☺ Warning: bab ini berisi seks yang cukup sensual. Mohon bijak memilih bacaan. Ditunggu juga vote dan komennya. (Noir makin semangat kalau kalian menunjukkan adegan yang paling disuka) ☺
***
Sejak saat itu, Mile sering membawa pulang jajan atau makanan untuk sang istri. Jika tidak capek, dia pasti menyempatkan diri mampir ke food court terdekat. Jika sangat luang, Mile bahkan menawari Apo menu apa yang spesifik. Ya, walau kadang belinya lebih cepat daripada membuka chat Apo. Yang diminta si manis apa, yang dibawa pulang Mile bisa beda. Namun Apo belum pernah protes sejauh ini. Mungkin karena pulangnya Mile sering larut. Dalam kondisi lelah, Apo lebih banyak sisi takutnya kepada sang suami. Dia jarang rewel karena sangat menghormati Mile, meski akhirnya yang dimakan sedikit sekali. Apo memilih segera sikat gigi dan gabung tidur di ranjang. Lucunya adalah Mile masih selalu dengar detak jantungnya yang heboh.
Baik dipeluk memunggungi, apalagi waktu berhadapan, Apo adalah manifestasi remaja kasmaran karena Mile sering merasakan wajahnya dipandangi setiap malam. Jika terlalu remuk, lelaki itu akan mengabaikan. Namun suatu hari Mile pun tidak tahan lagi. Mile bilang, "Tidur." Namun Apo tetap memelototinya. Romsaithong itu sampai melancarkan ancaman di tengah malam. "Tidur, Sayang. Jika tidak Phi telanjangi kau sekarang juga."
Seketika Apo pun menarik selimut hingga menutupi kepala. Tubuhnya meringkuk mirip kucing kedinginan. "Jangan," katanya. "Belum siap lihat titid gede lagi." Remaja itu mencicit tikus hingga Mile tak tahan tertawa.
Sisi jeleknya adalah Minggu itu Mile sibuk hingga tak bisa melaksanakan janji. Dia bisa skip sarapan karena ada rapat penting, atau pertemuan yang bertumpuk dengan kolega berbeda. Lelaki itu akhirnya meminta maaf ke Apo Nattawin. Dia mengecewakan si manis yang katanya mau digendong keliling rumah.
"It's okay, Phi. Berangkat saja seperti biasa. Paipai. Nanti sup Tom Yum-nya kukirim lagi ke kantor," kata Apo, yang untungnya seorang morning birds dan selalu tahu kapan Mile mengeluarkan mobil dari garasi.
"Ha ha, oke. Yang terakhir sudah enak, tinggal udangnya kurang empuk sedikit. Kau bisa rebus dulu, lalu masukkan ke dalam kuah."
"Umn."
"Dah."
"Dah."
Apo pun mendekat ke jendela mobil untuk memberi ciuman singkat. Jika sempat bisa ke bibir, tapi biasanya cukup ke pipi sekilas saja. Sangking sibuknya Mile bahkan lupa menagih hadiah kemenangannya. Namun Apo tidak bodoh karena tahu rencana Mile.
Oh, mukbang challenge. Harusnya kau tidak pernah ada sekalian, Batin Apo saat menemukan kotak-kotak paper-bag dalam lemari. Malam itu dia membongkarnya mumpung Mile masih kantor, betapa terkejutnya Apo melihat baju haram betulan di sana, plus bodychain.
Rupanya dua benda itu dilengkapi buku cara memakainya, katanya bisa dipakai bersama-sama atau terpisah. Penasaran membuat Apo celingukan mengecek kondisi sekitar. Si manis mengunci kamar sebelum mencoba satu per satu. Pertama Apo membuka baju hingga tubuhnya telanjang total. Dia berdiri di depan cermin setinggi badan untuk melihat potretnya keseluruhan. Meski sendiri entah kenapa Apo malu sekali. Detik demi detik dia lalui dengan memandang pantulan itu. Sebelah lengan menutupi kedua puting. Telapak yang bebas menyembunyikan penisnya. Kaki mudanya garuk-garuk ke betis sendiri, tapi lama kelamaan memantabkan diri.
"Phi Mile beli beginian kapan, ya," gumam Apo sambil mencoba bodychain terlebih dahulu. Karena bertindik pusar Apo pun makin pantas memakai benda tersebut. Kurva pinggang dan lekukan pinggulnya benar-benar cantik saat dihiasi untaian beads emas. Namun, semakin lama Apo memandang hasilnya di cermin otaknya mengepul. Si manis rasa telanjang bulat masih mendingan daripada menggodai Mile denga ini. "Ih, ih. Apa tidak berlebihan?" katanya. "Aku pakai juga bajunya apa ya biar tertutup sedikit."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐂𝐇𝐀𝐈𝐍 𝐎𝐅 𝐋𝐎𝐍𝐆𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐋𝐎𝐕𝐄 ✅
FanfictionMile merasa hampa dalam menjalani kehidupan, hingga menemukan sosok manis yang mirip dengan pemilik hatinya di masa lalu. Mereka bertemu tanpa sengaja di sekitar Kota Bangkok. Jalinan kisah baru pun dimulai dengan cinta tumbuh seperti bunga bermeka...