🔞 Chapter 16 🔞

2.5K 203 48
                                    

"Akhh, Mama perih," keluh Apo di UKS. Kali ini betulan ada Mama-nya, bukan sebutan seperti biasa. May datang ke sekolah usai dapat laporan dari wali kelas. Literally sudut bibir Apo terluka, pipinya biru, dan pelipis kirinya tersayat kuku. Seragam Apo robek di bagian kerah hingga tiga kancingnya lepas semua. Ponsel Apo retak, tapi sebetulnya masih bisa dipakai. Sayang karena dikencingi harus tetap dicuci. May yakin dia sudah hati-hati, tapi ternyata ada air yang masuk ke dalam speaker, suaranya jadi agak berubah. Mile video call saja memakai ponsel May dulu.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Sayang? Phi baru saja beli laptop baru untukmu, lihat? Bukankah tadi baik-baik saja? Juara 3 kan? Kenapa malah tawuran?"

"Tidak tahu ...."

Apo menangis setelah UKS dikosongkan untuk mereka berdua. Selain dia langsung dibawa ke kantor guru, meski luka tetap harus diadili segera. Tidak ada pengobatan cepat untuk mereka karena Vegas CS dan Win CS harus diwawancarai, luka paling berat tetap Apo sendiri. Lutut si manis mengalirkan darah segar. Mile masuk toko lagi dan membelikan ponsel lain sebagai ganti yang rusak.

Hanya saja sudah terlanjur. Mile tidak tenang apapun yang dia lakukan. Mau masuk UKS juga dilarang May dengan keras. Dia tidak boleh menampakkan diri atau sekolahan makin ramai, sementara Apo ditemani keluar sang ibu. "Ini ranselnya, Nak. Tapi apa tak masalah kalau pulang Apo ke rumah kalian?" tanya May, begitu Apo yang berperban masuk ke dalam mobil. "Maksudku, Papa Apo memang tidak di rumah. Masih dinas di kantor pusat. Aku bisa kok menjaga dia sendiri."

"Iya, Bi. Biar Apo dapat pengobatan saja. Coba nanti kusuruh orang RS rontgen bahunya dulu. Apo bilang rasanya agak keseleo."

"Oh, baiklah," kata May dengan tatapan mata khawatir. "Mungkin karena terkena pukulan kali ya? Nanti Mama menyusul ke sana. Biar kukabari Papamu dulu. Oke, Apo?"

Apo hanya mengangguk pelan. Si manis segera dibawa pulang. Betapa terkejutnya Nee melihat calon menantunya babak belur hanya karena mendapat prestasi. "Oh, Manisku, ya ampun, sini sini. Ututututu, masuk dulu biar Bibi periksa."

"Tolong ya, Ma," kata Mile usai memberikan ransel dan hadiah Apo di paper-bag. "Aku usahakan nanti pulang cepat. Tapi sekarang harus kembali ke kantor dulu."

"Oke."

Sampai malam Apo baru bertemu calon suaminya kembali, tapi Mile tidak sendiri. Dia itu membawa Man dan May untuk pulang, dirinya dibangunkan di kamar tamu usai diobati Nee dari ubun ke kaki. "Papa, sorry," Apo memeluk Man karena lagi-lagi begini. Dulu pas kena begal dia terkena panic attack, sekarang bingung melawan kalau diserang gerombolan begitu. Man pernah marah dengan bilang 'HARUS MELAWAN KALAU DIPUKUL!' tapi Apo terlanjur pening.

Sampai sini Mile rasa harus melatih Apo menghadapi banyak orang, mungkin di lain hari sebelum ujian sekolah penerbangan. Mile yakin mereka masih punya banyak waktu, tapi sementara Apo memang selemah itu. Mentalnya terguncang karena hatinya terlalu lembut. Mile marah ke diri sendiri karena kekasih mungilnya selalu dipukuli orang.

"Papa ...."

Man menepuki punggung puteranya. "Ssshh. Shhh, sudah, berhenti jangan menangis. Kau sudah 18 lho. Anak laki-laki tidak boleh cengeng."

"Tidak peduli! Sakit tahu, Pa."

Pukul 11 Man dan May akhirnya pulang, sementara Mile di sebelah ranjang Apo untuk menilik lukanya dari dekat. Mile tahu anak seumuran Apo tidak boleh diserang toxic masculinity, mau belajar giat sudah bersyukur. Yang otaknya cerdas sering kurang dari segi fisik, kecuali terbiasa olah ketangkasan ssjak dini. Hmmm, kira-kira bagaimana cara menyelesaikan hal ini?

𝐓𝐇𝐄 𝐂𝐇𝐀𝐈𝐍 𝐎𝐅 𝐋𝐎𝐍𝐆𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐋𝐎𝐕𝐄 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang