Aku hanya ingin menikmati malam yang indah ini dengan seseorang yang juga tak kalah indahnya.
~Gio Alvaro~"Sorry bang, Nanda lama." Ujar Nanda yang menggunakan hoodhie bewarna putih.
Gio langsung menoleh ke sumber suara yang ada dibelakangnya. Disana gadis yang ia tunggu sudah datang. Cowok itu kemudian memasukkan ponselnya kedalam saku hoodie bewarna hitam.
"Nggak Nan, baru 5 menit"
Nanda hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Saat ini kedua anak remaja itu sedang berada di perjalanan taman kota.
"Btw kita mau kemana?" tanya Nanda.
Iya, Gio hanya mengatakan akan mengajaknya pergi namun tidak bilang akan kemana.
"Gak tau, Nanda mau nya kemana?"
Nanda mendengus kesal apa apan abang nya ini. "Abang gimana sih kan abang yang ngajak Nanda!"
Gio hanya menanggapi nya dengan tersenyum tipis, bagi nya membuat asa kesal ada moodboster sekarang ini "Ya udah buruan naik!" Titah cowok itu menyuruh Nanda agar segera menaiki motornya.
"Gak mau, bilang dulu mau kemananya!" Emang dasarnya Nanda itu selain keras kepala juga memiliki tingkat penasaran yang tinggi.
"Liat nanti aja, cepetan!" Desis Gio mulai jengah.
Nanda mengercutkan bibirnya kesal membuat Gio gemes sendiri.
Akhirnya dengan keterpaksaan asa naik keatas motor cowok itu.
"Pegangan!" ujar Gio saat dirasa Nanda sudah duduk dengan enteng.
"Dih ogah, abng pasti modus!"
"Astaghfirullah,Ya udah kalo lo jatoh abang gak tanggung jawab!"
"Yaudah!"
Gio berdecak kesal saat sudah mulai menjalankan motor kesayangannya itu karna asa tidak kunjung berpegangan. Dengan iseng ia menancap gasnya dengan diatas rata-rata secara tiba-tiba membuat gadis yang ada dibelakangnya kaget dan langsung memelukkan dari belakang.
"BANG GIO SIALAN MAU BUNUH NANDA!" teriak Nanda.
Motor sport hitam itu kini telah sampai pada tempat tujuannya.
Nanda langsung turun dengan mata penuh binaran menatap sekeliling. Gadis itu melupakan jika ia akan mendiami Gio karna insiden tadi. Tapi liat sekarang.
Dasar cewek!
"Ayo!" Gio menggenggam tangan Nanda memasuki tempat yang mereka datangi, Katanya biar gak ilang nanti.
"Bang Nanda mau itu dong!" Tunjuk Nanda pada salah satu penjual permen kapas sambil berlari kearah sana.
Ya seperti yang kalian fikirkan, Gio mengajak gadis itu ke pasar malam.
Gio tersenyum geli melihat tingkah Nanda, ia seperti menemani seorang adik yang bermain bukannya berduan romantisan dengan pacar.
Eh pacar? Bukan nya mereka adik kakak bukan?
"Ayo bang buruan! Abang lelet banget sih " dumel Nanda lalu menarik tangan laki laki itu agar lebih cepat.
Gio hanya pasrah saat asa menarik nariknya serta memerintah cowok itu.
"Pak beli satu !" ujar Nanda kepada penjual saat mereka telah sampai disana.
"Ini neng!" Penjual itu menyerah permen kapas pesanan Nanda yang disambut dengan antusias oleh gadis itu.
"Berapa pak?"
"5 ribu aja neng!"
Saat asa akan menyerahkan uangnya tetapi Gio lebih dulu membayarkannya.
"Kembalian nya ambil aja pak!" Ujar cowok itu.
"Eh ini aja pak!" Nanda menyerahkan selembar uang kepada bapak penjual tersebuat.
"Udah itu aja, abang yang bayarin!"
"Tap_"
"Aduh terima aja atuh neng, pacar neng udah baik gitu loh mau bayarin masak ditolak!" ujar penjual itu dengan tersenyum geli melihat pasangan muda didepannya ini.
"Eh dia bukan pa__
"Pacar saya emang gitu pak, masi malu malu! Ya udah kami duluan ya pak" Gio memotong ucapan Nanda lalu dengan segera mengajak Nanda pergi dari sana.
"Ish apa apaan sih bang !" ucap asa sedikit kesal karna Gio suka ngomong dengan sesukanya.
"Bercanda doang mah." kekeh Gio
Sepanjang jalan banyak sekali yang menatap mereka dengan tatapan memuja. Menurut mereka kedua sejoli itu adalah coople golds sekali. Yang satu cantik bak dewi yunani dan yang satu gantengnya bak dewa yunani.
"Pak masih bisa naik kan?" Tanya Nanda dengan semangat saat telah sampai disana.
"Bisa neng cuman nunggu penuh dulu ya neng, soalnya baru kalian berdua yang mau naik!" Jawab penjaga biang lala.
Nanda jadi mendadak lesu dan menekuk wajahnya, padahal ia ingin segera naik biang lala itu.
"Kita naik sekarang aja pak, saya bayar full!" Ujar Gio membuka suaranya karna tidak tega melihat wajah kecewa dari adiknya.
"Beneran bang?" Gio mengganggukan kepalanya yang membuat asa langsung sumringah.
"Yaudah silahkan masuk dek!" ujar penjaga biang lala menyuruh kedua sejoli itu untuk segera naik.
Nanda dengan semangatnya langsung saja manaiki wahana tersebut meninggalkan saja Gio yang masih berdiri disana.
Gio hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya itu, lalu ia pun mengikuti jejak Nanda.
"Sayang banget ya sama Nanda?"
Pertanyaan Nanda membuat Gio mengertkan dahinya heran, ya jelas sayang lah. Mana mungkin seorang abang tidak menyayanginya adiknya. Gimana sih. Pikit Gio.
"Menurut Nanda?"
Nanda tersenyum tipis "sayang!" Jawab cewek itu.
"Apa sayang!" Balas Gio menggunakan kesempatan sambil terkekeh kecil.
Nanda mendengus, pandai sekali abang nya ini membuatnya secara tiba tiba jadi kesal mendadak.
Pletak
"Bukan gitu Abang !" ujar Nanda sambil menyentil dahi Nanda.
Cowok itu hanya membalasnya dengan cengengesan.
Kemudian Gio memberi Nanda sebuah kotak berwarna biru, " Nih abang punya sesuatu buat kamu."
Dengan segera Nanda membuka kado itu dan terlihat lah isinya tasbih digital bewarna Putih.
"Aaa bagus banget Nanda suka Makasih abang."
"Dipakai ya, biar kamu terus berdzikir dimana pun kamu berada."
"Siap Abang tamvan."
•••
Kita satu darah, hanya dilahirkan berbeda hari, bulan, atau bahkan tahun. Tapi, aku percaya jika ikatan keluarga mampu memberi semangat untuk saling berbagi dan mengasihi satu sama lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
we are different {On Going}
RandomIngin mengukir kisah ini dalam diam. Menyebut namamu dalam doa. Meyakinkan hati, bahwa mencintai bukan berarti bisa memiliki. Keinginan harus pupus kala Nanda Aprilia Sehana mendapati satu fakta yang selamanya akan menjadi pembatas besar untuk peras...