✨Taruhan✨

50 31 6
                                    

Kemarahan bukan dasar yang baik untuk membuat keputusan. Kegembiraan bukan dasar yang baik untuk mengumbar janji.
~Author~

Pria itu langsung melempar alarm tersebut kedinding dengan kencang hingga hancur dan tidak bersuara lagi, bukannya merasa bersalah karena telah menghancurkan alarm tersebut, pria itu malah melanjutkan tidurnya yang sempat terusik karena suara alarm tersebut.

Tiba-tiba telinga pria tersebut ditarik dengan kencang, karena saking kencangnya tarikan telinga itu pria itu langsung terbangun dari tidurnya dan mungkin telinganya juga sudah memerah. Pria tersebut siapa lagi kalo bukan Marcel.

"Dasar anak pemalas!" omel Hana, yang masih setia mencubit telinga singanya Omorfos.

"A-Aduhh ampun mahh!" pekik Marcel, berharap mama nya agar melepaskan tangannya. Kini terlihat telinga nya yang sudah memerah.

"kebiasaan kamu! Setiap hari selalu aja ngerusak alarm! Mamah udah cape beliin kamu alarm tiap hari!" Marcel hanya menunduk saat dimarahi oleh mamahnya, tentu ia takut saat mamahnya sedang marah seperti ini menurutnya mamahnya lebih seram dari pada harimau ketika sedang marah.

"Sekarang kamu mandi! ini udah jam 06.40!" Marcel pun langsung berlari menuju kamar mandinya meninggalkan mamanya begitu saja.

Setelah selesai menggunakan seragamnnya dan sudah memakai sepatunya, Marcel pun langsung mengambil jaket kesayangannya yang berlambangkan Omorfos, lalu langsung turun kebawah.

"Bang Marcel engga sarapan dulu?" teriak Fitri, karena melihat abang nya begitu buru-buru memakai sepatu sekolah.

"Engga Fit.. abang udah telat " balas Marcel juga teriak dari depan rumah yang sudah siap memakai sepatu.

"Ehh Marcel kebiasaan banget lo ninggalin kunci motor!!!" teriak Marvel, agar adiknya itu mengambil kunci motor yang ada di atas meja.

Karena mendengar abang nya berteriak karena kunci motor, ia pun masuk lagi ke dalam rumah "Hehe iya makasih bang, Marcel pergi dulu yah dada semuanya." Sambil melambaikan tangannya.

Sekitar 15 menitan Marcel diperjalanan akhirnya Marc sampai didepan gerbang sekolahnya, tapi sayang sekali gerbangnya sudah tertutup rapat bahkan juga sudah dikunci. Kalau saja tidak dikunci mungkin Marcel sudah masuk begitu saja, tetapi kuncinya dipegang oleh pak Toni dan sekarang pak Toni ntah pergi kemana.

Tiba-tiba sesorang menepuk bahu Marcel dari arah belakang "lo telat juga?" tanya seseorang sambil menghisap rokok.

Marcel tersentak karena menurutnya pria itu dateng secara tiba-tiba seperti hantu, Marcel melirik orang tersebut dengan tajam, orang tersebut adalah Garvin.

"Menurut lo?!"

Garvin  langsung bergegas pergi begitu saja, Garvin dengan sigap langsung mengikuti Marcel dari belakang, kenapa ia mengikuti kemana Marc pergi? Tentu alasannya karena ia tidak mau dihukum, dan Garvin langsung membuang puntung rokoknya.

Marcel dan Garvin sudah sampai tepat dibelakang sekolah, tidak pada sekolah-sekolah pada umumnya yang dibelakang sekolah ada warung yang ditempati oleh para badboy disekolahnya, disana hanya terlihat dinding yang menjulang tinggi.

Marcel melirik kekanan dan kekiri, setelah merasa sudah aman Marcel langsung menaikan lengan baju sekolanya. Garvin mengernyit melihat Marcel.

"Mau ngapain lo?"

"Manjat."

"Gas keun."

Tak lama setelah itu Marcel dan Garvin sudah bisa masuk kedalam area sekolah, mereka sedikit lega karena disana cukup sepi tidak ada siapa pun yang mengetahuinya kalau tadi Marcel dan Garvin sedang memanjat dinding sekolah jadi mereka tidak akan kena hukuman pagi ini karena telat datang.

Tetapi bukannya buru-buru memasuki kelasnya  Marcel dan Garvin malah merokok terlebih dahulu dirooftop. Dasar murid tidak patut di contoh!

"Maksud Leo semalam itu apa?" tanya Garvin  pada Marcel, pasti yang dimaksud oleh Garvin tentang perjanjian yang di berikan oleh Leo itu.

Flasback on.

"Lo sengaja kan bikin ban gue jadi licin?!" sentak Marcel, kepada Leo.

"Ck Fitnah mulu lo sama gue heran" kekehnya, Marc hanya memutar bola matanya malas melihat tingkah sahabat lamanya.

"karena malam ini gue yang menang! Jadi lo harus nerima taruhan ini! Kalau lo nolak.." Leo sengaja menjeda ucapannya agar Marcel sedikit penasaran "Motor kesayangan lo itu buat gue!"

Marcel menaikan alis sebelahnya, ia bingung taruhan apa yang dimaksud Leo, dan terpenting apa untungnya buatnya?

"Taruhan?" tanya Marcel, tidak biasanya Leo membuat taruhan.

Leo mengganguk "Emggaa susah kok! Dalam 10 hari lo, gue tantang. Harus punya pacar! Nembaknya harus dilapangan sekolah lo! Dan ditonton oleh murid-murid sma High Internasional School, setelah dua bulan lo harus putusin dia didepan murid-murid juga! Simple kan?"

Leo sangat yakin Marcel tidak akan bisa melakukan semua ini, karena menurutnya Marcel masih mencintai Kesya.

Bugh!

Marcel memukul wajah Leo, sehingga Marcel  mengeluarkan darah segar dari sudut bibirnya, bukannya terlihat takut Leo malah menyeringai lalu mengelap darahnya.

"kenapa? Engga bisa ya? Karena lo belum move on dari Kesya? hahaha kasian banget hidup lo!" Leo tertawa terbahak-bahak seakan-akan ucapannya sangat lucu.

Tangannya sudah mengepal, urat-urat dilehernya sudah tercetak jelas, matanya sudah memerah terlihat Marcel sedang mati-matian menahan amarahnya yang memuncak.

"Tenang Marc! Kalau lo berhasil gue akan kasih lo sebuah Motor keluaran terbaru hanya untuk lo seorang Marcel!"

"Sorry gue udah kaya, jadi gue bisa beli sendiri tanpa batuan lo." tolak Marcel, dengan tawaran receh yang Leo berikan.

"Yakin lo? Kalo lo berhasil gue engga bakalan ganggu hidup lo lagi, gue engga bakalan dekatin Kesya, semisalnya dia kembali" ucap Leo, agar Marcel terpengaruh dah mau melakukan taruhan yang dia berikan.

"Apa untungnya taruhan itu buat lo!?" tanya Marcel dingin.

"Utungnya buat gue? Lo ga perlu tau Marcel Veraya Xaerio !" ucapnya dengan angkuh sambil meninggalkan Marcel, lalu membawa motornya.

Flasback off.

"Serius lo bos? Si curut ngasih lo tantangan?" tanya Garvin yang masih setia menghisap rokoknya.

"Dua rius." balas Marcel, sambil memperlihatkan kedua jarinya.

"Tuh orang mau apa njir? Bisa-bisa nya begitu."

"Gue juga engga tau, apa alasan dia beri gue taruhan nembak cewe di lapangan segala."

"Btw, siapa yang jadi sasaran lo?" tanya Garvin mengintimidasi.

"Masih

•••

Wah apakah Marcel mampu dengan taruhan yang di berikan Leo?

Kira-kira siapa ya? Yang bakalan Marcel tembak?

Akhirnya besok aing nerima laport bismillah grafik nilai meningkat ✊🥳

Yok semangat yok💅💅

we are different {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang