behind our window

26 6 0
                                    

.......

Kubuka tirai jendela kamarku dan langsung melompat menuju balkon depan kamar tanpa melewati pintu.
"ikaaalll ooiiii!?", panggilku saat melihat sahabat lelakiku itu tengah tengkurap sambil membaca buku entah apa dari balik jendela kamarnya yang tidak ditutup tirai.
Pemuda itu pun menoleh, "hah??", ia tampak bangkit dan ikut membuka jendela kamarnya masih dengan posisi duduk di tempat tidur.

"mana coklatnya?", tagihku.

"eumm... gimana ya?, coklatnya ikal kan udah habis buat ngeladenin ara seharian kemarin yang mood-nya naik turun begitu",

"ya, siapa suruh ikal training kesabaran ara sepanjang masa?", tanyaku balik menyalahkan. Haikal hanya tertawa, ia menutup bukunya lantas berdiri dan duduk di jendela menghadap kearahku. Sesaat kemudian pemuda itu tampak melepaskan headset wireless kecil ditelinganya.

hmm.. setidaknya ia bisa mendengarkanku dengan sangat baik, tidak seperti sasha yang langsung tuli seketika kalau memakai headset.

"lagi ngapain kal?", tanyaku.

"lagi bernafas aja nih", jawabnya kalem.

"he'eh, sekalian tuh, jantungnya lagi berdetak",

"..lagi duduk", sambung haikal lagi sambil melipat kedua tangannya dan bersandaran ke sisi sampimg jendela.

"terus??", tanyaku lagi.

"Hm, liatin ara juga",

"Eh?", kepalaku langsung menoleh menyadari ucapannya barusan. Seperti biasa haikal hanya tertawa lepas, "iya lah... kalau bukan ara siapa lagi? dhemit *??",

Meskipun benar juga apa yang lelaki itu katakan tapi entah mengapa otakku langsung gercep menyuruh untuk meraih sebuah ranting pohon cemara yang penuh dengan biji lantas melemparkannya ke arah haikal. Kebetulan pohon itu tumbuh di samping rumah dan menjulur hingga ke balkon kamarku.

Terkadang aku sedikit menggerutu dan berharap bukan pohon cemara yang tumbuh di samping jendela, melainkan pohon durian yang akan sangat bagus nantinya bila kulemparkan ke kepala sahabat laknatku tersebut.

Tapi ya... tentusaja haikal yang notabene anak karate dapat menghindar dengan mudah seluruh lemparanku barusan.
🗿

"yaaahhh... sayang banget gak ada yang kena, kamu sih kurang suhu ra..", haikal menjulurkan lidah ke arahku. Aku masih belum berhenti berjuang hingga akhirnya lemparan terakhirku pun berhasil mengenainya.
"huahahah.. siapa bilang??", tanyaku balik dengan lantang.

Pemuda itu meraih sebuah biji cemara di belakangnya yang awalnya meleset dan malah masuk ke kamar lantas melemparkannya ke arahku.

Of course, sekali lemparan langsung kena.

ctakk!!

"aihh..", alisku berkerut sambil mengelus jidatku yang terkena lemparan haikal tadi. Namun sayangnya tak ada ranting dengan biji cemara lagi yang dapat kuraih untuk membalas sahabat laknatku ini.

"eh raa... tadi kamu habis dikejar anjingnya pak diman ya?, kasihan.. hahaha", ledek haikal semakin menjadi-jadi.

"!?, ta~tau darimana??", tanyaku rada panik.

"tadi si chelo yang kasih tahu ikal", haikal tersenyum lebar dan bahkan lebih lebar dari senyum seorang Joker kearahku.

Dasar si cheloo,
Teriakku dalam hati.
Hm.. si chelo, anak bungsu om yanuar alias polisi yang menjadi tetangga depan rumah kami.
Jiyahhh.. so annoying!

"kalau dikejar anjing tuh jangan lari ra, ntar malah kamu semakin dikejar", ucap haikal kemudian, aku mengangguk, "ya~ mana ara tahu, Ara udah panik duluan tadi jadi langsung main kabur saja, juga tadi nathan udah bilang ke ara kok buat nggak boleh lari kalau dikejar anjing", sahutku kemudian

You're My GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang