Aseano Samudra, entah apa yang orang tuanya pikiran kala memberi nama seorang anak dengan kata itu. Agar hati dan pikirkanya seluas samudera? atau agar orang orang mencintainya seperti orang orang mencintai keindahan lautan lepas?
Biasanya nama adal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
# # # # #
Sea pulang sekolah 3 jam lebih awal dari waktu yang di jadwalkan di karenakan guru guru akan rapat katanya, awalnya ia bingung ingin langsung pulang atau menunggu Zyan seperti yang di katakan Zyan tadi pagi, tapi 3 jam loh itu bukan waktu yang singkat. Setelah sekian lama berpikir ia memutuskan untuk pulang, untuk masalah memberi kabar pada Zyan, sebenarnya ia ingin sekarang, namun baterai ponselnya habis karena lupa mengcharge nya semalam.
Lagian 3 jam bukan? itu masih sempat untuk memberi kabar pada Zyan sebelum jam pulang sekolah yang sebenarnya. Ia memutuskan untuk pulang menggunakan kendaraan umum, kegelisahannya tadi pagi hilang entah kemana, setelah berfikir pula ia memilih untuk tidak mengabaikan ucapan Bian dan Kenan tentang Miko, ia akan waspada mulai sekarang walau sebenarnya dia juga tidak tau harus waspada bagaimana.
Setelah Sea memasuki rumah, sepi memang seperti biasa. Mungkin belum pada pulang pikirnya, jadi ia memutuskan untuk langsung masuk ke kamarnya untuk mengcharge ponselnya dan berganti baju. Karena menyalakan ponsel perlu waktu, Sea memutuskan untuk mengambil air di bawah karena ia merasa haus.
Sea memilih duduk di dapur untuk meminum air putih yang ada dalam gelas di genggamanya sambil memikirkan ucapan Kenan dan Bian yang tiba tiba terlintas di pikirannya lagi. Namun saat memikirkan itu, mata Sea tak sengaja menatap tumpahan air di dekat meja makan, dengan refleks dia menoleh untuk mencari seseorang namun karena tidak ada ia memutuskan untuk mengambil pel guna membersihkan tumpahan air itu takut akan membuat orang jatuh.
Sea turun dari kursinya untuk berjalan ke kamar mandi dapur, tempat dimana disana biasanya ada kain pel. Namun Sea keluar dengan tangan kosong, jadi ia memutuskan untuk mencari pel di tempat lain sambil bersenandung kecil. Lama lama ia merasa nyaman dengan kesendirian dan kesepian rumah ini, akhir akhir ini dia juga tidak mendapat kekerasan bukan? mengingat itu membuat Sea tersenyum tipis.
Sea akhirnya kembali ke dapur dengan pel di tangannya, tadi dia sempat menanyakan letak pel pada pembantu yang sedang membersihkan halaman belakang. Sea merasa aneh awalnya, dulu ia yang selalu membersihkan rumah, dia yang paling tau segala letak perabot rumah ini namun sekarang ia harus menanyakannya pada seseorang, mengingat itu membuatnya terkekeh.
"Terimakasih tuhan, Sea seneng" batinnya bersyukur. Sungguh tidak pernah ada di pikirannya bakal begini, memang takdir tuhan tidak ada yang tau.
Namun benar kata pepatah, jangan pernah terlena dengan dunia yang fana. Sesampainya di meja makan, Sea melihat Lynda yang sudah terduduk di tumpahan air yang hendak ia bersihkan tadi, tumpahan air yang awalnya hanya sedikit menjadi lebih banyak dengan sedikit warna merah yang Sea yakini adalah darah.
"KAK LYNDA!!" teriak Sea meletakan pel yang ia pegang asal asalan dan langsung berlari menuju Lynda yang memasang ekspesi menahan sakit sambil memegang perutnya. Dia bingung harus berbuat apa, dia merasa tidak tega melihat wajah Lynda yang sepertinya sangat kesakitan, tapi ia harus apa?? kumohon seseorang katakan sesuatu.