Aseano Samudra, entah apa yang orang tuanya pikiran kala memberi nama seorang anak dengan kata itu. Agar hati dan pikirkanya seluas samudera? atau agar orang orang mencintainya seperti orang orang mencintai keindahan lautan lepas?
Biasanya nama adal...
anjirlah jangan ngebut, niatnya 100 biar aku bisa sante malah kekejar😭
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
# # # # #
"Bagaskara Akasa? Ayah Sean heh?" Bagas mematung mendengar 5 kata yang Edgar ucapkan disebrang sana.
Sementara Edgar sendiri dia menyunggingkan senyum miring, walaupun dia tidak melihat tapi menyadari keterdiaman Bagas membuatnya berasumsi sesuatu.
"Tunggu sebentar" pamit Bagas pada Sean membuat Edgar semakin tersenyum smrik, "Heh? sebegitunya anda mau menutupi kenyataan ini pada anak anda sendiri?" tanya Edgar dengan nada mengejek.
Setelah keluar dari mobil dan memastikan itu terkunci, Bagas mengepalkan tangannya erat, "Sejak kapan?" tanyanya dengan nada gemetar.
Jika sosok Edgar yang menjadi teman Sean itu tau kebenarannya, apakah ada kemungkinan jika sebenarnya Sean mengetahui semua ini? itulah yang menjadi pertanyaan di benak Bagas.
Edgar menjawab, "Tenang saja, Sean masih belum tau semuanya. Karena apa? karena dia sendiri sebenarnya tidak mau tau sosok yang seharusnya menjadi ayah kandungnya"
Ucapan dengan nada mengejek itu sukses membuat Bagas semakin kalut dalam pikirannya. Dalam hatinya dia terus bertanya-tanya apakah yang Edgar katakan benar atau tidak.
"Dari mana kamu tau?" tanya Bagas penasaran, tiba tiba saja dia teringat ucapan Sean tentang Edgar yang memberinya tempat tinggal, apakah sosok yang bernama Edgar ini tidak sesederhana itu? tapi dia masih anak anak?
"Hal seperti itu mudah saya dapatkan tuan. Apakah anda tau tujuan Sean datang kembali ke kota yang menyimpan kenangan buruk itu?" tanya Edgar dengan menekankan kata yang bercetak tebal.
Bagas tidak bodoh untuk tidak mengetahui kenangan buruk yang Edgar masuk, dia bahkan berasumsi bahwa Edgar tau lebih detail daripada dirinya sendiri yang hanya mendengar dari sudut pandang putra kedua dan ketiganya.
"Lalu apa maumu?"
Edgar semakin tersenyum miring, "Cukup mudah. Anda juga tidak punya niatan mengakui semuanya kan? Sedangkan Sean sendiri juga memilih untuk tidak mau tau apapun tentang keluarganya, ah ralat. Dia tidak ingin mengetahui apapun tentang ayah nya dan kakak kakaknya yang lain.
Oh, anda pasti bingung. Tujuan Sean kesana untuk datang ke makam ibunya. Apa anda tau selama ini bahkan Sean tidak tau nama ataupun wajah seseorang yang melahirkannya? Betapa bangsatnya kakak dan ayah Sean" lagi lagi Edgar berniat memancing emosi Bagas dengan kata katanya.
Bagas tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui maksud Edgar, dia hanya mengepalkan tangannya menahan sesuatu. Lagipula yang Edgar katakan tidak salah, dirinya memang bangsat.
"Anda tau? bahkan untuk mengetahui nama dan wajah orang yang melahirkannya, Sean harus berusaha sendiri. Keluarga apa yang menutupi hal itu pada salah satu anggota keluarganya sendiri? apakah nama dan wajah istri anda adalah pantangan bagi Sean? Tapi maaf saja, saya tidak setega itu untuk membiarkan Sean tidak mengetahui ibunya sendiri.