😻 Chapter 9 😻

1.6K 219 21
                                    

Seperti anak TK mangkat, Apo demam seminggu karena syok kena begal. Dia tidak masuk dan izin dengan surat dokter, sementara Masu baru tahu tulang rusuk dan hidungnya bermasalah. Rasa sakitnya memang datang belakangan, padahal pas ditinju terasa 'ya, agak ngilu.' Sepasang sahabat itu masih diopname. Anak-anak BT menjenguk, walau lama-lama tidak ada yang datang. Semuanya sibuk dengan class meeting. Apo paham, begitu pun Masu di kamar yang lain. Soal motor sudah diganti Mile, walau entah bagaimana alurnya. Tapi Apo tetap dimarahi Papa-Mama karena malam itu pulangnya terlalu larut.

"Ya iyalah! Jam 11 itu sudah sepi. Dari tempatmu nongkong jam 11, terus sampai rumahnya jam berapa, hm? 12? Itu sih salahmu sendiri!"

"Ma, Ma, sudah. Jangan memarahi Apo lagi," kata Man. "Nanti sakitnya tidak sembuh-sembuh."

"Tidak, Pa! Apo harus dikeras sekali-kali! Berhenti memanjakannya!" kata May. "Sudah SMA juga, mau naik kelas 12. Jengkel Mama punya anak sembarangan terus! Dia harus belajar sedikit!"

Drama itu pun berakhir pukul 10. Sebab Mile datang menjenguk, jadi Man dan May memutuskan keluar.

"Halo, pagi," sapa Mile.

"Pagi, Nak. Sana nasihati. Jangan-jangan Apo sengaja malas, jadinya tidak sekolah kan? Ahhhh!" kata May, yang ditarik suaminya keluar.

Mile pun mendekat dengan buket dan buah, sementara Apo menarik selimut sampai kepala saat dia duduk. Remaja itu pura-pura tidak tahu, padahal aroma parfum Mile menguar hebat. "Apo," panggilnya lembut. "Bisa hadap sini sebentar? Phi tahu kau belum tidur."

"Tidak mau."

"Apo."

"Phi pulang saja, sana. Aku lagi ingin sendirian."

"Apo ...."

Nada suara Mile berubah lagi. Sama-sama lembutnya, tapi indah. Apo pun berbalik dengan muka sembabnya.

"Gara-gara dimarahi lagi, ya? Ha ha ha."

"Umn."

Mile mengusapi air mata di pipi itu. "Tapi badanmu masih hangat betulan," desahnya.

"Memang iya. Mama jahat," adu Apo. "Mama tidak tahu tadi malam panasku naik lagi. Sakit, Phi. Aku juga ingin sembuh."

"Iya, sekarang mau kukupaskan buah pir-nya? Ini bagus untuk demam tinggi."

"Hu-um."

Betul-betul anak kecil.

Mile mengulum senyum ketika menyuapi Apo, dia tak henti-hentinya melihat bagaimana bibir pucat itu bergerak. Warnanya agak kemerahan karena dipakai mengunyah. Cairan pir-nya meluber sedikit. Apo mau makan karena rasanya segar, dia habis dua buah dengan suapan kecil-kecil. Remaja itu memang sakit, tapi Mile sebenarnya lebih sakit. Namun perban di tubuhnya tak terlihat karena ditutupi suit jas merah. Sebagai orang dewasa Mile belum cerita hingga hari ini. Yang penting Apo lekas sembuh, dia ingin melihat si manis ceria lagi.

"Po, apa tidak tidur siang?"

"Aku tidak bisa tidur," kata Apo sambil membolak-balik tubuhnya. "Phi juga kok tidak kembali? Nanti kantornya teter kalau di sini terus."

𝐓𝐇𝐄 𝐂𝐇𝐀𝐈𝐍 𝐎𝐅 𝐋𝐎𝐍𝐆𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐋𝐎𝐕𝐄 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang