Kalau yang berbeda agama di larang saling mencintai kenapa harus di ciptakan di dunia yang sama
~Marcel Veraya Xaerrio~Setibanya di rumah Fitri, Nanda langsung memakirkan Motornya dan ia langsung saja mengikuti langkah Fitri.
Ketika ingin membunyikan bel rumah nya, ia langsung kaget karena sosok abang nya sudah berada di depan Nanda dan Fitri.
"Aduh abang bikin kaget aja."
"Abang? berarti Fitri adik nya si Cecel dong? Gilaaa senang banget gue bisa bantuin adik ipar," jerit Nanda kesenangan di dalam hati nya
"Bang kenalin nih kakak cantik, baik, imut juga. Tadi dia udah bantuin Fitri dari preman-preman botak dia mau nyopet tapi untung ada kak Nanda jadi Fitri selamat deh," ujar Fitri panjang lebar.
"Makasih ya Nan, udah bantuin si bocah ini," Senyum Marcel.
"Ekhem udah senyumnya berarti bang Marc udah kenal kak Nanda yah?"
"Iya kita satu sekolah fit" bukan Marcel yang menjawab melainkan Nanda.
"Yaudah ayo kak masuk dulu! biar Fitri buatin minum." Ajak fitri
"Ketika Nanda melangkahkan kakinya ke dalam rumah Marcel Keinginan harus pupus kala dia mendapati satu fakta yang selamanya akan menjadi pembatas besar untuk perasaan ini. Nanda dan Marcel berbeda dari segi agama."
Deg!"Sa_lib?" ucap Nanda terlihat sudah mata nya mulai berkaca-kaca.
اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
"Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu utusan (Rasul) Allah." Batin Nanda.
Kemudian ia berlari keluar dari rumah Marcel. Sedangkan, Marcel mengejar Nanda sembari berteriak memanggil namanya.
Hati ini bergejolak menerima gelombang yang nyatanya sangat dahsyat itu. Jika boleh jujur, Nanda sudah nyaman dengan Marcel. Rasa lain juga hadir dalam diri ini. Rasa yang selalu ia sangkal. Rasa yang sekaligus mampu membuat diri nya frustasi.
"Nanda, berhenti atau gue peluk!"
Nanda langsung menghentikan langkah nya, ia tahu dia tak pernah main-main dalam ucapannya. Langsung saja ia sudah berada di hadapanku. Menatap diri ini dengan sendu. Seketika pilu menyeruak di ulu hati. Mata yang seharusnya tak boleh aku tatap. Wajah tampannya yang seharusnya tak boleh aku pandang. Dan, dia yang seharusnya tak memasuki hati ini.
"Kenapa?" tanya Nanda padanya.
"Lo yang kenapa?" dia balik bertanya dan gue ga tahu harus menjawab apa. Hanya bisa menggeleng pelan sembari menunduk. Air mata pun sedari tadi sudah menemani diri ini.
"Tidak apa-apa!"
"Bohong!" sergah Marcel sembari menatap tajam pada Nanda.
"Gue benar-benar tidak berbohong." Entah harus bagaimana lagi diri ini menjelaskan padanya?
"Nyatanya elo berbohong! Lihat gue Tatap mata ini!"
Dia memegang kedua tangan ini. Nanda berusaha semaksimal mungkin untuk melepas genggaman itu. Ini salah! Benar-benar salah! Namun, ia tak kuasa melepas genggaman itu.
"Ini salah! Hiks ... KENAPA SETELAH GUE MENCINTAI LO GUE BARU MENERIMA FAKTA BAHWA KITA BERBEDA KEYAKINAN! KENAPA LO ENGGA NGASIH TAU GUE DULU CEL?! KENAPA?! JAWAB CEL! JAWAB!"
Marcel hanya diam oleh penuturan Nanda, Ia sangat rasa bersalah yang amat mendalam. Ya, memang dia sudah tau bahwa Nanda adalah seorang muslimah. Karena ia pernah melihat Nanda sholat di tempat mereka mempelajari ilmu.
"DUNIA KEJAM BANGET YA SAMA GUE? KAPAN GUE DI KASIH KEBAHAGIAAN TUHAN!!!"
Nanda menangis pilu meratapi nasib yang tak berujung ini. Jujur saja, Nanda mencintainya. Sangat, sangat mencintai dia. Dia yang bahkan baru Nanda kenal. Menorehkan ribuan gelombang asmara yang sulit tuk diri ini hindari.
"Gue sayang sama lo Nan, meskipun salib di leher gue Berbeda dengan tasbih di jemari lo!" ujar Marcel tegas.
"Gue juga sayang sama lo, Tapi kita engga mungkin bersatu, Cel. Gue gamau ninggalin pencipta gue hanya karena ciptaan nya. Begitu juga dengan lo"
lirih Nanda.Kemudian tanpa berpamitan dengan Marcel, ia langsung menghidupkan motornya dengan kecepatan tinggi.
•••
Untuk mu agama mu, untuk ku agama ku. Dan cinta kita untuk kita Berbeda bukan Berarti tidak bisa memiliki, Karena pada dasarnya pasangan harus berbeda.(人 •͈ᴗ•͈)
KAMU SEDANG MEMBACA
we are different {On Going}
RandomIngin mengukir kisah ini dalam diam. Menyebut namamu dalam doa. Meyakinkan hati, bahwa mencintai bukan berarti bisa memiliki. Keinginan harus pupus kala Nanda Aprilia Sehana mendapati satu fakta yang selamanya akan menjadi pembatas besar untuk peras...