AS 06

9.6K 625 15
                                        

# # # # #

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

# # # # #

"Jir, kayak gini rasanya dikacangin" bisik Bian tepat ditelinga Kenan kala mereka berdua sedari tadi hanya melihat Sea yang memotong dan merapikan rumput serta taman tanpa bicara pada mereka.

Kenan diam tak berniat menjawab atau menyahut ucapan Bian barusan, matanya terus menatap gerak gerik Sea yang terlihat lihai melakukan apa yang dikerjakan saat ini.

Mengenai kata kata Sea tentang "kalian kan ga nganggep gue manusia" terus terngiang ngiang dikepalanya. Apa perlakuannya pada Sea selama ini kelewatan? padahal itu just for fun, menurutnya. Jadi apa yang salah? Kenapa hatinya terasa ada yang mengganjal kala Sea mengatakan hal itu.

Jika memang kelewatan kenapa anak itu tidak pernah memberontak? dia juga selalu diam saja dan tidak pernah menolak apa yang dirinya dan Bian lakukan pada Sea, anak itu hanya akan melawan jika berkaitan dengan urusan pribadinya. Untuk hal yang berkaitan dengan fisik Sea sendiri, Sea tidak peduli. Tapi sungguh, satu hari tidak menganggu hidup Sea rasanya hampa bagi Kenan.

Seperti menganggu hidup Sea adalah satu hal yang wajib Kenan lakukan minimal satu hari sekali. Melihat Sea pasrah dibawah perlakuannya membuatnya semakin bersemangat melakukan itu di kemudian hari. Kata kata Sea hari ini benar-benar membuatnya harus merubah pandangan dan perlakuannya pada Sea, itu menurutnya.

"cara mereka merhatiin gue ngalahin cctv di rumah ini" batin Sea bergidik ngeri melirik keberadaan dua orang yang melihatnya saat merapikan bunga bunga di taman belakang.

Sea mendudukkan dirinya tiba tiba di rerumputan membuat Kenan dan Bian menatapnya seidkit terkejut, "Kalian mau sampe kapan lihatin gue? jujur gue risih" ucap Sea nengelap keringat diwajahnya menggunakan lengannya.

"Boleh kita bantu lo? atau mau diambilin minum?" tanya Kenan membuat Sea menatapnya semakin aneh, apa kepala dia terbentur sesuatu? Padahal ini kan tempatnya tinggal, kenapa dia yang bersikap seolah dia tuan rumahnya?

Sea menghela nafas, apa mereka benar benar tak menyerah? teguh juga pendiriannya. Sea menatap kerjaannya yang sbentar lagi selesai dan mereka berdua bergantian. Lagi lagi sea mendongak menatap langit, "masih ada waktu sampe makan malam" gumamnya kemudian melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda, dan itu lagi lagi membuat keduanya terdiam.

Mereka keras kepala, tapi Sea lebih. Itu yang mereka sadari, walaupun cara Sea menunjukannya sangat berbeda dengan apa yang mereka lakukan saat ini.

Mereka ingin membantu Sea, tetapi tak tau harus melakukan apa. Mereka tak pernah menyentuh hal seperti ini sebelumnya, agak kaget juga melihat Sea yang sudah sangat mahir mengerjakan apa yang dia kerjakan saat ini, seolah memang benar benar sudah melakukannya sejak lama.

Melihat Sea hari ini benar benar membuat mereka harus mengubah sudut pandang untuk memahami sosok seorang Aseano Samudra. Selama ini mereka saling mengetahui tanpa mengenal sang lawan main.

Aseano Samudra [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang