🔞 Chapter 22 🔞

3.3K 234 41
                                    

😅 Warning: first sex.
Dimohon bijak memilih bacaan 🙏

***

Apo meremas pinggiran kloset. "Mau," katanya, tapi menahan bahu Mile ketika mendekat. "Eh, jangan langsung sekarang, Phi. Aku cuci muka sebentar. Nanti mengantuknya semakin parah."

"Oke."

Meski kecewa Mile membiarkan Apo pergi, dia juga ikut cuci muka lantas membilasnya hingga bersih. Mile bahkan ikut sikat gigi, karena Apo sekalian sikat gigi. Si manis sungguh mengujinya dengan tahapan bersih-bersih karena menyalakan keran bath-up setelahnya. "Phi Mile, ayo mandi biar wangi-wangi," cengirnya, lalu masuk ke dalam sana. Padahal sekecut apapun Apo saat ini, Mile bisa saja tetap beringas. Namun dia tetap melihat bagaimana si manis menelanjangi diri sendiri perlahan. Dia tampak takut, tapi senyumnya sangat bahagia. Apo menaruh baju kotornya di lantai, lalu mencelupkan sekujur tubuh ke air. "Sini." Dia memanggil-manggil dengan ayunan tangan yang kecil.

"Apo, aku bisa memakanmu," ancam Mile sembari mendekat. "Jangan terlalu lucu begitu."

"Sudah tahu kok," kata Apo. Lalu membantu Mile melepas bajunya. Mile terpaksa berlutut untuk menuruti si manis, diam-diam dia ingin mengamuk tapi cukup senang kala Apo tak berani membuka celananya. "T-Tapi yang itu Phi saja sendiri. Aku tunggu." Dia membuang muka ke samping, tapi isi kepala hanya gundukan penis Mile di balik kain.

"Ha ha ha, kenapa? Masak tidak berani melihat."

Apo pun menampar air bath-up hingga menciprat-ciprat. "Sudahlah Phi, jangan menggodaku terus. Aku sedang siap-siap batin," katanya. Mile sendiri maklum, lalu segera masuk ke air untuk mendekati Apo. Keduanya sudah telanjang saat itu. Barulah si manis menoleh kala dagunya ditarik. "Mmn." Dia bergumam kala dicium. Lidah mereka bergulat gantian di dalam mulut ke mulut, terkadang Mile yang dominan, tapi Apo sesekali maju juga karena rasa penasaran. Dia senang Mile membiarkannya ikut bereksplorasi karena itu hubungan yang dua arah meski. Ragu-ragu dia naik ke pangkuan. Mile melingkari pinggang ramping Apo dengan satu tangan agar si manis tak menggeliat karena geli. "Mnnh."

Jeda sebentar untuk mengambil napas. Mile belum puas dengan bibir Apo dan kembali meraup, dia tak menyia-nyiakan puting si manis yang merah muda. Bagian itu dipilinnya dengan ujung jari, kadang juga ditarik-tarik hingga empunya merintih. "Mmhh! Phi Mile." Apo balas memeluk bahu sang suami agar tak licin di paha itu. Dia pura-pura tidak tahu penis besar Mile menyodok perutnya, karena senggolan pun sueah nyaris memutuskan urat malu. Apo kira di bawah air takkan terasa karena tergencet mengambang, tapi ternyata lebih erotis kerena mudah dikocok licin. Tangan kirinya yang bebas balas mengusap dada Mile, tapi Apo terkejut karena dia dituntun ke penis saja. "Ahh! Phi--!" jeritnya langsung menarik tangan.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Mile kebingungan. Ciuman mereka langsung terlepas, padahal Mile masih maju dan terpaksa berhenti.

"A-Aku memang boleh memegangnya? Kok besar." Dia bilang begitu dengan mata yang berpendar kaget.

"Ya, kan wajar. Kau pikir aku umur berapa?" tanya Mile. Lalu merogoh penis Apo Nattawin. "Nah, kalau ini masih jagung. Wajar kalau kecil. Kau masih bertumbuh lagi kapan-kapan."

"Ahhh." Apo mendongak karena nikmatnya. Tangan remaja itu serasa geli saat dituntun ke penis tegak sang suami. Dia mencoba bereaksi biasa, hanya saja agak kaku karena baru sekali memegang milik orang lain. Rasanya lembut di bagian luar, kulitnya tipis nan kenyal. Namun saat diremas Apo merasakan tekstur tebal. Lapisannya mungkin makin padat karena penuh pembuluh darah. Otot-otot penis itu menegang seiring dia menggosok naik dan turun. Jujur Apo lama memberikan servis ke penis Mile karena panjang. Dari atas ke bawah rasanya tak sebanding dengan miliknya. Benda itu makin gembung seiring dia meremas. Mile berbisik ingin Apo menyentuh itu, seperti dia memanja milik si manis mungil.

𝐓𝐇𝐄 𝐂𝐇𝐀𝐈𝐍 𝐎𝐅 𝐋𝐎𝐍𝐆𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐋𝐎𝐕𝐄 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang