Aseano Samudra, entah apa yang orang tuanya pikiran kala memberi nama seorang anak dengan kata itu. Agar hati dan pikirkanya seluas samudera? atau agar orang orang mencintainya seperti orang orang mencintai keindahan lautan lepas?
Biasanya nama adal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
# # # # #
Mata Aldy dibuat terkunci untuk menatap seoarang pemuda yang berlari untuk ikut berteduh ditempatnya berteduh saat ini. Setelah mengunjungi makam sang kakak, niat Aldy ingin langsung beranjak pulang dikarenakan langit sudah menujukan tanda tanda akan hujan.
Namun, takdir seolah tak membiarkannya pulang. Belum sempat melangkahkan kaki keluar area pemakaman, hujan turun dengan derasnya hingga memaksa dirinya untuk berteduh sejenak.
Pemuda tadi, Aldy sempat tak sengaja melihatnya saat hendak berjalan keluar area pemakaman. Namun karena melihat pemuda itu tengah fokus pada batu nisan di depannya Aldy membiarkannya begitu saja, niatnya untuk memberi peringatan akan hujan yang akan datang sirna begitu saja.
Namun siapa sangka pemuda itu kini satu tempat dengannya, dari tadi ia melirik kearah pemuda itu dengan ekor matanya. Mulai dari melepas jaket lalu memakainya lagi, mengibaskan topi, dan terakhir membuang masker yang dipakainya.
Saat di makam tadi memang pemuda itu tidak mengenakan masker, namun karena Aldy tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, dia belum menyadari suatu hal ini. Hingga kini, saat wajah pemuda itu terekspos sepenuhnya, ia terkejut dicampur perasaan ragu di hatinya. Hingga saat mendengar gumaman pemuda itu, Aldy berhasil meyakinkan dirinya.
"Sea?" panggilnya dengan nada bertanya. Entah kenapa ia merasa jika pemuda yang ia perhatikan itu adalah pemuda yang sudah tidak ia temui selama dua tahun.
Aldy terus memperhatikan ekspresi pemuda itu yang nampak kaget saat ia menyebut nama Sea. Pemuda tadi terlihat menoleh kearah dirinya dengan gerakan patah patah, "Aldy?"
Sean kaget tentu saja, baru beberapa jam disini kenapa ada yang menyebut namanya? Sean kaget saat melihat seorang yang memanggilnya adalah Aldy, teman kelasnya dulu.
"Lo beneran Sea?" Aldy berjalan mendekat menanyakan pertanyaan retoris dengan penuh tuntutan.
Ah Sean menyesal, seharusnya tadi ia tidak menjawab sapaan itu. Sekarang ada seseorang dari tempat ini yang mengetahui keberadaan dirinya.
"Se?" panggil Aldy lagi karena tak kunjung mendapatkan jawaban, malah dia bisa melihat jika pemuda yang ia panggil Sea itu menatap dirinya malas.
Sean menghela nafas, bagaimanapun nasi sudah menjadi bubur, "Iya, ini gue"
"Ya Tuhan, lo kemana aja njir. Minimal kalau mau pindah kabar kabar lah. Mana gue gatau rumah lo" Aldy dengan cepat memeluk Sean membuat yang dipeluk sedikit tertekan hingga mendorong Aldy menjauh.
Tatapannya menatap Aldy malas, "Ih, gue masi lurus jangan peluk peluk. Baju lo jadi basah kan, mampus" ujar Sean dengan nada tak suka, walaupun begitu Aldy tau dari kalimat terakhir Sean yang secara tidak langsung menghawatirkan bajunya akan basah jika memeluk dirinya.
Aldy terkekeh, "Gue juga masi lurus anjirr, tapi kaget aja. Gue kaget tiba tiba liat lo disini"
"Mencurigakan, btw long time no see Al. Gimana kabar lo?" Aldy tersenyum, "Baik, hari ini jadi lebih baik karena nemuin lo disini"