Terlalu rusak untuk disatukan, terlalu hancur untuk diperbaiki.
~Zehan Dafa Samudera~Saat ini Nanda sedang menuju perjalanan pulang ke rumahnya. Ia melewati jalan pintas yang lumayan sepi. Saat Nanda sedang mengendarai motornya dijalanan yang merupakan jembatan telinga nya tak sengaja mendengar teriakan seseorang yang tidak terlalu jauh berada di sekatnya.
"ARGHHH!!!"
Matanya tak sengaja melihat seorang laki-laki yang masih menggunakan seragam SMA yang sama seperti seragam sekolahnya sedang nongkrong dipinggiran jembatan. Ralat bukan nongkrong tapi ia berniat BUNUH DIRI!.
"I-itu bukan nya Zehan? Teman nya Marcel," ucap Nanda sambil menuju ke arah orang yang hendak melakukan bunuh diri.
Nanda langsung menepikan motornya dan berjalan kearah laki-laki yang menggunakan hodie hitam serta celana levis. Nanda ingin memberhentikan tindakan Zehan yang mau meloncat dari jembatan. Saat mulai mendekati Zehan ia mengurungkan niatnya kala mendengar keluhan laki-laki itu.
"Kenapa hidup ini ga adil Tuhan? Hiks."
"Mereka egois."
"KENAPA?!!! TUHAN TOLONG BALIKIN KEBAHAGIAN ZEHAN!!"
"ZEHAN LELAH DENGAN SEMUA INII."
Tangis laki-laki itu pecah bahkan Nanda bisa merasakan apa yang saat ini dirasakan oleh laki-laki yang bernama Zehan itu. Tanpa sadar buliran bening pun lolos dari pelupuk matanya dan dengan cepat ia menyekanya.
Seketika matanya melotot saat laki-laki itu mulai mengangkat satu kakinya seolah ingin melompat kebawah dan mengakhiri hidupnya. Nanda yang melihat itu langsung berlari dengan cepat dan..
Grep
Nanda langsung memeluk erat pinggang laki-laki dengan sedikit berjinjit karena tubuhnya yang mungil. Laki-laki itu terkejut saat ada seseorang yang memeluknya secara erat dan tiba-tiba. Lantas ia menurunkan kembali kakinya dan mengurungkan niatnya untuk melompat.
"WOII LO GILA HAH?!!" Bentak Nanda sambil melerai pelukannya.
"KALAU LO BANYAK MASALAH NGGA GINI CARANYA BODOH! LO KIRA DENGAN LO BUNUH DIRI BISA NGEBUAT Lo BAHAGIA!? DAN MASALAH LO SELESAI GITU AJA GAK KAN!?
"Tapi setidaknya dengan cara gue mati, gue bisa tenang! ucapnya sambil menatap lurus ke depan.
"Nggak! lo nggak boleh lakuin hal konyol kaya gini!"
Laki laki itu lali terduduk di aspal, ntah la dia merasa sekarang tidak punya semangat hidup. Laki-laki itu menekuk kedua kakinya lalu melipat kedua tangannya di atas tekukkan kakinya dan membenamkan wajahnya diatas lipatan tangannya.
"Hiks.. gue capek" lirih laki-laki itu.
Nanda sontak bertekuk lutut membawa laki laki itu kedalam pelukannya untuk menenangkan laki-laki itu. Nanda bisa merasakan bahu laki-laki itu bergetar hebat dan masih bisa mendengar isakan tangis laki-laki itu.
Inilah yang dibutuhkan laki-laki itu sekarang sebuah pelukan. Dan ia menemukannya pada Nanda. Lantas laki-laki itu membalas pelukan Nanda, tak kalah erat dan membenamkan wajahnya di celekuk leher Nanda.
Nanda bisa merasakan lehernya basah karena air mata yang terus menerus turun dari pelupuk mata laki laki itu. "Jangan pernah ada niatan buat bunuh diri, nggak seharusnya lo kaya tadi, karena dengan bunuh diri belum tentu lo tenang dengan alam yang berbeda" ucap Nanda sambil mengelus elus punggung laki laki itu dengan lembut.
"Tuhan jahat sama gue, tiap hari di rumah gue selalu aja ada keributan gue cape Nan..." Lirih Zehan.
Bisa Nanda lihat mata sembab, hidung yang memerah seperti tomat, dan jangan lupakan ingus yang turun terus menerus.
Kemudian tangannya terulur untuk menghapus air mata laki-laki itu dengan lembut dan penuh perasaan tanpa melerai pelukannya. "Heii, ini udah takdir! Mungkin ini memang jalan yang terbaik, Tuhan nggak jahat kok, Tuhan tau lo bisa ngadepin semua ini makanya lo harus tabah dalam menghadapi cobaan. Asal lo tau Tuhan engga bakalan ngasih lo ujian di luar batas kemampuan."
"Gue selalu di nasehati oleh mama gue seberat apapun ujian di hidup ini kita harus menjalani dengan ikhlas dan penuh dengan kesabaran. Tapi terkadang gue juga cape dengan ujian, tapi gue engga sampai kepikiran buat bunuh diri kaya yang lo lakuin tadi" ucap Nanda sambil mengingat kehidupannya yang juga bisa di bilang begitu menyedihkan.
"Enak banget jadi elo Nan, bisa dekat sama mama lo, Lo juga bisa curhat ke mama lo lah sedangkan mama gue sibuk dengan pria lain."
Nanda sedikit terkejut mendengarnya
"Doain aja biar mama lo di beri hidayah oleh Tuhan."Kemudian tangannya terulur untuk menyisir nyisir rambut laki-laki itu dengan jari-jarinya Kemudian melerai pelukannya.
"Nah kalau gitu lo jangan cengeng okey." dengan cepat laki-laki itu mengangguk anggukkan kepalanya dengan cepat sambil menyeka air mata serta ingusnya yang bercucuran.
"Nah gituu dong!! Lo kan laki-laki, ingat lo harus LAKIKKK!" ucap Nanda sambil terkekeh.
"Oke, gue akan berusaha untuk iklas dan sabar dalam hadapi semua ini meskipun berat," ucapnya sambil tersenyum dan menampakkan deretan gigi putihnya.
"Kalau lo mau cerita lo bisa cerita kok sama gue, gue siap mendengarkan keluh kesah dari lo meskipun kehidupan gue juga engga beruntun- beruntung banget."
"Tadi pas gue baru pulang sekolah gue liat papa gue bawa perempuan lain, gue nggak terima dan kebawa emosi tiba tiba papa gue nampar gue, dan ngusir gue dari rumah" ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Terus lo sekarang tinggal dimana?"
"Gue juga engga tau mau tinggal dimana."
"Kalau gitu untuk sementara waktu Lo tinggal dirumah gue aja gimana?" ucap Nanda terdengar antusias.
"Emang boleh?,ntar mama lo marah, gue jadi nggak enak sama mama lo."
"Boleh doang! ntar gue kenalin deh sama mama gue gimana? tenang aja mama gue baik kok."
"Kalau gitu ayok temuin mama gue!"
Mereka pun menjalankan motornya masing-masing dengan santai dan meninggalkan tempat yang hampir Zehan jadikan tempat untuk bunuh diri.
•••
Kita tidak dapat merobek satu halaman pun dari hidup kita, tetapi kita dapat membuang seluruh buku ke dalam api.(θ‿θ)
KAMU SEDANG MEMBACA
we are different {On Going}
RandomIngin mengukir kisah ini dalam diam. Menyebut namamu dalam doa. Meyakinkan hati, bahwa mencintai bukan berarti bisa memiliki. Keinginan harus pupus kala Nanda Aprilia Sehana mendapati satu fakta yang selamanya akan menjadi pembatas besar untuk peras...