# # # # #
Bagas hanya bisa tersenyum simpul menatap Sean dengan pandangan sendu saat melihat bungsunya itu menatap kedalam rumah dengan pandangan yang sulit diartikan.
Setelah Bagas membuka pintu dan melangkahkan satu langkah memasuki bangunan yang bernama rumah itu, Sean hanya terdiam mengamati furniture rumah yang tidak berbeda setelah dua tahun lamanya.
"Selamat datang kembali anak ayah" ucapan yang penuh dengan perasaan itu membuat Sean menoleh kearah yang lebih tua, kemudian pandangannya berpindah ke telapak tangannya yang digandeng Bagas.
Sean menatap itu penuh arti, dia tidak berniat melepaskan atau membalas gandengan itu, dia hanya membiarkan semua berjalan seperti sedia kala.
Berbeda dengan Sean, Bagas mengikuti arah pandang sang anak. Dia mungkin tau jika Sean tidak nyaman dengan itu, namun dia enggan untuk melepaskan genggaman itu.
"Ayo masuk" ajak Bagas lagi, tanpa menunggu persetujuan pihak lain Bagas segera menggandeng Sean lembut.
Biarpun tangan Bagas menariknya dengan lembut, Sean tetap ragu saat melangkahkan kakinya. Apakah niatnya untuk menjauhi keluarga ini akan selesai hari ini juga?
Namun Sean nampak enggan mematahkan harapan Bagas yang seolah menapakan kaki penuh keyakinan. Dia terus berpikir apa reaksi yang akan Zyan, Raka, ataupun Sky berikan saat melihatnya nanti.
Baru menginjakan kaki beberapa langkah, ada seorang anak kecil yang memeluk kaki Bagas erat. "pa" panggil anak kecil itu semangat. Bagas tersenyum, dengan satu tangan dia membawa anak itu ke gendongannya.
"Opa pulang sayang" ucap Bagas terdengar penuh kasih, Bagas mengecup pipi anak itu pelan membuat sang empu tertawa pelan sambil menutupi pipinya.
Semantara Sean? fokusnya teralihkan ke anak kecil tadi nampak belum lancar berjalan dan kini berada di gendongan orang yang masih menggandengnya.
Hanya ada satu perkiraan yang memungkinkan di kepala Sean, anak itu adalah anak dari Sky dan Lynda?
"Selamat ulang tah-"
"Astaga nak, jangan lari lari" suara lembut terdengar mengalun di telinga mereka, itu suara Lynda.
"Ayah udah sampai, eh" belum sempat Lynda meneruskan ucapannya, tatapan mata ibu dari anak kecil tadi terfokuskan pada seseorang yang berdiri disamping ayah mertuanya dan kini tengah menatapnya dengan tatapan yang aneh menurutnya.
"Sea? beneran kamu? ini Sea?!" Lynda berteriak heboh saat menyadari identitas seseorang yang berdiri di depannya saat ini.
Sean hanya bisa mengangguk kaku saat Lynda mendekati dan menyentuh pundaknya. "Ya Tuhan, syukurlah" Lynda benar benar tersenyum dan berucap tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aseano Samudra [End]
AcakAseano Samudra, entah apa yang orang tuanya pikiran kala memberi nama seorang anak dengan kata itu. Agar hati dan pikirkanya seluas samudera? atau agar orang orang mencintainya seperti orang orang mencintai keindahan lautan lepas? Biasanya nama adal...