Di kedalaman kesedihan, kita pada akhirnya akan menemukan cahaya yang tak tergoyahkan.
~Gio Alvaro~Perlahan mata Nanda membuka matanya dan menyesuaikan cahaya yang memasuki retina. Kepala nya masih berdenyut dan menyisakan sakit yang sungguh tidak mengenakkan.
"Sayang, syukurlah kamu sudah bangun," ucap Gio dengan berlinang air mata.
Abang, mengapa menangis? Nanda tak kuasa melihat air mata itu. Nanda rapuh! Ingin sekali menghapus setiap air mata yang membasahi wajah yang tamvan itu, Cukup keringat yang bercucuran menemani Gio dalam sulitnya mendidik Nanda. Jangan air mata! Nanda mohon.
"Air," ucap Nanda yang masih lemah.
Gio dengan sigap mengambil segelas air yang memang sudah ada di nakas. Bi Ina juga membantu Nanda untuk merubah posisi, dari berbaring menjadi duduk. Nanda meminumnya hingga habis, lega rasanya. Alhamdulillah.
"Nanda kenapa, Bang?"
"Kamu pingsan tadi," ucap seseorang yang sangat Nanda kenali.
Nanda pun menoleh, Marcel memandang ke arah Nanda dengan raut wajah seperti orang khawatir. Dia mengkhawatirkan gue? Entahlah. Seketika pikiran tertuju pada kejadian kemarin malam saat di rumah Marcel.
Air mata ini kembali hadir, Nanda langsung mengusapnya dengan kasar. Kenapa sakit sekali rasanya? Bukan raga, melainkan hati. Sakit, tapi tak berdarah. Mengingat kejadian tadi malam, membuat diri nya lemah tak berdaya.
"Kenapa menangis, sayang? Masih sakit?" tanya Gio sembari mengelus pipiku dengan sayang.
Nanda menggeleng pelan, Nanda melihat ke arah Marcel. Hanya sepatunyaah yang mampu Nanda pandang. Ia terlalu rapuh. Tak sanggup harus menatap wajah rupawan itu.
"Abang, Nanda ingin sendiri!" Pinta Nanda sembari berbaring.
"Kalau begitu, Marcel pamit dulu, bang." Marcel mendekat dan mencium punggung tangan Gio.
"Makasih ya udah anterin adik gue."
Ketika Marcel hendak melangkah kan kaki nya ia dikejutkan oleh pertanyaan Gio "Salam nya mana woi!
"Em anu__
"Dia nonis!" Sarkas Nanda.
"Ohw sorry gue ga tau."
"Yaudah gue pulang dulu bang."
"Assalamualaikum" ucap seseorang dari balik pintu.
"Masuk aja Ma, pintu nya ga di kunci," ya orang itu adalah Aisyah ibu sambung dari kedua anak itu.
"Nanda mama bawain buah nih" ucap Aisyah sembari menyodorkan buah jeruk. Nanda pun tersenyum kecut sembari menerima jeruk itu.
"Gue ga suka jeruk!"
"Makan jeruk sambil natap orang ganteng kayak aku ini menimbulkan sensasi yang berbeda. Jeruknya masam seketika menjadi manis" ucap Gio.
"Sudahlah! Nggak semua jeruk masam." Aisyah pun mengupas jeruk dan memberikannya kepada Nanda.
"Sok asik banget nih orang." batin Nanda.
"Yaudah mama tinggal dulu ya, cepat sembuh ya nak."
Nanda hanya diam ia malas merespon sosok nenek lampir itu.
"Bang," panggil Nanda kepada Gio.
"Knp hmm?"
"Nanda salah ya? Mencintai seseorang tapi berbeda keyakinan?"
"Kamu nggak salah, sayang."
"Tapi, Nanda sudah berdosa, karena telah mencintai Marcel."
"Mencintai itu wajar. Namun, Nanda harus tahu bagaimana mencintai seseorang dengan benar. Mencintai dalam doa, menyapa lewat batin. InsyaAllah cintamu itu berkah."
"Tapi.. Nanda harus ingat bahwa kalian tidak akan pernah bersatu kamu tau kan Agama Islam secara terang-terangan melarang adanya menikah beda agama"
Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 221 yang mengandung arti:
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik”.
"Bukan dalam Islam saja yang di larang, akan tetapi dalam agama mereka juga."
2 Korintus 6:14-15
"ayat alkitab kamu boleh mencintai nya tapi jangan mengambil dari Tuhannya."
•••
Ada saatnya dalam hidup ketika kamu harus memilih untuk membalik halaman, menulis buku lain atau hanya menutupnya^_________^
KAMU SEDANG MEMBACA
we are different {On Going}
RandomIngin mengukir kisah ini dalam diam. Menyebut namamu dalam doa. Meyakinkan hati, bahwa mencintai bukan berarti bisa memiliki. Keinginan harus pupus kala Nanda Aprilia Sehana mendapati satu fakta yang selamanya akan menjadi pembatas besar untuk peras...