😻 Chapter 10😻

2.2K 268 77
                                    

Kata orang, usia 18 tahun memang agak istimewa. Sebab setahun lalu Apo masih kikuk di sisi Mile karena terlalu banyak kesenjangan. Kini dia pikir tak perlu menyebutkannya satu per satu, sebab siapa pun yang mengetahui hubungan mereka pasti merasakannya.

Apa itu dikarenakan usianya belum 18?

Apo sendiri tak tahu. Yang pasti tahun lalu dia tidak merasakan 'sweet seventeen' yang dimaksud. Namun perhatian Mile tetap ada padanya. Perasaan pria itu terus mengalir, tapi memang tak sampai ke relung dada. Beda dengan kali ini. Tangan Mile disambutnya dengan hangat, lalu mereka bergandengan selama jalan-jalan di kota.

Oh, iya. Hubungan ini memang belum dihiasi kata cinta. Mereka hanya menikmati kebersamaan seperti janji Mile dulu, bahwa Apo akan tetap dia jaga hingga usianya legal (walau Apo tak menjamin keselamatannya setelah ini).

 Mereka hanya menikmati kebersamaan seperti janji Mile dulu, bahwa Apo akan tetap dia jaga hingga usianya legal (walau Apo tak menjamin keselamatannya setelah ini)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu serasa cepat berlalu. Apo heran dengan dirinya, padahal menurut LKS remaja lelaki puber kencang pada usia ke-15. Mereka akan mimpi basah karena hormon yang tinggi, fantasi gila, juga kebutuhan seks yang menabrak jiwa. Namun tidak. Fakta bahwa dia tak pernah mengalami itu hingga kini, Apo sendiri tak tahu apa masalahnya.

Apakah Apo kelainan? Impoten misalnya? Tapi itu mustahil karena saat pagi kadang penisnya berdiri. Materi sekolah sudah mendoktrinnya dengan baik, tapi saat praktik Apo malah kebingungan. Bila dia ingin mengocok, dengan cepat penis itu melemas. Seolah mengejeknya yang ingin kenikmatan duniawi.

"Hei, Bocah. Belum saatnya tongkatmu itu digunakan," kata Apo yang sempat stress dengan kondisi penisnya sendiri. Jika begitu dia pun berhenti solo, lantas segera mandi, siap-siap, dan sarapan. Sekolah pun jarang telat karena nyaris tak ada godaan seksual. Tapi jerawatnya justru sempat bermunculan di banyak tempat. Di dahi, di hidung, di dagu, juga di pipi manisnya--oh, dia pernah membohongi Mile dengan bilang sakit saat diajak kencan. Sebab Apo tak percaya diri bila wajahnya ada masalah. Sialnya waktu itu Mile malah datang menjenguk. Asrama heboh karena pria itu membawakan banyak makanan dan obat.

Apakah malu ke pasangan tanda-tanda puber juga?

Mana tahu. Apo sibuk minta maa waktu itu, tapi juga marah karena Mile melihat jerawatnya yang besar-besar. Apo mendorong Mile hingga ke pintu keluar, janji dalam hati itu adalah terakhir dia berbohong. "Ih, Phiiiii, sanaaaaaaa!" katanya sambil berteriak.

Kini dunia serasa semakin cerah, Apo berubah. Mile pun begitu karena mereka ingin saling mendampingi.

Apakah yang 'sweet' itu datang hari ini?

Siapa tahu. Yang pasti Mile menunjuk ke suatu gedung kala tatapan matanya kosong. Lalu di suruh fokus ke satu titik.

"Eh? Yang mana?" tanya Apo kebingungan.

"Ke sana. Arah Utara. Coba lihat dulu yang atas."

"Ah?"

"Tatap saja dan tunggu sebentar."

𝐓𝐇𝐄 𝐂𝐇𝐀𝐈𝐍 𝐎𝐅 𝐋𝐎𝐍𝐆𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐋𝐎𝐕𝐄 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang