🔥 Chapter 57 🔥

1K 145 43
                                    

👁👄👁 Just read, love me 💚

Apo lihat ruangan itu ribut sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apo lihat ruangan itu ribut sekali. Dokter fokus kepada pekerjaannya, suster mondar-mandir, percakapan cepat, alat operasi dioper-oper. Tapi dia tak bisa menimbrung. Si manis bingung usai gagal menyentuh. Senyumnya hilang karena tak tahu kelembutan pipi si mini Kitty. Wajah pucat itu dihiasi mata kosong. Suara Apo serak dan sakit di tenggorokan. "Baby Sammy," panggilnya. "Baby Katty, ini Mama. Kalian bisa dengar, tidak? Mama ingin menunjukkan kalian ke Daddy."

Kedua bayi terus menangis. Sammy menendang-nendang udara, tangannya membentang. Tubuhnya penuh darah, air ketuban dan lendir-lendir. Matanya mengatup dengan cairan tipis. Mulutnya menjerit kencang. Beda dengan Katty yang hanya merintih sebentar sebelum diurus secara khusus. Untung anggota badan Katty lengkap semua, ada kepala, perut hingga mata kaki yang mungil. Namun jangan tanya ukurannya tak lebih besar dari telapak. Dia seperti bayi kucing betulan. Kulitnya merah. Saat disentuh dari timbangan badannya pun serapuh jelly. "Ush, ush, ush, Sayang. Kau aman di tempat kami. Selamat datang bersama kakakmu yang paling tampan. Kalian berdua tangguh dan keren."

Apo melihat semua proses operasinya secara langsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apo melihat semua proses operasinya secara langsung. Badannya sakit. Dia pusing dengam perasaan dilempar sejauh mungkin, padahal hanya di tempat. Si manis menangis seorang diri. Dia berjongkok. Ingin rasanya mengenggam diri sendiri tapi tak mampu. "Apa aku sudah mati?" gumamnya. "I-Iyakah? Tapi aku ingin main bareng Sammy sama Katty." Dia dilewati semua orang di tepi ranjang. Tubuhnya ditabraki, tetapi anehnya selalu tembus. Pada saat itu yang dia pikirkan hanyalah satu. "Phi Mile, aku kangen sama Phi Mile ...."

Apo rindu dengan sentuhan Mile. Pelukan suaminya yang hangat. Apo benar-benar menyesal karena menolak waktu di mobil. Harusnya, jika tadi memang pelukan terakhir, dia tak memberontak sekasar itu. Isi hati dan kepalanya hanya dipenuhi mimpi-mimpi. Apa Apo berkesempatan untuk mewujudkannya? Bohong jika dia mengatakan benci Mile Phakphum.

"Aku mencintaimu juga, Phi. Aku hanya tidak suka Phi melakukan hal seperti itu. Aku benar-benar cinta sama Phi Mile. Apo tidak suka di sini. Lantainya dingin."

Si mais mendengar teriakan bahwa jantungnya berhenti. Dia kesepian. Namun tidak lagi karena pelukan yang diharapkan datang. Apo dituntun berdiri. Didekap erat. Wajahnya tenggelam di dada bidang yang aromanya begitu dirinya kenal. Parfum Gourlain, warna oranye. Sangat harum, mahal, mewah, dan begitu menenangkan. Si manis mendongak perlahan-lahan. Menatap Mile, dan ternyata wajah itu dihiasi senyum yang tampan. "Phi ada di sini kok. Kau tidak pernah sendiri," katanya. "Ha ha, ternyata begini ya rasanya perut dibelah. Sayang, Phi senang tahu yang kau alami di meja itu."

𝐓𝐇𝐄 𝐂𝐇𝐀𝐈𝐍 𝐎𝐅 𝐋𝐎𝐍𝐆𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐋𝐎𝐕𝐄 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang