Perasaan itu seperti rahasia waktu yang tersembunyi penuh misteri. Ada yang bertahan memendam, ada pula yang mundur perlahan sebab tak mampu mengungkapkan.
~Gio Alvaro~"Woi!!!" teriak Bara yang habis bertemu dengan Nanda.
"Uhuk," Tio terbatuk sambil memuntahkan jus jeruk yang tengah ia minum di kantin bersama Gio.
"Buseet jorok benar lo jadi manusia," ejek Bara.
"Sejak kapan gue jadi hewan nyet."
"Sejak zaman dahulu kala, sejak zaman jahiliah hiduplah seorang monyet yang bernama Tioooooooo🎶."
"Berdosa banget lo bilangin gue Monyet."
"Suka- suka gue dong" sambil meminum jus Jeruk milik Tio.
"Haduh harus kudu sabar ini mah," ujar Tio sambil mengelus dada nya.
"Ohw iya Gi, tadi gue jumpa adek elo arah ke taman tapi sensi nya minta ampun padahal cantik tapi sensi banget tuh orang."
"Stop ghibahin adik gue!" ujar Gio sambil menatap Bara sinis.
"Ampun bang jago," ujar Bara sambil menyatukan kedua tangan nyal.
"Gue mau jumpa adik gue dulu, nih bayarin ya Ti punya gue," sambil menyodorkan uang 20 ribu ke tangan Tio.
"Punya gue ga lo bayarin Gi?"
"Udah sisanya buat lo aja."
"Thanks Gi."
Setibanya di taman Gio melihat adik nya yang sedang terisak menangis. Ia pun langsung datang ketempat duduk yang Nanda tempati.
"Kenapa lagi hm?"
"Hiks! hiks! hiks! sakit bangett bang, melepaskan seseorang yang kita cintai" lirih Nanda.
Kemudian Gio mengusap air mata Nanda dengan kedua tangannya "Hai dengerin abang yah, mungkin saat ini Nanda terlalu berat untuk melepaskan nya. Apa lagi Marcel cinta pertama Nanda kan, setelah papa? Mulai sekarang gausah terlalu di pikirin kan banyak si kaum Adam di dunia ini. Nah abang yakin seiring berjalan nya waktu Nanda pasti bisa lalui semua ini atas kehendak izin Allah SWT. Yok bisa yok cantiknya Gio!"
"Aaaa abang jadi makin sayangg, makasih abang udah selalu ada buat Nanda, selalu bantuin Nanda, selalu mendengar kan ocehan Nanda, selalu nger__"
"Sstt_ udah Nan, kan abang udah janji sama mama harus selalu ada buat Nanda."
"Woi Nan aduh dari tadi gue panik karena kata Lara mata elo tadi berkaca-kaca, jadi kami dua cariin ternyata lo disini mana sama cowo lagi." Ujar Kayla
"Lara?" batin Gio.
"Kenalin dia Gio Alvaro abang gue yang paling kece badai di sekolah ini."
"Ohw berarti cowo kemarin itu abang nya Nanda," batin Lara.
"Lah kok gue baru tau yak abang Lo secakep ini." ujar Kayla.
"Ckck buaya betina." timpal Nanda.
"Bang kenalin teman nya Nanda, yang ini nama nya Kayla," tunjuk Nanda ke arah Kayla.
"Hai bang," sapa Kayla yang hendak berjabat salam dengan Gio, Akan tetapi Gio langsung menyatukan kedua tangannya.
"Hai, maaf bukan mahram."
"Eheh iya sorry khilaf."
"Dan yang ini bang nama nya Lara" sambil menunjuk ke arah Lara.
"Iya udah tau" ujar Gio sambil tersenyum ke arah Lara.
"Lah kok bisa? Kapan kenalan nya?" tanya Nanda.
"Emm anu kemarin ga sengaja ketemu di perpus," bukan Gio yang menjawab melainkan Lara.
"Ohw begitu, ekhem! Perasaan dari tadi bang Gio senyumin Lara mulu cieee..."
"Ehh engga siapa bilang?"
"Udah ngaku aja pasti abang salting, Abang cocok loh sama Lara dari dulu Nanda pengen banget ngejodohin kalian berdua tapikan masih sekolah hehe," kekeh Nanda.
"Ntar kalo abang nikah sama Lara, ntar siapa dong yang jagain si kecil abang?"
"Ihh aku bukan anak kecil abang, Nanda nama ku Nanda."
"Hehe lucu nya, yaudah abang pergi dulu, kalian berdua jagain adek gue ya jangan sampai ada yang ganggu, kalo ada berusan langsung sama Gio yang tamvan ini." Sambil mengelus kepala Nanda.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Jawab mereka kompak.
"Aaaa gue pengen amat punya abang kaya Nanda, tapi sayang nya gue cuma anak satu-satunya kesayangan ayah bunda" ujar Kayla.
"Lo pasti pengen kan Lar punya suami kaya abang gue? Cakep, Sholeh, baik hati dan tidak sombong."
"Apa sih Nan, aku engga mau ke pikiran ke situ dulu masih ada orang tua yang harus di bahagiain."
"Tapi gue jamin lo pasti bahagia sih sama abang gue."
"Yaudah kalo si Lara engga mau tenang masih ada gue kok Nan." ujar Kayla.
"Ogah banget gue punya ipar kaya lo, yang ada tiap hari bikin abang gue pusing lagi," kekeh Nanda.
•••
Semua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa.(◕ᴗ◕✿)
KAMU SEDANG MEMBACA
we are different {On Going}
AlteleIngin mengukir kisah ini dalam diam. Menyebut namamu dalam doa. Meyakinkan hati, bahwa mencintai bukan berarti bisa memiliki. Keinginan harus pupus kala Nanda Aprilia Sehana mendapati satu fakta yang selamanya akan menjadi pembatas besar untuk peras...