Terima kasih telah menjadi seseorang yang menanyakan apa makna tangisanku, bukannya langsung menghapusnya.
~Nanda Aprilia Sehana~"Lo pulang sama siapa Nan?" tanya Kayla sambil mengemasi barang barangnya.
Nanda menyampirkan tas nya dibahu kirinya "gue pulang sama bang Gio"
"Yaudah yuk" Kayla menarik tangan Nanda lalu menyeretnya keluar kelas.
Saat sampai diparkiran, disana sudah ada Gio dan teman temannya yang sedang bersandar dimotornya sambil mendengarkan celotehan tak bermutu Leo.
Gio yang sedang bersandar sambil bersidekap dada sontak menegakkan kembali tubuhnya saat melihat seseorang yang sedang ia tunggu berjalan kearahnya.
"Udah?" tanyanya sambil memakaikan helm pada Nanda.
Bugh
"Astagfirullah"
Dengan tidak ada akhlaknya Bara malah memukul helm yang dipakai Nanda. Tidak cukup kuat namun bisa membuat gadis itu sedikit terhunyung karena tidak siap menerima pukulan dari Bara.
Nanda mendelik tajam pada Bara entah apa maksud Bara melakukan itu pada Nanda. "Hehehe maaf, gue gabut" Bara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil menyengir.
Gio memberi tatapan tajam penuh peringatan pada Bara. Netra Bara yang tak sengaja melakukan kontak mata dengan Gio seketika meneguk salivanya dengan susah payah.
"Ehh, nggak lagi deh. Suer" Bara mengangkat jari tengah dan telunjuknya membentuk V.
"Kita duluan" pamit Gio sambil menarik tangan Nanda menuju motornya.
Brum..Bruum
Gio menancapkan gas motornya meninggalkan mereka
"BANG GIO BERHENTI!!" ucap Nanda sedikit berteriak sambil menepuk nepuk bahu cowok itu.
Gio meminggirkan motornya kemudian membuka helmnya lalu menyugar rambutnya kebelakang. "Kenapa?"
"Liat tuh" Nanda menunjuk pada seorang anak kecil yang sedang menangis sesegukan.
"Yaudah ayo kita samperin!" Gio mengangguk lalu menggenggam tangan Nanda menuju anak kecil itu.
"Kamu kenapa?" tanya Gio sambil berjongkok didepan anak itu. Kira kira umurnya masih 4 tahun.
Gadis kecil itu kelihatan takut, terbukti saat ia ingin mencoba kabur. Namun dengan cepat Gio menarik tangan anak itu.
"Hey, jangan takut. Kakak orang baik kok" ucapnya lembut sambil mengahpus air mata anak itu.
"Kamu kenapa, hm?" tanyanya lembut.
Anak kecil dengan wajah sembab itu hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Orang tua kamu mana?"
"Nda tau"
Nanda melirik kesana kemari berusaha mencari seseorang. Namun nihil, tidak ada tanda tanda orang tua anak itu disini. "Bang, gimana nih. Jalanannya sepi, trus udah sore, apa kita bawa aja dia pulang? Soalnya ntar lagi udah mau malem"
Guo tampak berfikir sejenak kemudian mengangguk. "Kamu mau ikut?" tanyanya.
"Nanti abang bantu cariin orang tua kamu."
Anak itu mengangguk. Gio tersenyum lebar kemudian membawa anak itu kedalam gendongannya. "Ayo" ajaknya sambil menarik tangan Nanda menuju motor sportnya.
"Besok kita lapor polisi"
Nanda mengangguk.
"Ayo masuk" Nanda menggenggam tangan anak itu setelah mereka bertiga sampai didepan pintu.
"Tenang aja, om nya nggak gigit kok" tunjuk gadis itu pada Gio.
Gio melotot, bisa bisanya ia yang masih sangat muda ini dipanggil om.
"Jangan panggil om ya cantik, panggil Abang aja" ucapnya sambil mengelus puncak kepala anak itu.
"Othe tak" jawab anak itu sambil mengangkat jempolnya.
"Nama kamu siapa?" tanya Nanda pada anak itu.
"Cila"
"Cila" gumam Gio. "Namanya cantik kaya orangnya"
Bocah perempuan bernama Cila itu sontak menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Pipinya mendadak merona karena dipuji cantik oleh cogan seperti Gio.
Nanda tertawa melihat tingkah anak itu. Ia mencampol rambutnya lalu beranjak dari duduknya. "Abang jagain Cila ya, Nanda mau masak dulu"
"Kamu kan masih sakit? Emang bibi mana?"
"Nanda udah sembuh kok, hari ini bibi libur dulu, kasian udah tua"
Gio mengangguk.
Setelah selesai masak, kini mereka sedang makan dimeja makan dengan Cila yang duduk diapangkuan Gio.
Sedangkan Nanda duduk disamping keduanya sesekali menyuapi kedua manusia berbeda usia itu.
Cila membuka mulutnya lalu mengunyah nasi serta lauk pauk yang disuapkan kemulutnya hingga pipi bulat anak itu menggembung.
Kini gantian Nanda yang menyuapi Gio. Gadis itu menyuapi keduanya dengan tangannya sendiri, tanpa perantara sendok. Ia sudah seperti ibu yang mengurus dua anak sekarang.
"Nih minum dulu" Gio membantu memegangi gelas berisi air putih itu setelah Cila selesai makan.
"Udah kenyang?"
Cila mengangguk membiarkan Gio membersihkan mulutnya yang sedikit belepotan.
"Bang Gio udah cocok tau jadi bapak, entar emak nya si Lara" celetuk Nanda.
GIO terkekeh kemudian membawa Cila kedalam gendongannya kemudian membawanya duduk menuju ruang tamu.
"Masa sih?" tanyanya sambil mendudukan bokongnya disofa.
Nanda mengangguk semangat, Nanda mengalihkan atensinya pada Cila yang mengucek ucek matanya. "Kamu ngantuk hm?"
Cila mengangguk lucu dengan mata yang sedikit memerah. "Mau tidur kekamar?"
Anak itu menggeleng. "Mau dicini aja" ucapnya sambil menunjuk dada Gio.
Anak itu memeluk leher Gio lalu menaruh kepalanya dipundak cowok itu. "Cila tidul dulu ya" izinnya lalu mulai tertidur lelap.
Gio tersenyum sambil mengusap usap pelan punggung anak itu. "Besok kita lapor polisi ya"
Nanda mengangguk. "Bisa bisanya anak sekecil dan selucu ini ditinggal sendirian" ucap Nanda tak habis fikir.
•••
AHihihi makasih readers 2k nyaa jadi semakin semangat 🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
we are different {On Going}
RandomIngin mengukir kisah ini dalam diam. Menyebut namamu dalam doa. Meyakinkan hati, bahwa mencintai bukan berarti bisa memiliki. Keinginan harus pupus kala Nanda Aprilia Sehana mendapati satu fakta yang selamanya akan menjadi pembatas besar untuk peras...