Sebetulnya malam itu Apo tidak bisa tidur. Si manis kepikiran momen yang barusan mereka lewati, dia menatap wajah Mile begitu lama. Sejak awal Apo kesulitan menginterpretasikan rasa dan hasrat dengan benar, Mile bukan anak seumurannya lagi. Memiliki 'Hot Daddy' memang enak karena kau diayomi, dinafkahi, dimanjakan, dan disayang seperti porselin, namun jangan protes bila mesumnya tak bisa tertolong. Kadang Apo juga merasa diatur-atur, untung Mile yang sekarang jadi lebih baik. Mile mau mengganti gaya berkencan yang lebih fresh, membuat si manis gugup sekali saat digandeng. Selain romantis rupanya Mile juga punya kelemahan, yakni selera humor bapak-bapak yang jarang Apo pahami.
"Ini, Po. Telur ayam. Ada 8. Empat yang dingin di dalam kulkas. Empat yang lain milik kita berdua," kata Mile saat menimbrung di dapur.
"Hah?"
"Telur."
Apo yang sedang masak pun hanya bengong, ujung-ujungnya Mile sendiri menyelesaikan proses goreng telurnya. Apo tak tertawa dengan lelucon Mile, matanya julid. Membuat suasana berubah sedikit canggung. Mile sendiri merasa gagal berkomedi, Apo bingung. Dan sejak saat itu lah sang pebisnis berhenti melucu karena tak mendapat respon. Mile hanya mempertahankan sisi lembutnya, treat Apo better. Kembali romantis seperti sebelumnya. "Padahal kalau mau Phi bisa pesankan casual breakfast lho. Kenapa malam makan telur sama roti saja? Memang kenyang seperti itu?" tanyanya.
"Kenyang kok Phi. Jangan khawatir. Kan sarapan yang penting bisa membuatku bertenaga." Apo mengiris rotinya jadi kecil-kecil, telur lembek dan kejunya meleleh ke piring. Dia menyuap sendok per sendok, itu pun karena dimarahi sang ibu sedari dulu. May bilang Apo harus belajar makan cantik karena suaminya nanti pesohor, walau tarafnya bukan table manner cukup pakai sendok, garpu, dan pisau yang basic.
Saat di kelas Apo makin kepikiran penisnya dikocok semalam, dia nyaris tidak fokus untung belajarnya sama giat. Soal dan LJK dibagikan si manis malah nge-blank sesaat, tapi latihan soal-soalnya sangat menolong. Apo menghitung Hukum Faraday, tapi kadang terbayangi wajah Mile. Meliat soal Korosi dan Biomolekul, justru diganggu senyum sang calon suami. Cincin lamaran sampai dia simpan ke dalam tas agar fokus kembali.
"Ayo 15 menit lagi," kata Mister Peter dengan pentungan di tangannya. Lelaki itu berjalan memutar untuk mengawasi kelas, dia menilik satu per satu LJK murid dengan mata nyalang elang. Rupanya Mister Peter peka dengan kondisi Apo, dia mengernyit karena si manis berkeringat dingin. "Tumben, Po? Kan biasanya kau keluar dengan sisa waktu. Masih kurang berapa soal memangnya?"
"Ahh, Mister! Ngagetin!" kata Apo sampai pojokan kertas hitungannya sobek. "Anu, maaf Saya lagi fokus. Tidak tahu Anda tadi berada di sini." Dia mengelus-elus dada berdebar.
"Eh ya ampun. Sebentar tak kasih kertas hitungan yang baru."
Apo pun mengangguk kikuk karena ketahuan terdistraksi. "Terima kasih."
Lalu segera lanjut menghitung dengan paniknya. Pensil agak basah karena Apo agak keteteran, ingin sekali mengumpat kepada Mile tapi itu nanti saja. "Tenang, aku. Tenang, masih kurang 7 soal lagi." Bibir ranumnya komat-kamit, kadang juga garuk-garuk kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐂𝐇𝐀𝐈𝐍 𝐎𝐅 𝐋𝐎𝐍𝐆𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐋𝐎𝐕𝐄 ✅
FanfictionMile merasa hampa dalam menjalani kehidupan, hingga menemukan sosok manis yang mirip dengan pemilik hatinya di masa lalu. Mereka bertemu tanpa sengaja di sekitar Kota Bangkok. Jalinan kisah baru pun dimulai dengan cinta tumbuh seperti bunga bermeka...