat terakhir diucapkan Rean dengan pelan. Seolah sedikit berat untuk mengatakannya.

Stuck on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang