AS 33

5.1K 378 14
                                        

# # # # #

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

# # # # #

Di akhir minggu ini terlihat seorang remaja yang tengah duduk di kereta yang cukup ramai. Jika diperhatikan lebih jauh, remaja itu beberapa kali menghela nafas berat sambil memandang keluar jendela.

Namun mengingat destinasinya, membuat Sean mengulas senyuman manis karena tidak sabar mengucapkan salam pertamuan dengan bundanya.

Awalnya dia ragu, 5 hari berlalu membuat Sean berhasil memantapkan pilihannya hingga memilih untuk datang ke kota tempatnya dilahirkan.

Dia menggunakan earphone tanpa adanya musik yang terputar, dia melakukan itu hanya agar orang sekitar tidak mengajaknya bicara. Ini bahkan masih esok hari, namun social butterfly Sean sudah habisa entah kenapa.

Tiba tiba saja ponselnya bergetar tanda apa panggilan masuk, melihat nama yang tertera Sean langsung menekankan tombol hijau untuk terhubung ke panggilan.

"lo dimana? jadi pergi? kenapa ga ngomong sama gue dulu?" Sean menggela nafas, apa apaan orang itu.

"Iya" jawab Sean singkat, namun orang disebrang sana tidak merasa puas dengan jawaban yang Sean berikan.

"Kenapa ga ngomong sih? ini masi pagi buta An, gue dateng ke apart lo kosong. Gue bisa temenin lo kesana"

Sean terkekeh, walau itu terlihat seprti terpaksa namun dia sungguh merasa ini sedikit lucu walau cringe, "Gue cuma mau dateng ke makam anjir, bukan mau perang"

Yang disebelah sana berdecak pelan, "Kota itu-" Sean memotongnya, "Tempat dimana gue lahir?"

"Disana juga tempat keluarga lo yang lain tinggal An, gue gamau lo kebayang masa lalu lo kalau lo dateng kesana sendiri. Gue susul, lo naik apa? kereta? nanti tunggu di stasiun jangan pergi dulu"

"Sembarangan, gausah heh. Gue udah 19 tahun anjir, bukan anak tk yang mesti dianter orang lain kalau mau pergi pergi. Lagian gue juga pernah pergi sendiri, gausah Ed, gue tau kerjaan lo banyak. Jangan cuma karena gue lo ninggalin kewajiban lo gitu aja"

Helaan nafas Edgar terdengar di telinga Sean melalui earphone yang dipakainya, dia sedikit merasa terhibur setelah mengobrol dengan Edgar karena memang semenjak ia memasuki gerbong kereta ini, ia sama sekali belum berbicara dengan orang lain. Dan kebetulan juga, kursi disampingnya kosong sehingga tidak akan ada yang menyapa dirinya.

"Langsung balik sini lagi, kalau ada apa apa langsung hubungi gue"

Sean mengangkat satu alisnya, "lo kangen ma gue kah?" tanyanya dengan nada bercanda. "najis" jawaban Edgar terdengar serius tanpa nada bercanda membuat Sean lagi lagi tak mampu menahan tawanya.

Aseano Samudra [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang