Disisi lain, Marcel, Garvin, dan Varel sedang berada di tengah lapangan sambil berdiri menghormati bendera di tengah teriknya panas matahari
"Mampus kan lo bertiga kena hukum, siapa suruh coba berani banget ngomong gitu ke pak ucup" celetuk Zehan menertawai kebodohan temannya.
"Yah mau gimana lagi abisnya si botak baperan, kaya cewe" cibir Varel sambil mengelap keringat di dahinya.
Falsh back on
"Sekarang pelajaran pak botak kan?" tanya Garvin
"Iya bre"
"Nggak ada pr kan Han?"
"Nggak ada." Jawab Garvin seadanya.
Setelah sampai dikelas mereka duduk dibangku masing masing sambil menunggu kedatangan pak Yusuf atau pak ucup akan tetapi Siwa yang bersekolah disana memanggilnya dengan sebutan kepala botak
"Assalamualaikum anak anak," ucap pria paruh baya yang baru saja masuk kedalam kelas.
"Waalaikumsallam Warahmatullahi wabarakatuh pak."
"Minggu lalu bapak ada ngasih pr tidak?"
"NGGAK!" teriak satu kelas kompak membuat sang guru terkejut.
"Kenapa teriak?" Hening, tidak ada seorang pun yang menjawab.
"Baiklah kita mulai pelajarannya"
Guru dengan kepala botak serta kaca mata yang bertengger dihidungnya mulai menjelaskan materi yang mereka pelajari.
Walaupun banyak dari siswa siswi yang ogah ogahan mendegar penjelasan dari pak guru itu bahkan ada yang lebih memilih untuk tidur dan kelanttin.
"Sudah paham sama materi yang bapak jelaskan hari ini tidak?"
"Sudah pak."
"Diantara kalian ada yang mau bertanya bapak lagi buka seksi tanya jawab?" Tanya pak guru sambil menutup spidol yang ia pegang.
Hening, tidak ada yang mau bertanya. Bahkan sang juara di kelas pun diam membisu.
"Kenapa tidak ada yang mau bertanya? Apakah Kalian semua sudah pintar?" tanya pak botak lagi namun lagi lagi tidak ada yang menjawab.
"Oke, sekarang disini yang merasa bodoh coba berdiri" pinta pak guru tersebut sambil meletakkan kaca matanya diatas meja.
Zehan mengumpati dalam hati pada Marcel,Garvin dan Varel yang tiba tiba dengan suka rela malah berdiri.
"Aduh mereka kenapa pada berdiri." batin Zehan.
"Kenapa berdiri? Kalian merasa bodoh?" Tanya pak botak pada Garvin dan Varel sontak satu kelas kini menatap kearah keduanya.
Mendengar pertanyaan pak botak, Marcel,Garvin dan Varel justru menggeleng pelan.
"Kalau tidak bodoh, kenapa kalian beridiri?"
"Kita cuma nggak tega pak, lihat bapak bodoh sendiri," jawab ketiganya serentak sontak mengundang gelak.
Bahkan Zehan lebih memilih menenggelamkan wajahnya dilipatan tangannya karna malu.
"APA MAKSUD KALIAN?! Coba ulangi" bentak pria paruh baya itu.
"APA MAKSUD KALIAN?!" jawab Garvin dengan nada tinggi.
Pak botak meraup wajahnya, frustasi melihat tingkah murid absurdnya ini. "Kamu berani ngebentak saya?"
"Kan tadi bapak suruh ngulangi apa kata bapak. Bapak gimana sih?" kesal Garvin.
"Au ah" pak botak mengambil kaca matanya lalu memakainya kembali.
"Dih ngambek," cibir Marcel.
"Kalian bertiga saya hukum! Berdiri di tengah lapangan sekarang sambil menghormat bedera Titik tidak ada penolakan" ucap pak botak final.
"Yahhh, jangan dong pak" tolak Varel mentah mentah.
"Kerjakan sekarang, atau hukuman kalian saya tambah hm?" Ancam guru itu.
Marcel dkk mendesah pasrah dan langsung berjalan keluar kelas sambil menjalankan hukuman yang di berikan oleh pak botak berkaca mata.
"Makanya lain kali otak dipakai," cibir Zehan.
Flashback off
•••
Akar dari pendidikan memang pahit, tetapi buahnya manis.(. ❛ ᴗ ❛.)
KAMU SEDANG MEMBACA
we are different {On Going}
RandomIngin mengukir kisah ini dalam diam. Menyebut namamu dalam doa. Meyakinkan hati, bahwa mencintai bukan berarti bisa memiliki. Keinginan harus pupus kala Nanda Aprilia Sehana mendapati satu fakta yang selamanya akan menjadi pembatas besar untuk peras...