Betapa bodohnya Anda mengkhawatirkan sesuatu daripada yang belum terjadi dan mungkin tidak akan pernah terjadi.
~Author~Tok..tok..tok..
Gio mengetuk pintu kamar Nanda yang tak tertutup rapat. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Tetapi Gio belum melihat adiknya menuruni tangga untuk berangkat sekolah seperti biasa.
Oleh karena itu Gio langsung menuju menaiki tangga dan menuju kamar adiknya itu.
"Sayang. Kamu tidak sekolah?" Panggil Gio dari luar pintu kamar Nanda.
Nanda terbangun mendengar pintu kamarnya di ketuk seseorang. Ia lantas menoleh dan membuka pintu kamarnya. Terlihatlah Nanda menggunakan piyama yang bewarna pink dan rambut sedikit acak-acakan. Giopun tertawa karena melihat penampilan Nanda.
"Mm bang," Nanda mengerjapkan matanya sambil mengucek ngucek matanya dengan kedua tangannya.
"Udah jam tujuh nih Nan. Kamu nggak sekolah hm?" tanya Gio lembut kepada sang empu.
"Sekolah bang. Nanda mau mandi dulu." ucap Nanda yang masih setengah sadar.
"Yaudah, abang tunggu di meja makan ya. Cepetan turun! Nanti makanannya keburu dingin, kan kasihan mama cape-cape bangun pagi terus makanan nya engga kamu makan."
"Iya bang," Gio pun berlalu setelah berhasil membangunkan adiknya.
"Kamu sakit Nak?" Tanya Aisyah sesampainya Nanda di depan meja makan. Karena terasa aneh di pagi yang dingin itu, ia melihat keringat mulai bermunculan dari kening putrinya ralat putri tiri nya.
"SEMENJAK LO DATANG DI KEHIDUPAN GUE, GUE SELALU SAKIT!! LO ITU...! BAGAIKAN PARASIT DI DUNIA INI!!"
"Astaghfirullah, Jaga ucapan kamu nak." ujar Ardian.
"Makanya jangan nangis mulu tiap malam," ledek Gio sembari mengoles selai nanas ke roti yang ia pegang.
"Nangis? Eh iya. Mata kamu bengkak. Kenapa sayang? Kamu nggak mau cerita sama Papa?"
"Nggak ada Pa. Nanda cuman sedikit demam tadi malam. Jadi ngigo gitu."
"Mana ada orang demam. Nangis sampe sesenggukan," ucap Gio semakin memojokkan adiknya.
"Bisa diam nggak Gio! Adikmu beneran sakit ini!!!" potong Ardian dengan nada yang agak meninggi.
"Iya. Iya. Jangan ngegas dong Pa, kamu nggak usah sekolah dulu ya. Nanti abang beritahu sama Lara."
"Ih pasti mau modus, Nggak. Nanda mau sekolah bang. Soalnya hari ini ada ulangan harian."
"Yakin kamu nggak apa-apa sayang?"
"Yakin."
"Kalau ada apa-apa. Jangan di pendam sendiri. Nanti maag kamu kambuh lo."
"Iya."
"Sini Abang liat keningnya," Gio mencoba meraba kening Namda yang duduk bersebrangan dengannya di meja makan.
"Nggak apa-apa bang," Nanda segera menghindari tangan Gio yang mencoba meraih keningnya.
"Kalo ada apa-apa segera telpon abang."
"Hm."
"Jangan bikin abang khawatir ."
"Iya."
"Nanda sayang abang kan? Nggak mau liat abang khawatir kan?"
"Iya Gio Alvaro. Kalo ada apa-apa, Nanda pasti kabarin abang secepatnya."
Sebelum melangkah kan kaki nya keluar rumah dengan Gio terlebih dahulu Aisyah memberikan nya hijab untuk menutupi auratnya.
"Nak ini jilbabnya jangan lupa di pakai."
Dengan terpaksa ia pun mengambil jilbab yang di berikan oleh Aisyah karena ia tau kalo jika tidak menerima hijab tersebut otomatis Ardian akan murka kepadanya.
"Nah kan kamu lebih cantik seperti ini" ujar Gio.
"Iya dong.. kan mama kandung Nanda paling cantik nomor satu di dunia dan engga gatal! jadi nular deh ke Nanda.."
Apa maksudnya Nanda bilang gatal? Apakah ia sedang menyindir Aisyah? Entahlah, hanya dia dan tuhan yang tau.
Setelah selesai memasang hijab mereka pun pamit dengan kedua orang tuanya, dengan berat akhirnya Gio mengantarkan adiknya ke sekolah, dengan wajahnya yang pucat, disertai dengan keringat yang tak henti-henti, menandakan bahwa sang adik sedang tak baik-baik saja. Belum lagi langkah kaki Nanda yang pelan dan lunglai membuat Gio semakin khawatir.
•••
Ingat! Semua akan baik-baik saja, dan jangan terlalu mengkhawatirkan.(✿^‿^)
KAMU SEDANG MEMBACA
we are different {On Going}
RandomIngin mengukir kisah ini dalam diam. Menyebut namamu dalam doa. Meyakinkan hati, bahwa mencintai bukan berarti bisa memiliki. Keinginan harus pupus kala Nanda Aprilia Sehana mendapati satu fakta yang selamanya akan menjadi pembatas besar untuk peras...