Aseano Samudra, entah apa yang orang tuanya pikiran kala memberi nama seorang anak dengan kata itu. Agar hati dan pikirkanya seluas samudera? atau agar orang orang mencintainya seperti orang orang mencintai keindahan lautan lepas?
Biasanya nama adal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
# # # # #
Plak, bunyi tamparan terdengar mengudara disepinya suasana malam hari. Pelaku penamparan terlihat menatap anak di depannya dengan pandangan datar, sementara yang ditamparnya memegang pipinya yang terasa sakit bahkan kepalanya sampai tertoleh tadi.
Dia sudah menduga hal ini akan terjadi, walapun sudah menduganya namun rasa sakit itu rasanya sama saja, tidak berkurang sedikitpun.
"Dari mana saja kamu, ini sudah hampir jam makan malam! keluyuran terus tidak jelas!" ujar pelaku penamparan dengan nada datar.
"Maaf, tadi Sea ad-"
"Banyak alasan! Bohong terus kerjaan kamu, kamu suruh saya dan adik saya makan apa? sudah dikasih tempat tinggal tidak tau diri. Sadari posisimu sialan!"
"Maaf, Sea masakan sekarang. Mohon ditunggu, permisi" ujar Sea berjalan melewati orang di depan pintu.
Sakit? tentu saja. Namun ini sudah makanan sehari hari baginya. Sea segera berjalan menuju dapur dan mulai memasak makan malam hari ini walaupun dia masih menggunakan sragam sekolahnya. Mengeluh? prcayalah itu tidak berguna.
Tangan Sea dengan cekatan menghaluskan bumbu dan memotong persediaan makanan yang ada. Entah apa yang akan remaja itu masak namun aromanya sudah tercium di penjuru rumah.
Sea menarik sudut bibirnya membentuk senyumam tipis saat apa yang dia masak sudah berbentuk makanan yang siap disantap.
Anak itu berjalan membawa sedikit demi sedikit piring yang terisi makanan itu ke meja makan. Disana ternyata sudah ada satu orang yang menamparnya ketika ia pulang tadi. Ah jadi ternyata sedari tadi ada yang memperhatikannya ketika membuat makanan.
Namun Sea hanya menundukkan kepalanya sopan dan kembali ke dapur untuk mengambil makanan yang tidak bisa ia bawa semua sekaligus. Orang tadi hanya menatapnya dengan tatapan datar, setelah Sea selesai membawa apa yang diolah nya kemeja makan, dia segera kembali ke dapur untuk mengambil tas sekolahnya yang sempat ia tinggalkan tadi.
"Sudah selesai, Sea izin ke kamar" ucap Sea sopan pada orang yang duduk di meja makan, tau tidak akan mendapat jawaban begitu dia menyelesaikan kata katanya dia segera pergi dari sana.
Baru melangkah berberapa langkah, dia berpapasan dengan remaja yang dua tahun lebih tua darinya. Pemuda itu menatap dirinya datar, dia bisa melihat bekas kemerahan di pipi Sea dan dia bisa menebak apa penyebabnya namun memilih abai.
Sea menundukan kepalanya sopan dan melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
"Ahh, capenyaaa" ujar Sea setelah sampai di kamarnya dan langsung merebahkan dirinya terlentang menatap langit langit kamarnya.