Warning: another sex 😇
Mohon bijak memilih bacaan"Oh, fuck," desah Mile tanpa berkedip. Dia tidak menjatuhkan buket seperti di drama film, tapi tubuhnya mematung sangking kagetnya. Mile terpana untuk beberapa saat, pemandangan Apo membekap penis adalah hal yang sangat lucu. Mile meneguk ludah beberapa kali karena tenggorokannya panas, secara natural tubuhnya jadi panas karena libido naik. "Apo, kau sebenarnya sedang apa." Lelaki itu melonggarkan dasi perlagan. Bohong bila Mile tidak bernafsu, sebab Apo onani sungguh di luar ekspektasinya. Badan Mile amat capek karena pekerjaan baru selesai butuh menyimpan tenaga, tapi kenapa istrinya senakal ini? Mile sungguh tidak habis pikir.
"Phi ... a-aku tadi hanya--"
"Main titid?"
Apo meremas selimut semakin kencang. Telinga dan mukanya merah sekali, si manis yakin Mile mendengar detak jantungnya yang menggila. "J-Jangan begitu bilangnya." Dia menundukkan wajah. "Phi Mile bisa pura-pura tidak tahu? A-Aku malu."
Jujur Mile ingin tertawa, tapi dia ingin menikmatinya lebih lama. Lagipula, kapan lagi kan melihat istrinya onani? Mile ingin menggoda Apo semakin parah.
"It's impossible, sudah lihat," bantah Mile. "Jadi kau tidak memakai celana dalam di bawah?" kekehnya sambil mengecup bibir si manis. "Ternyata begini kelakuan istriku kalau ditinggal. Mmh, mmh. Sudah keluar berapa kali barusan? Phi boleh gabung tidak untuk bermain?"
"Phiii, jangan--" Apo menutup kedua pahanya. Remaja itu tidak sanggup disentuh sekarang, mungkin karena sudah kehilangan muka dan harga dirinya. Apo segan dan ingin lari jauh, mungkin lenyap dari muka bumi lebih bagus. Namun di bawah selimut Mile makin menjadi-jadi. Jemari itu merambat dan membelai ke selangkangan. "Ahh--mm."
"Basah." Sudut bibir Mile naik ke atas. Dia menyerang jemari Apo dengan miliknya, semua dipindah daripada mengganggu proses menggoda. "Ckckck, diam-diam kau pandai menyentuh ini, hm? Bagaimana rasanya main sendiri? Apa kau menyebut nama Phi?"
"B-Bukan begitu--"
Bola mata Apo kemerlapan.
"Bukan?" sela Mile sambil terus memijat penis istrinya. "Terus nama orang lain ya, Sayang? Siapa huh? Berani pacaran di belakangku ya kau ini," tuduhnya sambil tertawa. Mile yakin Apo paham dirinya bercanda, tapi si manis terlanjur kaku di tempat. Dia tidak berani protes karena penisnya dijamah. Dalam hati masih bersyukur tadi habis mandi bersih. Minimal lah. Apo harap selalu dalam kondisi terbaik, jika Mile ingin menyentuhnya.
"I-Iya, nghh, nama Phi Mile kok. Tapi--plis Phi, berhenti," pinta Apo sambil mendorong lengan Mile. "Ih, malu, a-aku mau kok di-itu kalau bersih-bersih dulu."
"No. Bagaimana kalau Phi maunya sekarang."
"Phi Mile ...."
"Hm?"
Apo menunduk, bibir Mile makin dekat ke pelipisnya.
"Phi Mile, plis."
Mile justru semakin dekat pada Apo. Dia menyingkirkan selimut agar kaki-kaki Apo terbuka, inginnya makin leluasa menyentuh ke organ intim sang istri. Entahlah, makin malu Apo, Mile makin suka. Rasa-rasanya ini akan jadi hobi barunya. Apa yang tidak diketahui versi perjakanya adalah bagian paha istri itu hangat. Apalagi selangkangannya. Fantasi Mile di masa lalu hanya sekedar menancapkan penis ke liangnya seseorang, tapi sejak resmi menikah dirinya bisa merasakan detail suhu seseorang. Tubuh Apo yang menggelinjang. Bibir kecilnya terbuka, mendesah. Plus jemari mungil beremasan di bahunya.
"Ahh, mmh."
Sesekali Apo memandangnya dengan kedipan memohon. Si manis harusnya sudah tuntas beberapa saat lalu, tapi Mile menyulut gairahnya agar meninggi kembali. Mile bisa melihat telinga dan pipi merah istrinya, Apo ingin berteriak, tapi kondisinya terlalu membenci diri sendiri. Apa kau begitu bodoh, Apo Nattawin?! Kenapa tadi lupa mengunci pintu?! Merasa aman ya, cuma karena Mile bilang pulang telat? Ah kau ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐂𝐇𝐀𝐈𝐍 𝐎𝐅 𝐋𝐎𝐍𝐆𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐋𝐎𝐕𝐄 ✅
FanfictionMile merasa hampa dalam menjalani kehidupan, hingga menemukan sosok manis yang mirip dengan pemilik hatinya di masa lalu. Mereka bertemu tanpa sengaja di sekitar Kota Bangkok. Jalinan kisah baru pun dimulai dengan cinta tumbuh seperti bunga bermeka...