Keesokan paginya, pukul 9. Mile benar-benar menunggu di tempat yang diinginkan Apo. Itu merupakan kafe sederhana. Terlihat seperti tongkrongan remaja dengan uang saku pas pasan. Namun begini pun dia senang, asal bisa bicara dengan remaja favoritnya. Mile membawa ransel seperti anak kuliahan. Penampilannya juga santai ber-hoodie. Dia tidak mau melihat tua di depan pasukan Apo, atau semua temannya akan meledek.
Saat Apo datang, ternyata hujan. Remaja itu pun lari-lari dari parkiran usai menata sepeda. Kedua belas temannya juga menyusul. Mereka basah. Untung Mile sudah memesankan minuman dingin dan hangat. Semuanya duduk badmood di bangku, tapi akhirnya riang usai pelayan kafe menaruh banyak keresek berisi jajan di meja. Mereka juga menyediakan password wifi, semuanya mabar. Kecuali Masu yang mengintili sahabatnya. Mile memang sudah mem-booking tempat tersebut karena ingin bicara enak dengan kucingnya, tapi harus hati-hati karena ada Masu si CCTV.
Mereka bertiga pun duduk si satu meja, Mile sangsi. Dia seperti kriminal di tempat ini. Namun Mile paham rasa khawatir mereka, dia cukup keluarkan saja semua koleksi yang ada. Ada yang berbentuk sketch book A5, A4, A3. Ada juga yang berbentuk buku gambar melebar. Mini book Mile pas kuliah pun digambari selama mendengar materi dosen. Masu tak bisa berkata-kata. Apalagi Apo sendiri.
"Oh, semuanya boleh aku buka-buka kan, Om?" tanya Apo permisi.
"Ya, tentu. Semuanya memang ingin kutunjukkan padamu."
Masu pun ikutan jelajah tanpa permisi. Dia kira Mile bercanda, tapi ternyata semua hal ini nyata. Ada tanggal juga di setiap gambar yang diselesaikan. Ceritanya acak tapi intinya kegiatan Apo melakukan sesuatu. Kadang juga ada Mile versi kecil. Bocah itu tampak menggendong kucing hitam yang lucu. Judulnya 'Memory' yang menandakan kucing ini istimewa.
"Hmm, mungkin temanku takkan berani bertanya. Tapi biar kuwakilkan saja," kata Masu. "Orang ini siapa sih, Om? Mukanya memang Apo tapi lebih kecil lagi. Temanku juga tembem pas umur 12 atau 13."
Apo pun menoleh sebelum kembali membolak-balik buku sketsa.
"Dia, hm, bisa disebut pacarku?" kata Mile menahan malu.
"Apa, Om?"
"Apa?"
Masu dan Apo pun kaget bersamaan.
"Ya, maksudku kekasih pada waktu itu. Orang pertama yang membuatku deg-degan seperti kalian melihat gebetan," jelas Mile hati-hati. "Aku juga masih kecil lho pas dulu. Jangan salah paham. Aku baru paham cinta monyet."
Kedua remaja itu tak bisa berkata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐂𝐇𝐀𝐈𝐍 𝐎𝐅 𝐋𝐎𝐍𝐆𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐋𝐎𝐕𝐄 ✅
FanficMile merasa hampa dalam menjalani kehidupan, hingga menemukan sosok manis yang mirip dengan pemilik hatinya di masa lalu. Mereka bertemu tanpa sengaja di sekitar Kota Bangkok. Jalinan kisah baru pun dimulai dengan cinta tumbuh seperti bunga bermeka...