Aseano Samudra, entah apa yang orang tuanya pikiran kala memberi nama seorang anak dengan kata itu. Agar hati dan pikirkanya seluas samudera? atau agar orang orang mencintainya seperti orang orang mencintai keindahan lautan lepas?
Biasanya nama adal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
# # # # #
Harus berapa kali Sea mengucap syukur pagi ini. Pagi ini untungnya dia tidak bangun terlambat jadi bisa membuatkan sarapan untuk dirinya dan juga dua orang lainnya yang tinggal disini.
Semenjak Sea masuk SMP sudah menjadi kewajibannya membuat sarapan pagi dan makan malam untuk tiga orang dirumah ini, bersih bersih? hanya dihari minggu. Dia hari kerja akan ada petugas yang datang membersihkan rumah ini, dan itu sedikit mengurangi beban Sea.
Setelah selesai memasak, Sea menghidangkan makanan pagi ini di meja makan kemudian dirinya kembali naik ke kamar untuk mandi dan menyiapkan keperluan sekolah.
"Ganteng juga, kok lebamnya ga ilang ya" guman Sea mengelus pipinya sendiri. Sepertinya dia harus memutar otak untuk berfikir apa yang akan menjadi jawabannya saat ada yang bertanya nanti.
Sea melirik jam dinding, sudah hampir siang. Dirinya buru buru mengecek buku buku yang perlu ia bawa hari ini, ketiga buku tugas itu jangan lupa. Bisa habis dirinya nanti jika sampai ketinggalan.
Sea segera bergegas kembali menuju dapur, tentu saja harus melewati meja makan kan? disana dia melihat dua saudranya yang sedang berbincang ringan sambil sarapan, namun melihat kedatangannya mereka menghentikan ucapan mereka dan menatap Sea datar.
Sea hanya menunduk sopan dan mengambil bekal yang sudah dia buat tadi, sarapan bersama? ingin sih, tapi tidak mungkin kan?
"Sea berangkat, permisi" pamit Sea menundukkan kepalanya sopan kemudian berjalan menjauh dari sana.
"Bang"
"Makan Zyan!"
"Abang juga ngerasa apa yg gue katakan semalem?"
"Zy!"
"Ck"
Sea berangkat menaiki angkutan umum yang menuju sekolahnya, tidak jauh jika berjalan kaki mungkin memerlukan waktu setengah jam, sepeda motor mungkin hanya sepuluh menit.
Namun salahkan mereka yang tidak memberikan Sea sepeda motor. Sepeda motor? bahkan ponsel saja Sea tidak punya. Dirinya hanya diberikan uang saku yang pas pasan, tidak banyak namun juga tidak sedikit.
Sea menggunakan hoodie dan masker untuk menutupi pipinya yang lebam, setibanya di sekolah, sudah cukup ramai memang, sepanjang perjalanan banyak yang menyapa Sea baik teman satu angkatan maupun kakak kelas.
Bagaimana tidak, seorang murid baru terkenal selain karena wajahnya yang terlihat ganteng dan imut bersamaan, anak itu juga sangat pintar hingga guru guru bahkan mengenalnya.
Ini bukan sekolah swasta diamana kekayaannya dan kekuasaan menjadi patokan, ini SMA negri yang cukup terkenal, namun alasan Sea masuk kesini karena jaraknya paling dekat dengan rumah, meminimalisir jika ia terlambat datang atau pulang.