😻 Chapter 60 😻

1.1K 153 43
                                    

🐈 Selamat membaca, Nyan ~ 🐱

Mendengar kabar itu, Man sadar bahwa puteranya lari dari kenyataan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar kabar itu, Man sadar bahwa puteranya lari dari kenyataan. Si manis mungkin rindu dunia luar, ingin menghilang. Hanya saja yang mampu dibawa adalah dirinya sendiri. Tidak ada kebersamaan yang Apo harapkan, seperti utuhnya suami, Sammy, dan Katty diajak serta. Menurut keterangan warga setempat, Apo turun taksi dalam kondisi lemas. Namun tetap berjalan di atas trotoar. Ransel dipanggul dengan isi tak seberapa. Kakinya melangkah seperti wajarnya menyeberang zebra cross. Apo tak melihat durasi lampu merah tinggal 4 detik. Dia diserempet mobil sedan warna putih yang lewat. Kata ibu-ibu bernama Dey, waktu itu Apo diteriaki siapa pun tak mendengar. Si manis tiba-tiba tertawa senang. Senyumnya merekah. Dia berlari, padahal tadinya lingung sekali. "Iya, Pak. Jelas kok. Dia menyebut 'Phi Mile! Phi Mile! Phi Mile!' begitu," jelasnya, menemani Apo di puskesmas. "Mungkin seperti mengejar orang? Siapa sih 'Phi Mile' ini? Pacarnya ya? Tapi aku yakin tak ada orang di depan sana."

Man tertegun mendengar ceritanya. "Ya, hm, lebih tepatnya suami," katanya. "Menantuku koma sudah 3 bulan ini. Belum sadar."

Dey geleng-geleng tak habis pikir. "Ckckck, begitu rupanya." Dia menatap wajah berminyak si manis. "Tapi bagus sih, coba kalau tidak lari. Mungkin sudah remuk anak ini, mana mobilnya kencang sekali," katanya sambil menepuk bahu. "Ya sudah, aku pulang dulu. Anda Papanya kan? Hati-hati kalau jaga anak."

"...."

"Jangan kerja terus. Menantu kadang juga butuh mertuanya seperti ini."

Man pun membopong Apo pulang. Dia ke RS dulu karena mendapat surat rujukan. Apo harus di-rontgen ulang. Bagian kepala dan tulang kakinya mengkhawatirkan. Dia diperban dengan darah merembes. Dokter umum jaga-jaga saja bila ada kerusakan lebih. Bagaimana pun fasilitas puskesmas tak memadai. Bagusnya hasil rontgen yang keluar cukup melegakan hati. "Serius? Tidak ada yang fatal kan, Dok?"

"Tidak, mungkin cuma gegar otak ringan. Berdoa efeknya tidak melebar," jawab Dokter Jia sambil menunjuk titik rontgen yang perlu Man lihat. "Untuk kaki, di sini, di sini, dan di sini ... retakannya akan menyatu dalam 3-4 bulan. Cukup di-gips tapi jangan dipakai banyak beraktivitas. Hati-hati."

"Baik."

"Sepertinya anak Anda butuh banyak istirahat, Tuan," imbuh Jia. "Akan lebih baik jika hanya ditemani babysitter, tapi keluarga setidaknya satu."

Man paham konsepnya. Selama 1 bulan di RS sudah begitu. Namun Rom, Nee, dirinya, dan May perlu kembali ke rutinitas. Pekerjaan lama ditinggal pun tidak bagus untuk keberlangsungan karir. Niat menyeimbangkan justru berujung seperti ini. Ketenangan Apo setelah masa depresinya ternyata tipuan belaka. Apo tidak benar-benar sembuh, si manis menyentuh kepala begitu sadar.

"Ugh, unngh, mnnh," keluh Apo yang dibaringkan di jok belakang mobil. Dia bangun dan duduk perlahan-lahan. Pandangannya kabur sesaat sebelum kembali normal.

𝐓𝐇𝐄 𝐂𝐇𝐀𝐈𝐍 𝐎𝐅 𝐋𝐎𝐍𝐆𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐋𝐎𝐕𝐄 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang