Aseano Samudra, entah apa yang orang tuanya pikiran kala memberi nama seorang anak dengan kata itu. Agar hati dan pikirkanya seluas samudera? atau agar orang orang mencintainya seperti orang orang mencintai keindahan lautan lepas?
Biasanya nama adal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
# # # # #
"Sialan brisik banget" guman Zyan kala menyadari ponsel yang kini berada di saku celananya terus bergetar dan berdering tak tau situasi. Tak tau saja dirinya saat ini sedang dilanda panik karena sudah hampir dua jam pintu di depannya kini tak menunjukan tanda tanda akan terbuka, 45 menit yang lalu kakak sulungnya masuk kedalam karena mendapat informasi bahwa kakak iparnya mau tak mau harus melahirkan sekarang karena air ketuban yang pecah sebelum waktunya.
"Brisik banget Zy! siapa sih? kalau mau angkat, angkat dulu sono. Kalau gamau matiin!" titah Raka membuat Zyan mengangguk.
Tanpa melihat siapa yang menelfonnya, dia langsung mematikan ponsel yang ada di sakunya karena sedari ponselnya berdering, Raka menatap dirinyatajam karena merasa suara itu menganggu suasana saat ini.
"Sorry bang" guman Zyan, dirinya memang merasa bersalah. Sungguh bila dideskripsikan suasana kali ini sungguh tegang, di dalam sana Lynda sedang mempertaruhkan nyawanya bukan?
Setelahnya hanya ada keheningan di antara keduanya, mereka sibuk dengan pikiran masing masing dengan wajah yang gelisah entah memikirakan apa sebenarnya.
Sementara di sisi lain....
"Sampe kuota gue abis juga ga bakal dijawab kak" ujar Sea dengan tatapan meremehkan. Mereka berlima yang awalnya menatap ponsel Sea beralih menatap sumber suara yang terlihat tersenyum penuh kemenangan.
"ah sepertinya rencana gue pergi dari sini akan berjalan lebih mudah. Memang sih mereka belum setuju omongan gue tadi, tapi mereka diem gue anggep setuju" batin Sea mengingat hanya ada suara dering telfon setelah dirinya membuat pernyataan sebelumnya.
"Apa udahin aja?" tawar Adit yang sudah merasa ini semua sia sia.
"Gak, sia sia usaha kita. Kita lihat dulu kedepannya" jawab Azam dengan cepat, sepertinya orang ini ingin sekali rencana ini berjalan sesuai apa yang sudah mereka rencanakan, tapi siapa sih yang tidak ingin hal yang sudah mereka rencanakan berhasil? semua juga mau kali.
"Gue setuju, lagian udah terlanjur" ujar Raihan mengikuti kepergian Azam setelah menyelesaikan ucapannya. Padahal awalnya dia yang paling tidak setuju dengan rencana ini, namun kenapa tiba tiba?
"Kalian?" tanya Adit kepada dua orang yang masih berdiam diri dari tadi, walaupun Azam dan Raihan mengatakan demikian namun keputusan final tetap berada pada dua orang yang kini berada di hadapannya bukan?
Mendengar itu membuat Andra mengalihkan pandangan untuk menatap adik sepupunya seolah meminta jawaban, Miko yang merasa di tatap oleh seseorang membalasnya dengan tatapan serupa. Dari yang Miko baca melalui tatapan mata Andra, Andra seolah berkata akan mengikuti semua apa yang dirinya putuskan.
Miko menghela nafas, dia menatap layar HP yang sudah mati dan Sea secara bergantian, dapat dirinya lihat Sea sedari tadi juga hanya berdiam diri menunggu apa yang akan ia dengar.